Tampilkan postingan dengan label bhs.Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bhs.Indonesia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 November 2012

KONDISI TERUMBU KARANG DI INDONESIA


Oleh :
Ana Pangesti
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan, Surakarta – 57126

ABSTRAK

KONDISI TERUMBU KARANG DI INDONESIA. Terumbu Karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.Terumbu Karang mempunyai banyak manfaat yang diantaranya manfaat ekonomis dan manfaat ekologis. kelangsungan hidup Terumbu Karang dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor manusia. Untuk mengetahui kondisi Terumbu Karang dapat dianalisis menggunakan beberapa metode. Metode itu diantaranya, Manta tow, transek garis,dan sensus.kondisi Terumbu Karang dapat dikelompokan berdasarkan kriteria baku kerusakan Terumbu Karang.Terumbu Karang dapat diberi perlakuan pencegahan sebelum terjadi kerusakan dan diberi perlakuan pemulihan pada Terumbu Karang yang sudah mengalami kerusakan.
Kata Kunci : Terumbu Karang, manfaat, faktor ,metode,perlakuan

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau kecil. Wilayah Indonesia sebagian besar adalah perairan wilayah daratannya hanya sepertiga dari wilayah keseluruhan.
Indonesia juga memiliki jumlah penduduk  terbesar kelima pada tingkat Dunia, yaitu kurang lebih 220 jiwa. Hampir 60 persen penduduk Indonesia di tinggal diwilayah pesisir. Maka tidak heran jika sebagian besar penduduk Indonesia melakukan aktivitas sehari-harinya selalu berkaitan dengan keberadaan sumberdaya disekitar tempat tinggal.
Wilayah pesisir Indonesia memiliki sumber daya berupa kekayaan dan keanekaragaman hayati. Salah satu keanekaragaman hayati yang ada diwilayah pesisir adalah Terumbu Karang. Terumbu Karang merupakan suatu organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur yang cukup menahan gaya gelombang ombak. Perkembangan Terumbu Karang cepat, namun memiliki sensitif yang tinggi. Jika tersentuh benda asing Terumbu Karang akan mudah hancur. Faktor  lingkungan juga sangat mempengaruhi kelangsungan hidup Terumbu Karang. Faktor lain yang mempengaruhi faktor alam maupun aktivitas manusia. Faktor alam yang mempengaruhi kelangsungan hidup Terumbu Karang antara lain adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan sedimen. Sedangkan aktifitas manusia merupakan faktor dominan yang menyebabkan kerusakan Terumbu Karang. Banyak pihak termasuk kaum elit yang tidak mau bertanggung jawab terhadap kepentingan mereka dalam mengeruk sumber daya lingkungan laut. Penyebab lain berasal dari masyarakat setempat yang mengakibatkan sumber daya laut mengalami degradasi sebagai akibat eksploitasi sumber daya laut yang tidak ramah lingkungan. Keawaman masyarakat tersebut adalah tantangan bagi para ahli untuk memperbaiki strategi hidup dan kearifan lokal masyarakat setempat. Oleh karena itu, semakin terasa bahwa untuk memberdayakan masyarakat diperlukan pemahaman sosiologi masyarakat pesisir.  Sosiologi masyarakat pesisir ini direkonstruksi dari basis sumberdaya dan bersumber pada aktivitas masyarakat yang terkait dengan sumberdaya alam lingkungan laut.
Bertitik dari kondisi Terumbu Karang di Indonesia yang semakin memprihatinkan bagi kelangsungan hidupnya, jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui lebih banyak informasi mengenai kondisi, penyebab dan penanggulangan terhadap Terumbu Karang di Indonesia.

Definisi Terumbu Karang
Dalam membicarakan mengenai ekosistem Terumbu Karang ada beberapa istilah yang kedengarannya sama, namun maknanya berbeda. Ada empat  istilah yang berkaitan dengan kata karang, yaitu: terumbu Karang, karang, batu karang dan karang batu. Terumbu Karang adalah bangunan kapur besar yang dibentuk dan dihasilkan oleh binatang karang dan organisme berkapur lainnya, sehingga membentuk suatu ekosistem yang kompak sebagai habitat bagi biota-biota laut. Karang adalah suatu kelompok organisme dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, terutama dari ordo Scleractinia yang merupakan pembentuk karang batu dan karang lunak. Karang batu adalah karang hidup yang khusus berkapur,biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik.sedangkan batu karang adalah karang yang sudah mati berupa batu kapur.
Terumbu Karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat diwilayah pesisir daerah tropis. Terumbu terbentuk dari endapan masif kalsium Karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang hermatipik yang hidup bersisbiosis dengan Zooxanthellae. Zooxanthellae dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis , yang kemudian disekresikan sebagian kedalam usus polip sebagai pangan.

Fungsi  dan Manfaat Ekosistem Karang
            Beberapa fungsi dan manfaat Terumbu Karang bagi kehidupan manusia baik dari segi ekonomi maupun penunjang kegiatan pariwisata, diantaranya:
1.      Tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita
2.      Indonesia memiliki Terumbu Karang terluas di dunia, dengan luas sekitar 600.000 km2. Hal ini dapat menjadi sumber daya laut mempunyai nilai potensi ekonomi yang sangat tinggi
3.      Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan ddan penelitian
4.      Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistempantai lain seperti padang lamun dan mangrove
5.      Keindahan Terumbu Karang sangat potensial untuk wisata bahari. Masyarakat di sekitar Terumbu Karang dapat memanfaatkan hal ini dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman, restoran,  penginapan sehingga pendapatan bertambah.

Kerusakan dan degradasi ekosistem karang
Terumbu karang mengalami banyak tekanan sebagai akibat dari pola pemanfaatan yang tidak ramah lingkunagan. Hasil pengamatan Suharsono menyatakan bahwa terdapat 325 stasiun yang tersebar di seluruh Indonesia, bahwa hanya 7 % Terumbu Karang Indonesia dalam kondisi sangat baik. Sebanyak 22 % dalam kondisi baik, 28 % dalam kondisi sedang dan 43 % dalam kondisi miskin. Wilkinson menempatka Terumbu Karang Indonesia dalam kategori kritis dan terancam.(Ambon:2011,dalam PENGENDALIAN EKOWISATA PESISIR DAN LAUT )
Berdasarkan data Departemen kelautan dan Perikanan, saat ini sekitar 70 % terumbu karang di laut Indonesia kondisinya sudah rusak parah dan hanya 30% yang masih relatif bagus.
Padang (ANTARA News) - Dinas Keluatan dan Perikanan (DKP) Sumatera Barat mencatat sekitar 70 persen dari 37 ribu hektare lebih luas terumbu karang di perairan Sumatera Barat (Sumbar) mengalami kerusakan.
"Umumnya kerusakan terumbu karang di Sumbar disebabkan terjadinya pengendapan dan peningkatan kekeruhan perairan dalam ekosistem karang akibat erosi tanah di daratan, serta kegiatan penggalian dan penambangan di sekitar terumbu karang," kata Kepala DKP Sumbar Yosmeri di Padang
Dari Jawa Tengah, kepulauan Karimun Jawa juga mengalami kerusakan cukup parah. Kepala Balai Taman Nasional Karimun Jawa, F Kurung menjelaskan,”Kerusakan terumbu karang itu selain disebabkan karena faktor alam, juga ulah manusia di masa lalu. “Kalau terumbu karang rusak, untuk merehabilitasinya butuh waktu pulihan tahun,” terangnya. Keberadaan terumbu karang tiu sangat vital sebagai ekosistem laut. Selain membuat ikan betah tinggal dan berkembang biak, juga merupakan objek wisata bahari paling diminati wisatawan. “Kalau terumbu karang terawat, maka efek positifnya sampai juga ke masyarakat,” terangnya kepada Suara Merdeka. (Aji Wihardandi:2012)
Dari Jawa Timur dilaporkan bahwa kondisi kekayaan bawah laut kekayaan bawah laut Provinsi Jawa Timur (Jatim) terancam hilang, setelah keadaan terumbu karang di pesisir pantai Jatim mengalami kerusakan parah. Kerusakan terumbu karang mencapai 60 persen dari seluruh terumbu karang yang ada di dasar laut pantai Jatim. Jumlah itu merupakan hasil pemetaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim. Namun, angka pastinya belum ada. Hal itu didapat dari seluruh jumlah terumbu karang seluas 118 ribu hektare di wilayah timur provinsi Jatim. Kerusakan paling parah, terjadi di Kabupaten Sumenep. Pasalnya, perilaku menangkap ikan di Sumenep masih banyak menggunakan bahan peledak.(Erjoko:2012)
Dari data Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, tingkat kerusakan kawasan terumbu karang mencapai 55%. Kerusakan terparah di tiga daerah yaitu Kepulauan Spermonde di Selat Makassar, Taka Bonerate di Kabupaten Selayar, dan Pulau Sembilan di Kabupaten Sinjai.

Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
Dalam banyak kasus , Terumbu karang mengalami kerusakan yang hebat setelah menjadi objek wisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kondisi secara berkala agar bilamana terjadi kerusakan, maka kerusakan tersebut dapat terdeteksi sejak dini. Dengan demikian dapat diupayakan perbaikan atau pencegahan kerusakan lebih parah sesegera mungkin. Selain itu, analisis kondisi ekosistem juga bertujuan untuk memantau perkembangan agar kondisi dan kelestariannya dapat terjaga.

Teknik analisis kondisi ekosistem Terumbu Karang :

a.      Survei Manta Tow
Survei Manta Tow  dapat digunakan untuk mengamati perubahan yang terjadi pada komunitas bentik pada ekosistem  Terumbu Karang. Teknik survei ini dapat digunakan  untuk menentukan lokasi  Terumbu Karang yang masih baik atau yang telah rusak. Survei manta tow menggunakan  prinsip pendugaan visual, sehingga dapat memberikan gambaran secara cepat mengenai kondisi daerah Terumbu Karang pada suatu areal yang luas. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengamati perubahan kondisi Terumbu Karang yang berlangsung cepat, misalnya akibat gangguan alam seperti badai Siklon, Tsunami, kematian masal Karang, dan peledakkan populasi Acanthaster.
Manta Tow menggunakan papan manta yang ditarik oleh perahu motor. Penarikan dilakukandengan kecepatan konstan pada daerah batas terluar suatu terumbu. Penarikkan dibgi kedalam beberapa seri penarikan dimana lama setiap penarikan berlangsung dua menit.selama kegiatan penarikan dilakukan pengamatan terhadap beberapa variabel, seperti presentase tutupan Karang hidup, karang mati dan karang lunak. Variabel-variabel ini dicatat pada kertas data sebagai kategori ataupun angka bulat. beberapa informasi tambahan dapat dikumpulkan, tergntung pada tujuan survei, seperti presentase tutupan air dan dan rubble, lokasi bom dan banyaknya kerang Trida cnadae, Diadema, dan Achantaster.
Kelebihan dari teknik mata tow adalah dapat digunakan untuk mengamati areal yang luas  dengan cepat, dapat dilakukan dengan baik setelah mengikuti pelatihan, tidak mahal dan tidak membutuhkan peralatan yang terlalu spesifik danpengamatan dapat mencangkup areal yang luas tanpa terlalu melelahkan.
Kekurangan dari teknik manta tow ini adalah pengamatan dapat melenceng keluar areal pengamatan yang diinginkan karea arah penarikan ditentukan oleh pengemudi perahu yang hanya melihat Karang dari permukaan, pengamatan bias atau luput jika organisme yang diamati kurang nampak, pengamat terlalu banyak dituntut untuk mengingat sebelum dicatat, dan teknik ini tidak cocok digunakan pada perairan yang kecerahannya kurang. 

b.      Teknik Transek Garis
Pengamatan kondisi terumbu karang yang lebih detail dapat dilakukan dengan menggunakan teknik transek garis. Teknik ini pada mulanya dikembangkan untuk pengamatan ekologi tumbuhan darat. Teknik ini pertama kali diterapkan pada ekologi terumbu karang oleh Loya (1978), kemudian disusul oleh Marsh et al (1984). Teknik transek garis digunakan untuk mengamati komunitas organisme bentik pada ekosistem terumbu karang. Komunitas dikarakterisasi dengan menggunakan kategori lifeform yang ditetapkan berdasarkan deskripsi morfologi komunitas karang.
Kelebihan teknik inni adalah memungkinkan seseorang mengoleksi data penting meskipun kurang berpengalaman dalam hal identifikasi komunitas bentik Terumbu Karang. Transek garis merupakan teknik yang akurat dan efisien untuk mendapatkan data kuantitatif tentang tutupan Karang. Teknik ini tidak membutuhkan banyak peralatan dan relatif simpel.
Kekurangan teknik transek garis terletak pada sulitnya menstandarisasi beberapa kategori lifeform. Data yang dapat dikumpulkan terbatas pada presentase tutupan dan kelimpahan relatif. Teknik ini kurang baik untuk menentukan aspek demografi, seperti pertumbuhan, rekrutmen dan mortalitas. Kelemahan llainnya adalah meskipun dapat memberikan informasi tentang distribusi spasial, namun tidak dapat memberikan gambaran mengenai perubahan temporal.

c.       Sensus Visual Ikan Karang
Ikan karang mempunyai nilai estetik dan ekonomi yang sangat penting untuk menunjang ekowisata. Oleh karena itu, kondisi dan keanekaragaman ikan karang perlu dijaga pada kawasan ekowisata.  Kebadaan ikan karang tergantung pada kondisi Terumbu Karang. Ikan Karang memiliki kecenderungan melimpah pada Terumbu Karang dengan presensi tutupan yang tinggi. Tujuan survei ikan karang pada kawasan ekowisata adalah untuk mendapatkan data-data mengenai kecenderungan pertumbuhan populasi, apakah meningkat atau menurun, serta sebaran dan kelimpahan ikan Karang.
Keunggulan dari teknik sensus visual ikan karang adalah:
1.      Teknik ini cukup efektif, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
2.      Cepat, tidak merusak dan relatif murah
3.       Tidak membutuhkan tenaga kerja manusia yang banyak dan tidak  memerlukan peralatan khusus
4.      Dapat diulang pada area yang sama setiap saat
5.      Pengumpulan data dapat dilakukan secara cepat
Kekurangan dari teknik sensus visual ini adalah:
1.      Pengamat harus benar-benar terlatih dan berpengalaman
2.      Pengamat bisa tertarik pada objek tertentu yang diminati

d.      Sensus Rekrutmen Ikan Karang
Metode sensus ini kurang baik untuk kelompok anak ikan yang  jarang dijumpai seperti Lutjanidae. Jenis ikan yang tidak mudah terlihat dan jarang tidak dapat diamati dengan adaptasi teknik manapun. Demkian juga untuk jenis ikan yang terlalu cepat gerakkannya.(English et al,1994)
Kelebihan teknik sensus ikan karang ini adalah:
1.      Proses pengamatan cukup cepat dan tidak merusak ekosistm
2.      Sederhana dan biaya pelaksanaannya rendah
3.      Tidak membutuhkan banyak pengamat dan peralatan khusus
4.      Dapat dilakuakan sensus pada area yang sama dari waktu ke waktu
Kekurangan teknik sensus ini adalah:
1.      Pengamat harus benar-benar terlatih dan berpengalaman dalam hal identifikasi ikan
2.      Hanya dapat memantau anak jenis ikan yang menghuni dasar perairan yang mudah terlihat
3.      Kurang baik diterapkan pada ikan Pelagis

Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
(Kepmeneg LH No. 04 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakkan terumbu karang)
Parameter
Kriteria baku kerusakan terumbu karang
(dalam persen)
Presentase luas tutupan Terumbu Karang yang hidup
Rusak
Sedang
0-24,9
Buruk
25-49,9
Baik
Baik
50-74,9
Baik sekali
75-100
Keterangan : prosenase luas tutupan Terumbu Karang yang hidup yang dapat ditenggang: 50-100%

Pedoman Tata Cara Pencegahan, Penanggulangan, dan Pemulihan Kerusakan Karang (Kepmeneg LH No. 04 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang)

a.      Penyebeb kerusakan Terumbu Karang
1.      Sedimentasi
Konstruksi di daratan dan sepanjang pantai,penambangan atau pertanian didaerah aliran sungai ataupun penebangan huta tropis menyebabkan tanah mengalami erosi dan terbawa melalui aliran sungai kelaut dan Terumbu Karang. Kotoran-kotoran,lumpur ataupun pasir-pasir ini dapat membuat air menjadi kotor dan tidak jernih lagi sehingga karang tidak dapat bertahan hidup karena kurangnya cahaya.
2.      Penangkapan dengan bahan peledak
Penggunaan Kalium Nitrat (sejenis pupuk) sebagai bahan peledak akan mengakibatkan ledakan yang besar, sehingga membunuh ikan dan merusak karang disekitarnya.
3.      Aliran Drainase
Aliran drainase yang mengandung pupuk dan kotoran yang terbuang keperairan pantai yang mendorong pertumbuhan Algae yang akan menghambat polip karang, mengurangi asupan cahaya dan oksigen. Penangkapan secara berlebihan membuat masalah ini bertambah buruk karena ikan-ikan yang biasanya makan Algae juga ikut tertangkap.
4.      Pencemaran air
Produk-produk minyak bumi dan kimia lain yang dibuang didekat perairan pantai,pada akhirnya akan mencapai Terumbu Karang. Bahan-bahan pencemar ini akan meracuni polip Karang dan biota laut lainnya.
5.      Pengelolaan Tempat Rekreasi
Pengelolaan rekreasi diwilayah pesisir yang tidak memperhatikan lingkungan akan dapat menyebabkan rusaknya Terumbu Karang.
6.      Pemanasan Global
Pemanasan global mengakibatkan cuaca ekstrim sukar diperkirakan, seperti badai tropis yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik ekosistem Terumbu Karang yang sangat besar. Meningkatnya permukaan laut juga menjadi ancaman serius bagi Terumbu Karang dan pulau-pulau kecil maupun atol.

b.      Pencegahan dan Penanggulangan
1.      Peningkatan kesadaran dan partisipasi
Adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peranan Terumbu Karang dan mengajak untuk berperan aktif dan bertanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan Terumbu Karang secara lestari.
2.      Pengeloolaan berbasis masyarakat
a.       Membian masyarakat untuk melakukan kegiatan alternatif seperti budidaya, pemandu wisata, dan usaha kerajinan tangan  yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
b.      Menerapkan pengetahuan dan teknologi rehabilitasi dan pengelolaan Terumbu Karang  agar dapat dimanfaatkan secara lestari.
3.      Pengembangan Kelembagaan
a.        Memperkuat koordinasi antarinstansi yang berperan dalam penanganan Terumbu Karang
b.      Meningkatkan kemampuan SDM melalui berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan dan teknik rehabilitas Terumbu Karang
4.      Penelitian,Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan ini akan langsung diawasi oleh LIPIyang telah memiliki stasiun-stasiun  dibeberapa tempat, seperti: Biak, Ambon, dan Lombok.
5.      Penegakkan Hukum
Komponen ini dipandang sangat penting sebagai salah satu komponen kunci yang harus dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan program rehabilitasi dan pengelolaan Terumbu Karang.

c.       Pemulihan  
1.      Zonasi
Pengeloaan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah rusak, khususnya pada Terumbu Karang tidak dapat diganggu oleh aktivitas sehingga dapat tumbuh dan pulih secara alami
2.      Rehabilitasi
a.       Meningkatkan populasi karang
Dengan membiarkan benih Karang yang hidup menempel pada permukaan benda yang bersih dan halus dengan pori-pori kecil atau liang untuk berlindung
b.      Mengurangi Alga Hidup yang Bebas
Dapat dilakukan dengan cara membersihkan karang dari Alga dan meningkatkan hewan pemangsa Alga
c.       Meningkatkan Ikan-Ikan Karang
Dapat dilakukan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu dengan meningkatkan ikan herbivora dan merehabilitasi Padang Lamun sebagai pelindung bagi ikan-ikan kecil, meningkatkan migrasi atau menambah stok ikan, serta menurunkan mortalitas jenis ikan favorit

SIMPULAN
                  Kondisi Terumbu Karang di Indonesia membutuhkan perhatian dari semua pihak, baik dari pihak masyarakat, pemerintah ataupun dari pihak pengeksploitasi. Dari kesemua pihak itu dibutuhkan sikap kesadaran diri untuk ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian Terumbu Karang. Terumbu Karang akan mendatangkan banyak manfaat bagi kehidupan manusia jika Terumbu Karang itu terpelihara dengan baik. Namun jika Terumbu Karang terganggu hidupnya karena beberapa faktor, Terumbu Karang tidak lagi mendatangkan manfaat dan akan punah.

DAFTAR PUSTAKA
Tuwo, Ambon.2011.PENGENDALIAN EKOWISATA PESISIR DAN LAUT.
            Surabaya : Brilian Internasional
Budi Setyawan,Wahyu.2005. INTERAKSI DARATAN DAN LAUTAN.
            Jakarta:LIPI Press
Budi Mulya,Miswar.2006.JURNAL KOMUNIKASI PENELITIAN
Yasin.2011.Makalah Terumbu Karang
          
http://yasinwildblood.blogspot.com/2011/03/makalah-terumbu-karang.html
           di unduh pada Senin, 12 November 2012
Tika.2010.Apa Itu Terumbu Karang. http://kvp2131tika.wordpress.com/coral/apa-itu-
           terumbu-karang/
di unduh pada Selasa, 13 November 2012
Hadie,Wartono.2008.KONSERVASI TERUMBU KARANG :MELALUI BUDIDAYA TANAMAN
             HIAS SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR.vol 1 
            
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12085663.pdf di unduh pada Selasa,
          13 November 2012
ANTARA News.2012.70 persen terumbu karang Sumbar rusak.
         
http://www.antaranews.com/berita/296577/70-persen-terumbu-karang-
          sumbar-rusak
, di unduh pada Selasa,
          27 November 2012
Wihardandi,Aji.2012.Dari Sabang Sampai Merauke, Hancur Terumbu Karang
          Tanah Airku
http://www.mongabay.co.id/2012/07/09/dari-sabang-sampai-
          merauke-hancur-terumbu-karang-tanah-airku/#ixzz2DSxnTo4j
, di unduh
          pada Senin, 26 November 2012
         

 

                                                                                             

Kamis, 13 September 2012

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SEJAK KEJAYAAN SRIWIJAYA SAMPAI DENGAN TAHUN 1945



Pad zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan , yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara. Informasi dari seorang ahli sejara China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di Sriwijay ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing : 63-159), Kou Luen (I-Tsing : 183), K’ouen loven (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Ali Syahbana, 1971 : 0001089), Kun’lun (parnikel, 1977 : 91), K’un-lun (prentice 1978 : 19), ayng berdampingan dengan sanskerta.
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia :
  1. Tahun 1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
  2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
  3.  Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan rakyat), seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
  1. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan.
  2. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
    • Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
  1. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
  2. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
  3. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.
  4. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut.
  Bahasa resmi negara .
  Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
  Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.
  Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.