Tampilkan postingan dengan label kewirausahaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kewirausahaan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 November 2013

Martabak Manis Bapak Akso



MARTABAK MANIS
BAPAK AKSO

Dosen pengampu: Drs. Ign Wagimin, M.Si

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan


Disusun oleh:
Nama       : Ana Pangesti
NIM         : K5412008
Prodi        : Pendidikan geografi



JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN  ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN 2013
MARTABAK MANIS
BAPAK AKSO
Gambar Martabak manis
Usaha martabak manis bapak Akso di mulai sejak tahun 2006. Martabak manis bapak Akso beralamat di jalan pemandian timur, tepatnya pertigaan Sakal Putung dari pasar seruni ke arah utara 50 meter.
Bahan untuk membuat martabak manis ala bapak Akso, antara lain:
Ø  Tepung terigu
Ø  Soda kue
Gambar . Soda kue dan Fermipan
Ø  Fermipan
Ø  Gula pasir
Ø  Garam
Untuk tepung terigu 1 kg, bapak Akso menggunakan soda kue satu sendok teh dan satu sendok teh vermipan.
Modal untuk pembuatan satu kilogram martabak manis bapak Akso sebanyak 15 ribu. Modal tersebut untuk membeli bahan-bahan pembuatan martabak manis yaitu tepung terigu, vermipan, gula dan garam. Dengan bermodalkan 15 ribu, bapak Akso menjual 30 ribu kepada ke konsumennya.
Satu kilogram adonan martabak manis dapat dibuat lima buah martabak manis yang siap untuk di jual. Satu buah martabak manis di jual murah oleh bapak Akso seharga 6 ribu rupiah. Alasan menetapkan harga yang murah karena bapak Akso melihat kondisi sasaran konsumennya sebagian besar adalah masyarakat desa yang umumnya berada pada kalangan menengah ke bawah. Dengan  harga yang murah, harapan bapak Akso dapat melayani masyarakat setempat. Setiap harinya bapak Akso hanya berani memproduksi martabak manis sebanyak 3 kg, dengan keuntungan 15 ribu per kilogram. Sehingga bapak Akso mendapat keuntungan 45 ribu per hari jika adonan martabak manis terjual habis. “Sayangnya tidak setiap hari adonan martabak manis dapat terjual habis terjual”, tutur bapak Akso saat wawancara. Sehingga keuntungan yang di peroleh tidak dapat diperkirakan tergantung dengan konsumen. Adonan yang tidak habis terjual oleh bapak Akso tetap di buat martabak untuk di bagikan secara gratis kepada tetangga-tetangga bapak Akso.
Martabak manis yang di jual bapak Akso tesedia aneka rasa diantaranya yaitu cokelat, kacang, cokelat kacang dan ketan hitam. 
Meses
kacang
Ketan Hitam






Martabak manis rasa cokelat

 
Martabak manis rasa cokelat kacang
Martabak manis rasa kacang

Martabak manis rasa ketan hitam
 
Untuk menambah vasriasi, bapak Akso menjual martabak telor. Namun tidak sebanyak martabak manis dalam memproduksi martabak telor.
Gambar  Martabak telor
Modal untuk membuat martabak telor lebih besar dari martabak manis yaitu 25 ribu per kilogram dan apabila dapat terjual habis bapak Akso memperoleh keuntungan sama seperti keuntungan martabak manis per kilogramnya.
Bahan untuk membuat martabak telor
Ø  Tepung terigu
Ø  Telor
Ø  Muncang
Gambar  muncang
Ø  Daging sapi
Ø  Minyak goreng
Tepung terigu di campur telor untuk pembungkus martabak telor, sedangkan untuk isinya menggunakan bahan muncang, daging sapi dan sedikit campuran telor.
Untuk memasak martabak telor, bapak Akso menggunakan penggorengan sendiri berbeda dengan alat yang di gunakan untuk memasak martabak manis, yaitu dengan menggunakan teflon. 
Penggoreng martabak telor
Penggoreng martabak manis (teflon)
Keuntungan yang di paparkan bapak Akso, belum merupakan keuntungan bersih. Bapak Akso tidak memperhitungkan tenaga kerja yang membantu usaha martabak telor, karena tenaga kerja yang membantu bukan orang luar melainkan dari keluarga sendiri. Peralatan yang di gnakan untuk operasional, seperti gerobak, penggorengan, teflon dan peralatan lainnya di anggap tidak mengeluarkan biaya.
Usaha yang di kelola oleh bapak Akso di bantu keluarga bapak Akso sendiri, termasuk usaha yang masih kecil. Selain tenaga kerja dari keluarga sendiri, modal usaha setelah berjalan termasuk kecil. modal awal untuk memberi peralatan untuk membuka usaha dan keberlangsungan operasional lumayan besar.
Sumber : Hasil wawancara langsung dengan bapak Akso, pemilik usaha martabak manis dan martabak telor di sekitar area pasar seruni, Kebumen.

Senin, 07 Oktober 2013

Kisah Sukses Elang Gumilang


KISAH SUKSES
ELANG GUMILANG
Dosen pengampu: Drs. Wagimin, M.Si

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan

Disusun oleh:
                                                                 Nama         : Ana Pangesti 
                                                                 NIM           : K5412008
                                                                 Prodi         : Pendidikan Geografi
                                      


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN  ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN 2013

Prestasi Elang Gumilang:
Ø  Wirausaha Muda Mandiri terbaik Indonesia 2007
Ø  Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2008
Ø  Man Of The Year 2008 dari TV One
Ø  Indonesia Top Young entrepreneur 2008 dari Warta Ekonomi
Elang Gumilang Sukses di Usia 24 Tahun
Adalah Elang Gumilang (25) , wirausaha muda yang berada di balik pembangunan perumahan amat sederhana bertipe 22/60,mungil tapi fungsional tempat untuk pulang dan bernaung bagi mereka yang bisa terbilang miskin.Tangan dinginya menelurkan apa yang selama ini sangat jarang dilakukan pengembang kawakan – bermodal besar atau kecil – untuk membuat perumahan khusus orang miskin.
Selama ini bisnis properti sepertinya hanya untuk ditujukan bagi kaum berpunya , demikian Elang berpikir. Mereka yang papa dan membutuhkan tempar bernaung justru hanya punya mimpi untuk memiliki rumah sendiri. “Ada 75 juta penduduk negeri ini yang membutuhkan rumah. Ini peluang bisnis , tapi kita sekalian ibadah membantu orang juga, ” katanya.

TARGET 2000 RUMAH
Berayahkan seorang kontraktor , buat Elang bukan hal mustahil mencoba segala jenis usaha. Ditambah sejumlah pertimbangan mendalam, awal 2005-tatkala ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) – ia mulai membeli sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya. Modal diperoleh dari patungan bersama teman-temannya semasa SMA maupun kuliah. Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan luas tanah 60 meter persegi ini langsung pindah tangan ketika selesai dibangun. Terbukti, orang haus akan rumah murah seharga 23-37 juta rupiah itu.

Saat itu, jumlah pekerja Elang baru sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran. Namun lambat laun , bisnisnya ini berakar, menggeliat, dan bertumbuh. Dari satu unit , bertambah menjadi tiga unit . Bertambah terus , sampai sudah sekitar lebih dari 200-an rumah dibangunnya. Target yang direncanakannya tak tanggung-tanggung. Perusahaan Semesta Guna Grup miliknya, ingin membangun 2.000 unit rumah sederhana. Dalam waktu setahun , investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, melejit hingga lima kali lipat dalam dua semester. Omzet per tahunnya pasti bikin pengusaha mana pun berdecak kagum – mengingat awal mula sepak terjangnya – karena tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan. Belum lagi dari kontrak pre periodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.
Elang Gumilang, mahasiswa sederhana dari IPB – kampusnya petani- anak H. Enceh dan Hj.Priani, kini mempekerjakan ratusan karyawan pada setiap proyeknya. Sekitar 30 tenaga administrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya. Elang-lajang kelahiran Bogor , 6 April 1985 telah mengepakkan sayap bisnis sejauh yang ia bisa, dan terbang setinggi yang dapat ia capai. ‘Otot dan otak bisnis Elang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, namun bergaya hidup bersahaja. Pendidikan morl dari orangtuanya tertanam baik. Ajaran itu terus berurat akar dalam dirinya. Sebagai pelajar sekolah, ia termasuk siswa gemilang. Jiwa wirausaha Elang mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMU. Ia mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliah. Tanpa sepengetahuan orangtua, ia berjualan donat keliling ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun, akhirnya orangtuanya tahu juga. Elang disuruh berhenti berjualan karena UAN (Ujian Akhir Nasional) telah menjelang. Dilarang berjualan donat, pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se Bogor ini tertantang mencari uang dengan cara lain.
Pada 2003 , ketika fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba Java Economic Competition se Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil memenanginya . Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang diperolehnya, ia kumpulkan untuk modal kuliah. Setelah lulus SMU , Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB tanpa tes. Saat itulah, bermodalkan uang sejuta rupiah, ia kembali berniat untuk memiliki sebuah usaha. Awalnya, uang itu ia belanjakan sepatu, yang lantas dijual di Asrama Mahasiswa IPB. Hanya perlu waktu sebulan , ia sudah bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Sayang, setelah berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna.
 Ia melihat, lampu-lampu redup di kampus IPB sebagai peluang bisnis pengadaan lampu. Elang mencoba menerapkan strategi bisnis tanpa modal. Ia mengisahkan hikayat seorang pemuda miskin di Amerika Latin. Setiap hari si pemuda melambaikan tangan pada seorang pengusaha tembakau kaya raya dari Amerika yang sedang bertandang. Pada awalnya, lambaian tangan itu tidak dipedulikan. Namun, karena selalu berulang, pengusaha tembakau itu penasaran dan menanyakan maksud sang pemuda. Jawab si miskin adalah ” Saya punya tembakau berkualitas bagus . Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak”. Setelah mendengar jawaban tersebut ,si pengusaha kaya lalu mebuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal itu, sang pemuda mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke Amerika lewat si pengusaha kaya raya itu. Maka , jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal. Strategi inilah yang ditiru Elang. Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampu Philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya. “Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap penjualan saya mendapat keuntungan Rp 15 juta,” Ucapnya bangga. Namun, karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, terpikir oleh Elang untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, Elang menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung . Tapi karena bisnis minyak ini 80 % menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliah, ia memutuskan untuk berhenti berjualan. Menyimak perjalanannya, Elang mengaku bahwa bisnis demi bisnis yang dilakukannya lebih banyak menggunakan otot dari pada otak. Ia lalu berkonsultasi ke beberapa pengusaha dan dosennya untuk memperoleh wawasan lain. Enlightment lalu ditemukannya. Bisnis tidak harus selalu memakai otot, dan banyak peluang bisnis yang tidak menggunakan otot. Setelah mendapat berbagai masukan, ia merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampusnya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis ini ia tidak terlibat langsung, ia manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketer perumahan.
UNTUK ORANG LAIN
Sebenarnya , tanpa beralih ke bisnis properti, untuk dirinya sendiri, Elang tidak bisa dibilang kurang mapan. Pemuda antirokok ini sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun dibalik keberhasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang . “Kenapa kondisi saya begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini ?” ia berdialog dengan nuraninya. Ilham dari atas diperolehnya. Bisnis propertilah yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Namun,bisnis properti yang ditujukan untuk orang miskin lebih karena hatinya ikut tersentuh.”Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun. Biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan yang kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah.”ungkapnya pada sebuah kesempatan. Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri Elang hanya mengiklankan di koran lokal . Karena harganya yang relatif murah , pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplet, seperti klinik 24 jam,angkot 24 jam,rumah ibadah,sekolah,lapangan olahraga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staff tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung. Sukses yang sudah ditangan tidak membuat Elang lupa diri. Justru, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyek ia selalu menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal.”Uang yang 10 persen itu saya masukkan BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang modal,”Bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki mengandung hak orang miskin yang wajib dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin. Pendirianya;sedekah tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut. Masih banyak sebenarnya yang ingin Elang lakukan . Diantaranya, ia bercita-cita ingin mendirikan perusahaan yang dapat mempekerjakan 100 ribu orang. Elang Gumilang, masih akan terus mengepakkan sayapnya.
Tulisan inspiratif ini diambil dari buku “Wirausaha Muda MANDIRI” ketika anak sekolah berbisnis oleh Prof Rhenald Kasali,Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Sumber:
Sebening, Embun.2011.KISAH SUKSES ELANG GUMILANG MUDA
             BERKARYA
.
http://iinaprilian.wordpress.com/2011/06/03/kisah-sukses.-
             elang- gumilang- muda-berkarya/
.diakses pada tanggal 21 September
             2013




Kisah Sukses Bapak Rohman Yakub



KISAH SUKSES
BAPAK ROHMAN YAKUB
PEMILIK TOSERBA SAFITRI
Dosen pengampu: Drs. Wagimin, M.Si

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan


Disusun oleh:
Nama        : Ana Pangesti
NIM          : K5412008
Prodi         : Pendidikan geografi



JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN  ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN 2013
Toserba safitri milik bapak Rohman Yakub ini merupakan usaha warisan dari orang tua dari bapak Rohman Yakub. Nama toserba safitri diambil dari salah satu anggota keluarga bapak Rohman yakub. Pemberian nama dengan mengambil nama dari salah satu anggota keluarga dengan tujuan untuk mempermudah konsumen mengingatnya. Nama yang mudah diingat akan membentu dalam proses promosi.
Toko peninggalan dari orang tua bapak Rohman Yakub beralamat di Jl. Kertayasa, Sumberadi, Kebumen. Toko tersebut berpindah ke tangan bapak Rohman Yakub sejak tahun 2003. Awal mula toko dioperasikan pada tahun 2003 oleh bapak Rohman masih dalam skala kecil. Tempat toko masih gabung dengan rumah bapak Rohman. Dalam kegiatan operasional toko bapak Rohman dibantu oleh keluarga. Toko yang tergolong kecil dan pemula ini belum mampu merekrut karyawan dari luar.
Dengan modal yang pas-pasan tidak menjadikan bapak Rohman diam di tempat hanya menunggu para konsumen yang datang. Modal berasal dari kantong pribadi bapak Rohman sebagai  hasil beberapa tahun merantau di Jakarta. Dari modal pribadi tersebut, bapak rohman sedikit demi sedikit menambah jumlah dan variasi produk yang di jual. Semula menjual kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar berkembang dengan menambah produk berupa sembako untuk keperluan hajatan. Sehigga orang yang hendak punya hajatan tidak perlu repot-repot mencari kebutuhan makanan hajatan.
Hambatan-hambatan yang dihadapi bapak Rohman dalam mengembangkan usahanya, antara lain:
1.      Modal
Modal menjadi hambatan utama dalam mengembangkan usaha, karena modal berasal dari kantong pribadi bapak Rohman.
2.      Saingan
Saingan toko-toko disekitar dan minimarket-minimarket menjadi hambatan pengembangan usaha bapak Rohman.

Solusi yang dilakukan bapak Rohman untuk mengatasi hambatan-hambatan diatas, diantaranya:
1.      Modal
Modal yang berasal dari kantong pribadi bapak Rohman belm cukup untuk mengembangkan usahanya. Solusi yang diambil adalah dengan meminjam modal dari bank dan koperasi.
2.      Saingan
Untuk menghadapi saingan dari toko-toko sekitar dan minimarket-minimarket yang berani bersaing, bapak Rohman selektif dalam memilih agen. Bapak rohman mencari agen yang menawarkan harga palig murah diantara agen-agen yang lainnya dengan tetap menjaga kualitas barang.
            Jenis kegiatan pada awal-awal hanya sebatas melayani konsumen. Semakin berkembang toko bapak Rohman melayani para pedagang yang akan menjual dagangannya lagi atau istilah lain melayani kulakan.
            Pelayanan kepada pembeli terutama para pelanggan di beri pelayanan yang sebisa mungkin memuaskan dan tidak mengecewakan pelanggan. Apabila terdapat pelanggan yang sedang membutuhkan barang tetapi uangnya tidak mencukupi untuk membeli semua barang yang dibutuhkan bapak Rohman membantu dengan memberi sedikit hutangan kepada pelanggan tersebut. Namun, bagi para pembeli yang pertama kali memberi tidak diberi hutangan.hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dari kebohongan.
            Pemesanan bagi pelanggan juga di beri kemudahan, dengan membayar DP sebanyak 50% saja sudah diperbolehkan. Kemudahan yang di berikan bapak Rohman kepada pelanggan banyak menjadi pilihan untuk tetap berlangganan di Toserba Safitri. Maka tak heran saat ini hasil penjualan kotor mencapai  75 jutaan per minggu. Diambil rata-rata perbulan 300 juta. Sedangkan laba bersih per bulan mencapai 25 jutaan.
            Untuk mengembangkan usahanya, bapak Rohman membuka cabang di pasar Sruni, Bandung Sruni, Kebumen dan di pasar krakal, Kebumen.
            Konsumen yang semakin bertambah menjadikan bapak Rohman merekrut karyawan untuk membantu operasional usahanya. Tiga orang karyawan ditempatkan di toko yang berada di rumah dan lima orang ditempatkan pada toko-toko cabang di pasar sruni dan pasar krakal. Karyawan diambil dari orang-orang sekitar yang membutuhkan pekerjaan.
            Rencana kedepan bapak Rohman akan membangun gudang terpisah dari rumah sebagai tempat tinggal untuk tempat penyimpanan barang jualan. Saat ini tempat penyimpanan barang jualan masih di rumah. Setelah membangun gudang, bapak Rohman berencana mengembangkan usaha lebih luas lagi dan menambah cabang lagi.
            Kegigihan dan kerja keras bapak Rohman membuahkan hasil, dengan meningkatnya omset dari tahun ketahun, bertambahnya pelanggan karena merasa puas dengan pelayanan dan harganya yang miring. Bertambah karyawan yang diambil dari orang-orang sekitar sehingga dapat membantu mengurangi pengangguran pada daerah setempat.