Oleh :
Ana Pangesti
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pedidikan
Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami
No. 36 A Kentingan, Surakarta – 57126
E-mail: ana.pangesti@gmail.com
ABSTRAK
KONDISI TERUMBU
KARANG DI INDONESIA. Terumbu
Karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan
sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.Terumbu Karang
mempunyai banyak manfaat yang diantaranya manfaat ekonomis dan manfaat
ekologis. kelangsungan hidup Terumbu Karang dipengaruhi oleh faktor alam dan
faktor manusia. Untuk mengetahui kondisi Terumbu Karang dapat dianalisis
menggunakan beberapa metode. Metode itu diantaranya, Manta tow, transek
garis,dan sensus.kondisi Terumbu Karang dapat dikelompokan berdasarkan kriteria
baku kerusakan Terumbu Karang.Terumbu Karang dapat diberi perlakuan pencegahan
sebelum terjadi kerusakan dan diberi perlakuan pemulihan pada Terumbu Karang
yang sudah mengalami kerusakan.
Kata
Kunci : Terumbu Karang, manfaat, faktor ,metode,perlakuan
PENDAHULUAN
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau
kecil. Wilayah Indonesia sebagian besar adalah perairan wilayah daratannya
hanya sepertiga dari wilayah keseluruhan.
Indonesia
juga memiliki jumlah penduduk terbesar
kelima pada tingkat Dunia, yaitu kurang lebih 220 jiwa. Hampir 60 persen
penduduk Indonesia di tinggal diwilayah pesisir. Maka tidak heran jika sebagian
besar penduduk Indonesia melakukan aktivitas sehari-harinya selalu berkaitan
dengan keberadaan sumberdaya disekitar tempat tinggal.
Wilayah
pesisir Indonesia memiliki sumber daya berupa kekayaan dan keanekaragaman
hayati. Salah satu keanekaragaman hayati yang ada diwilayah pesisir adalah
Terumbu Karang. Terumbu Karang merupakan suatu organisme yang hidup di dasar
perairan dan berupa bentukan batuan kapur yang cukup menahan gaya gelombang
ombak. Perkembangan Terumbu Karang cepat, namun memiliki sensitif yang tinggi.
Jika tersentuh benda asing Terumbu Karang akan mudah hancur. Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup Terumbu Karang. Faktor lain yang mempengaruhi faktor alam
maupun aktivitas manusia. Faktor alam yang mempengaruhi kelangsungan hidup Terumbu
Karang antara lain adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan sedimen.
Sedangkan aktifitas manusia merupakan faktor dominan yang menyebabkan kerusakan
Terumbu Karang. Banyak pihak termasuk kaum elit yang tidak mau bertanggung
jawab terhadap kepentingan mereka dalam mengeruk sumber daya lingkungan laut.
Penyebab lain berasal dari masyarakat setempat yang mengakibatkan sumber daya
laut mengalami degradasi sebagai akibat eksploitasi sumber daya laut yang tidak
ramah lingkungan. Keawaman masyarakat tersebut adalah tantangan bagi para ahli
untuk memperbaiki strategi hidup dan kearifan lokal masyarakat setempat. Oleh
karena itu, semakin terasa bahwa untuk memberdayakan masyarakat diperlukan
pemahaman sosiologi masyarakat pesisir. Sosiologi masyarakat pesisir ini
direkonstruksi dari basis sumberdaya dan bersumber pada aktivitas masyarakat
yang terkait dengan sumberdaya alam lingkungan laut.
Bertitik
dari kondisi Terumbu Karang di Indonesia yang semakin memprihatinkan bagi
kelangsungan hidupnya, jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui lebih
banyak informasi mengenai kondisi, penyebab dan penanggulangan terhadap Terumbu
Karang di Indonesia.
Definisi Terumbu Karang
Dalam
membicarakan mengenai ekosistem Terumbu Karang ada beberapa istilah yang
kedengarannya sama, namun maknanya berbeda. Ada empat istilah yang berkaitan dengan kata karang,
yaitu: terumbu Karang, karang, batu karang dan karang batu. Terumbu Karang
adalah bangunan kapur besar yang dibentuk dan dihasilkan oleh binatang karang
dan organisme berkapur lainnya, sehingga membentuk suatu ekosistem yang kompak
sebagai habitat bagi biota-biota laut. Karang adalah suatu kelompok organisme
dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, terutama dari ordo Scleractinia
yang merupakan pembentuk karang batu dan karang lunak. Karang batu adalah
karang hidup yang khusus berkapur,biasanya disebut juga sebagai karang
hermatipik.sedangkan batu karang adalah karang yang sudah mati berupa batu
kapur.
Terumbu
Karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat diwilayah pesisir daerah
tropis. Terumbu terbentuk dari endapan masif kalsium Karbonat yang dihasilkan
oleh organisme karang hermatipik yang hidup bersisbiosis dengan Zooxanthellae.
Zooxanthellae dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis ,
yang kemudian disekresikan sebagian kedalam usus polip sebagai pangan.
Fungsi
dan Manfaat Ekosistem Karang
Beberapa
fungsi dan manfaat Terumbu Karang bagi kehidupan manusia baik dari segi ekonomi
maupun penunjang kegiatan pariwisata, diantaranya:
1. Tempat
tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan
tumbuhan yang menjadi tumpuan kita
2. Indonesia
memiliki Terumbu Karang terluas di dunia, dengan luas sekitar 600.000 km2. Hal
ini dapat menjadi sumber daya laut mempunyai nilai potensi ekonomi yang sangat
tinggi
3. Sebagai
laboratorium alam untuk penunjang pendidikan ddan penelitian
4. Dari
segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan
abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga
mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistempantai lain seperti
padang lamun dan mangrove
5. Keindahan
Terumbu Karang sangat potensial untuk wisata bahari. Masyarakat di sekitar
Terumbu Karang dapat memanfaatkan hal ini dengan mendirikan pusat-pusat
penyelaman, restoran, penginapan
sehingga pendapatan bertambah.
Kerusakan dan degradasi ekosistem
karang
Terumbu
karang mengalami banyak tekanan sebagai akibat dari pola pemanfaatan yang tidak
ramah lingkunagan. Hasil pengamatan Suharsono menyatakan bahwa terdapat 325
stasiun yang tersebar di seluruh Indonesia, bahwa hanya 7 % Terumbu Karang
Indonesia dalam kondisi sangat baik. Sebanyak 22 % dalam kondisi baik, 28 %
dalam kondisi sedang dan 43 % dalam kondisi miskin. Wilkinson menempatka
Terumbu Karang Indonesia dalam kategori kritis dan terancam.(Ambon:2011,dalam PENGENDALIAN EKOWISATA PESISIR DAN LAUT
)
Berdasarkan
data Departemen kelautan dan Perikanan, saat ini sekitar 70 % terumbu karang di
laut Indonesia kondisinya sudah rusak parah dan hanya 30% yang masih relatif
bagus.
Padang (ANTARA News) - Dinas Keluatan
dan Perikanan (DKP) Sumatera Barat mencatat sekitar 70 persen dari 37 ribu
hektare lebih luas terumbu karang di perairan Sumatera Barat (Sumbar) mengalami
kerusakan.
"Umumnya kerusakan terumbu karang di Sumbar disebabkan terjadinya pengendapan dan peningkatan kekeruhan perairan dalam ekosistem karang akibat erosi tanah di daratan, serta kegiatan penggalian dan penambangan di sekitar terumbu karang," kata Kepala DKP Sumbar Yosmeri di Padang
"Umumnya kerusakan terumbu karang di Sumbar disebabkan terjadinya pengendapan dan peningkatan kekeruhan perairan dalam ekosistem karang akibat erosi tanah di daratan, serta kegiatan penggalian dan penambangan di sekitar terumbu karang," kata Kepala DKP Sumbar Yosmeri di Padang
Dari
Jawa Tengah, kepulauan Karimun Jawa juga mengalami kerusakan cukup parah.
Kepala Balai Taman Nasional Karimun Jawa, F Kurung menjelaskan,”Kerusakan
terumbu karang itu selain disebabkan karena faktor alam, juga ulah manusia di
masa lalu. “Kalau terumbu karang rusak, untuk merehabilitasinya butuh waktu
pulihan tahun,” terangnya. Keberadaan terumbu karang tiu sangat vital sebagai
ekosistem laut. Selain membuat ikan betah tinggal dan berkembang biak, juga merupakan
objek wisata bahari paling diminati wisatawan. “Kalau terumbu karang terawat,
maka efek positifnya sampai juga ke masyarakat,” terangnya kepada Suara
Merdeka. (Aji Wihardandi:2012)
Dari
Jawa Timur dilaporkan bahwa kondisi kekayaan bawah laut kekayaan bawah laut
Provinsi Jawa Timur (Jatim) terancam hilang, setelah keadaan terumbu karang di
pesisir pantai Jatim mengalami kerusakan parah. Kerusakan terumbu karang
mencapai 60 persen dari seluruh terumbu karang yang ada di dasar laut pantai
Jatim. Jumlah itu merupakan hasil pemetaan Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Jatim. Namun, angka pastinya belum ada. Hal itu didapat dari seluruh
jumlah terumbu karang seluas 118 ribu hektare di wilayah timur provinsi Jatim.
Kerusakan paling parah, terjadi di Kabupaten Sumenep. Pasalnya, perilaku
menangkap ikan di Sumenep masih banyak menggunakan bahan peledak.(Erjoko:2012)
Dari
data Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, tingkat kerusakan kawasan terumbu
karang mencapai 55%. Kerusakan terparah di tiga daerah yaitu Kepulauan
Spermonde di Selat Makassar, Taka Bonerate di Kabupaten Selayar, dan Pulau
Sembilan di Kabupaten Sinjai.
Analisis
Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
Dalam
banyak kasus , Terumbu karang mengalami kerusakan yang hebat setelah menjadi
objek wisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kondisi secara berkala
agar bilamana terjadi kerusakan, maka kerusakan tersebut dapat terdeteksi sejak
dini. Dengan demikian dapat diupayakan perbaikan atau pencegahan kerusakan
lebih parah sesegera mungkin. Selain itu, analisis kondisi ekosistem juga
bertujuan untuk memantau perkembangan agar kondisi dan kelestariannya dapat
terjaga.
Teknik analisis kondisi ekosistem
Terumbu Karang :
a.
Survei
Manta Tow
Survei
Manta Tow dapat digunakan untuk
mengamati perubahan yang terjadi pada komunitas bentik pada ekosistem Terumbu Karang. Teknik survei ini dapat
digunakan untuk menentukan lokasi Terumbu Karang yang masih baik atau yang
telah rusak. Survei manta tow menggunakan
prinsip pendugaan visual, sehingga dapat memberikan gambaran secara
cepat mengenai kondisi daerah Terumbu Karang pada suatu areal yang luas. Teknik
ini juga dapat digunakan untuk mengamati perubahan kondisi Terumbu Karang yang
berlangsung cepat, misalnya akibat gangguan alam seperti badai Siklon, Tsunami,
kematian masal Karang, dan peledakkan populasi Acanthaster.
Manta
Tow menggunakan papan manta yang ditarik oleh perahu motor. Penarikan
dilakukandengan kecepatan konstan pada daerah batas terluar suatu terumbu. Penarikkan
dibgi kedalam beberapa seri penarikan dimana lama setiap penarikan berlangsung
dua menit.selama kegiatan penarikan dilakukan pengamatan terhadap beberapa
variabel, seperti presentase tutupan Karang hidup, karang mati dan karang
lunak. Variabel-variabel ini dicatat pada kertas data sebagai kategori ataupun
angka bulat. beberapa informasi tambahan dapat dikumpulkan, tergntung pada tujuan
survei, seperti presentase tutupan air dan dan rubble, lokasi bom dan banyaknya
kerang Trida cnadae, Diadema, dan Achantaster.
Kelebihan
dari teknik mata tow adalah dapat digunakan untuk mengamati areal yang
luas dengan cepat, dapat dilakukan
dengan baik setelah mengikuti pelatihan, tidak mahal dan tidak membutuhkan
peralatan yang terlalu spesifik danpengamatan dapat mencangkup areal yang luas
tanpa terlalu melelahkan.
Kekurangan
dari teknik manta tow ini adalah pengamatan dapat melenceng keluar areal
pengamatan yang diinginkan karea arah penarikan ditentukan oleh pengemudi
perahu yang hanya melihat Karang dari permukaan, pengamatan bias atau luput jika
organisme yang diamati kurang nampak, pengamat terlalu banyak dituntut untuk
mengingat sebelum dicatat, dan teknik ini tidak cocok digunakan pada perairan
yang kecerahannya kurang.
b.
Teknik
Transek Garis
Pengamatan
kondisi terumbu karang yang lebih detail dapat dilakukan dengan menggunakan teknik transek garis. Teknik ini pada
mulanya dikembangkan untuk pengamatan ekologi tumbuhan darat. Teknik ini
pertama kali diterapkan pada ekologi terumbu karang oleh Loya (1978), kemudian
disusul oleh Marsh et al (1984).
Teknik transek garis digunakan untuk mengamati komunitas organisme bentik pada
ekosistem terumbu karang. Komunitas dikarakterisasi dengan menggunakan kategori
lifeform yang ditetapkan berdasarkan
deskripsi morfologi komunitas karang.
Kelebihan
teknik inni adalah memungkinkan seseorang mengoleksi data penting meskipun
kurang berpengalaman dalam hal identifikasi komunitas bentik Terumbu Karang. Transek garis merupakan teknik yang akurat
dan efisien untuk mendapatkan data kuantitatif tentang tutupan Karang. Teknik
ini tidak membutuhkan banyak peralatan dan relatif simpel.
Kekurangan
teknik transek garis terletak pada sulitnya menstandarisasi beberapa kategori lifeform. Data yang dapat dikumpulkan
terbatas pada presentase tutupan dan kelimpahan relatif. Teknik ini kurang baik
untuk menentukan aspek demografi, seperti pertumbuhan, rekrutmen dan
mortalitas. Kelemahan llainnya adalah meskipun dapat memberikan informasi
tentang distribusi spasial, namun tidak dapat memberikan gambaran mengenai
perubahan temporal.
c.
Sensus
Visual Ikan Karang
Ikan
karang mempunyai nilai estetik dan ekonomi yang sangat penting untuk menunjang
ekowisata. Oleh karena itu, kondisi dan keanekaragaman ikan karang perlu dijaga
pada kawasan ekowisata. Kebadaan ikan
karang tergantung pada kondisi Terumbu Karang. Ikan Karang memiliki
kecenderungan melimpah pada Terumbu Karang dengan presensi tutupan yang tinggi.
Tujuan survei ikan karang pada kawasan ekowisata adalah untuk mendapatkan
data-data mengenai kecenderungan pertumbuhan populasi, apakah meningkat atau
menurun, serta sebaran dan kelimpahan ikan Karang.
Keunggulan
dari teknik sensus visual ikan karang adalah:
1. Teknik
ini cukup efektif, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
2. Cepat,
tidak merusak dan relatif murah
3. Tidak membutuhkan tenaga kerja manusia yang
banyak dan tidak memerlukan peralatan
khusus
4. Dapat
diulang pada area yang sama setiap saat
5. Pengumpulan
data dapat dilakukan secara cepat
Kekurangan
dari teknik sensus visual ini adalah:
1. Pengamat
harus benar-benar terlatih dan berpengalaman
2. Pengamat
bisa tertarik pada objek tertentu yang diminati
d.
Sensus
Rekrutmen Ikan Karang
Metode
sensus ini kurang baik untuk kelompok anak ikan yang jarang dijumpai seperti Lutjanidae. Jenis ikan yang tidak mudah terlihat dan jarang tidak
dapat diamati dengan adaptasi teknik manapun. Demkian juga untuk jenis ikan
yang terlalu cepat gerakkannya.(English et
al,1994)
Kelebihan
teknik sensus ikan karang ini adalah:
1. Proses
pengamatan cukup cepat dan tidak merusak ekosistm
2. Sederhana
dan biaya pelaksanaannya rendah
3. Tidak
membutuhkan banyak pengamat dan peralatan khusus
4. Dapat
dilakuakan sensus pada area yang sama dari waktu ke waktu
Kekurangan
teknik sensus ini adalah:
1. Pengamat
harus benar-benar terlatih dan berpengalaman dalam hal identifikasi ikan
2. Hanya
dapat memantau anak jenis ikan yang menghuni dasar perairan yang mudah terlihat
3. Kurang
baik diterapkan pada ikan Pelagis
Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang
(Kepmeneg LH No.
04 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakkan terumbu karang)
Parameter
|
Kriteria
baku kerusakan terumbu karang
(dalam
persen)
|
||
Presentase
luas tutupan Terumbu Karang yang hidup
|
Rusak
|
Sedang
|
0-24,9
|
Buruk
|
25-49,9
|
||
Baik
|
Baik
|
50-74,9
|
|
Baik
sekali
|
75-100
|
||
Keterangan : prosenase luas tutupan
Terumbu Karang yang hidup yang dapat ditenggang: 50-100%
|
Pedoman
Tata Cara Pencegahan, Penanggulangan, dan Pemulihan Kerusakan Karang (Kepmeneg
LH No. 04 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang)
a. Penyebeb kerusakan Terumbu Karang
1.
Sedimentasi
Konstruksi
di daratan dan sepanjang pantai,penambangan atau pertanian didaerah aliran
sungai ataupun penebangan huta tropis menyebabkan tanah mengalami erosi dan
terbawa melalui aliran sungai kelaut dan Terumbu Karang. Kotoran-kotoran,lumpur
ataupun pasir-pasir ini dapat membuat air menjadi kotor dan tidak jernih lagi
sehingga karang tidak dapat bertahan hidup karena kurangnya cahaya.
2.
Penangkapan dengan bahan peledak
Penggunaan
Kalium Nitrat (sejenis pupuk) sebagai bahan peledak akan mengakibatkan ledakan
yang besar, sehingga membunuh ikan dan merusak karang disekitarnya.
3.
Aliran Drainase
Aliran
drainase yang mengandung pupuk dan kotoran yang terbuang keperairan pantai yang
mendorong pertumbuhan Algae yang akan menghambat polip karang, mengurangi
asupan cahaya dan oksigen. Penangkapan secara berlebihan membuat masalah ini
bertambah buruk karena ikan-ikan yang biasanya makan Algae juga ikut
tertangkap.
4.
Pencemaran air
Produk-produk
minyak bumi dan kimia lain yang dibuang didekat perairan pantai,pada akhirnya
akan mencapai Terumbu Karang. Bahan-bahan pencemar ini akan meracuni polip
Karang dan biota laut lainnya.
5.
Pengelolaan Tempat Rekreasi
Pengelolaan
rekreasi diwilayah pesisir yang tidak memperhatikan lingkungan akan dapat
menyebabkan rusaknya Terumbu Karang.
6.
Pemanasan Global
Pemanasan
global mengakibatkan cuaca ekstrim sukar diperkirakan, seperti badai tropis
yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik ekosistem Terumbu Karang yang sangat
besar. Meningkatnya permukaan laut juga menjadi ancaman serius bagi Terumbu
Karang dan pulau-pulau kecil maupun atol.
b. Pencegahan dan Penanggulangan
1.
Peningkatan kesadaran dan partisipasi
Adalah
upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peranan Terumbu Karang dan
mengajak untuk berperan aktif dan bertanggung jawab dalam mengelola dan
memanfaatkan Terumbu Karang secara lestari.
2.
Pengeloolaan berbasis masyarakat
a.
Membian masyarakat untuk melakukan
kegiatan alternatif seperti budidaya, pemandu wisata, dan usaha kerajinan tangan yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
b.
Menerapkan pengetahuan dan teknologi
rehabilitasi dan pengelolaan Terumbu Karang
agar dapat dimanfaatkan secara lestari.
3.
Pengembangan Kelembagaan
a.
Memperkuat
koordinasi antarinstansi yang berperan dalam penanganan Terumbu Karang
b.
Meningkatkan kemampuan SDM melalui
berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan dan teknik rehabilitas
Terumbu Karang
4.
Penelitian,Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan
ini akan langsung diawasi oleh LIPIyang telah memiliki stasiun-stasiun dibeberapa tempat, seperti: Biak, Ambon, dan
Lombok.
5.
Penegakkan Hukum
Komponen
ini dipandang sangat penting sebagai salah satu komponen kunci yang harus
dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan program rehabilitasi dan pengelolaan
Terumbu Karang.
c. Pemulihan
1. Zonasi
Pengeloaan zonasi pesisir bertujuan untuk
memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah rusak, khususnya pada Terumbu Karang
tidak dapat diganggu oleh aktivitas sehingga dapat tumbuh dan pulih secara
alami
2. Rehabilitasi
a.
Meningkatkan populasi karang
Dengan
membiarkan benih Karang yang hidup menempel pada permukaan benda yang bersih
dan halus dengan pori-pori kecil atau liang untuk berlindung
b.
Mengurangi Alga Hidup yang Bebas
Dapat
dilakukan dengan cara membersihkan karang dari Alga dan meningkatkan hewan
pemangsa Alga
c.
Meningkatkan Ikan-Ikan Karang
Dapat dilakukan
dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu dengan meningkatkan ikan herbivora dan
merehabilitasi Padang Lamun sebagai pelindung bagi ikan-ikan kecil,
meningkatkan migrasi atau menambah stok ikan, serta menurunkan mortalitas jenis
ikan favorit
SIMPULAN
Kondisi Terumbu Karang di
Indonesia membutuhkan perhatian dari semua pihak, baik dari pihak masyarakat,
pemerintah ataupun dari pihak pengeksploitasi. Dari kesemua pihak itu
dibutuhkan sikap kesadaran diri untuk ikut bertanggung jawab terhadap
kelestarian Terumbu Karang. Terumbu Karang akan mendatangkan banyak manfaat
bagi kehidupan manusia jika Terumbu Karang itu terpelihara dengan baik. Namun
jika Terumbu Karang terganggu hidupnya karena beberapa faktor, Terumbu Karang
tidak lagi mendatangkan manfaat dan akan punah.
DAFTAR
PUSTAKA
Tuwo,
Ambon.2011.PENGENDALIAN EKOWISATA PESISIR
DAN LAUT.
Surabaya : Brilian Internasional
Surabaya : Brilian Internasional
Budi
Setyawan,Wahyu.2005. INTERAKSI DARATAN DAN LAUTAN.
Jakarta:LIPI Press
Budi
Mulya,Miswar.2006.JURNAL KOMUNIKASI PENELITIAN
Yasin.2011.Makalah
Terumbu Karang
http://yasinwildblood.blogspot.com/2011/03/makalah-terumbu-karang.html
di unduh pada Senin, 12 November 2012
http://yasinwildblood.blogspot.com/2011/03/makalah-terumbu-karang.html
di unduh pada Senin, 12 November 2012
Tika.2010.Apa
Itu Terumbu Karang. http://kvp2131tika.wordpress.com/coral/apa-itu-
terumbu-karang/ di unduh pada Selasa, 13 November 2012
terumbu-karang/ di unduh pada Selasa, 13 November 2012
Hadie,Wartono.2008.KONSERVASI
TERUMBU KARANG :MELALUI BUDIDAYA TANAMAN
HIAS SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR.vol 1
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12085663.pdf di unduh pada Selasa,
13 November 2012
HIAS SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR.vol 1
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12085663.pdf di unduh pada Selasa,
13 November 2012
ANTARA News.2012.70
persen terumbu karang Sumbar rusak.
http://www.antaranews.com/berita/296577/70-persen-terumbu-karang-
sumbar-rusak, di unduh pada Selasa,
27 November 2012
http://www.antaranews.com/berita/296577/70-persen-terumbu-karang-
sumbar-rusak, di unduh pada Selasa,
27 November 2012
Wihardandi,Aji.2012.Dari
Sabang Sampai Merauke, Hancur Terumbu Karang
Tanah Airkuhttp://www.mongabay.co.id/2012/07/09/dari-sabang-sampai-
merauke-hancur-terumbu-karang-tanah-airku/#ixzz2DSxnTo4j, di unduh
pada Senin, 26 November 2012
Tanah Airkuhttp://www.mongabay.co.id/2012/07/09/dari-sabang-sampai-
merauke-hancur-terumbu-karang-tanah-airku/#ixzz2DSxnTo4j, di unduh
pada Senin, 26 November 2012