Selasa, 31 Desember 2013

Interaksi Ekosistem dan Sistem Sosial

INTERAKSI EKOSISTEM DAN SISTEM SOSIAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Sarwono, M.Pd



Disusun Oleh :

1.      Alief Bagas Oktavian            K5412005
2.      Annisa Nur Fadhilah            K5412011
3.      Ari Whudian                         K5412011
4.      Arifia Mawardani                 K5412016
5.      Ganang Eko Winggih           K5412033


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dengan lingkungan yang dimaksud bisa berupa lingkungan biotik maupun abiotik. Dalam ekosistem setiap makhluk hidup memiliki peranan masing-masing hingga membentuk suatu interaksi. Interaksi yang terjadi bisa berupa interaksi yang saling menguntungkan, membuat salah satu pihak rugi ataupun tidak berpengaruh apapun.
Sistem sosial meruapakan salah satu aspek penting yang memiliki pengaruh besar terhadap ekosistem. Ekosistem banyak mengalami perubahan akibat interaksi berlebihan yang terjadi antara sistem sosial dan ekosistem. Interaksi antara ekosistem dengan sistem sosial memicu terjadinya eksploitasi dalam ekosistem. Oleh karena itu perlu adanya kendali terhadap interaksi yang terjadi diantaranya.
Makalah ini membahas tentang interaksi ekosistem dan sistem sosial untuk mengetahui seberapa besar peran sistem sosial terhadap kelangsungan suatu ekosistem.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
-          Apa itu ekosistem?
-          Apa itu sistem sosial?
-          Apa saja interaksi yang terjadi antara ekosistem dengan sitem sosial?
-          Bagaimana dampak interaksi ekosistem dengan sistem sosial?
C.      Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
-          Mengetahui dan memahami pengertian dari ekosistem
-          Mengetahui dan memahami apa itu sistem sosial
-          Mengetahui dan memahami apa saja interaksi yang terjadi antara ekosistem dengan sitem sosial.
-          Mampu menganalisa seperti apa dan bagaimana dampak interaksi ekosistem dengan sistem sosial yang terjadi.

-           
BAB II
PEMBAHASAN


A.      Ekosistem
Secara sederhana, pengertian ekosistem adalah suatu tatanan dan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh di antara segenap komponen lingkungan hidup. Komponen ini saling berinteraksi dan pada akhirnya membentuk kesatuan yang teratur dan dinamis. Jika kita memperhatikan di sekeliling kita, ada beragam interaksi mahluk hidup yang menghasilkan harmoni dan keseimbangan hidup. Pola hubungan ini menciptakan keterikatan antara komponen yang satu dan lainnya. Hal ini merujuk pada apa yang disebut dengan ekosistem. Menurut, UU No. 23 Tahun 1997, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, dan komunitas.
Secara garis besar ada dua jenis komponen ekosistem yang diambil, yakni: 
a.     Komponen abiotik atau fisik. Komponen ini mencakup semua unsur yang bukan mahluk hidup seperti udara, suhu, air, tanah, curah hujan, bebatuan, gurun, karang, salju dan masih banyak lagi lainnya.
b.    Komponen hayati atau biotik yang mencakup semua mahluk hidup yang dilihat dari susunan trofiknya dibagi ke dalam beberapa tingkatan yakni komponen produsen, komponen konsumen, dan juga komponen pengurai. Dan apabila dilihat dari fungsi komponen itu sendiri maka ia dibagi ke dalam dua komponen dasar yakni komponen autotrof dan juga komponen heterotrof. Autotrof sendiri merupakan mahluk hidup yang bisa membentuk sendiri makanannya sementara itu heterotrof adalah organisme konsumen yang mengambil makanan dari luar dirinya.
Ekosistem di katakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen dalam ekosistem dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Komponen-komponen ekosistem berdasarkan susunan dan fungsinya tersebut adalah:
a.    Komponen autotrof
Kata autotrof berasal dari kata auto yang berarti sendiri, dan trophikos yang berarti “menyediakan makan“. Pengertian dari autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b.    Komponen heterotrof
Heterotrof berasal dari kata “Heteros” yang berarti  berbeda, dan trophikos yang berarti makanan). Pengertian dari heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c.     Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
d.    Pengurai (dekomposer)
Pengertian dari Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia. Perubahan ekosistem secara alami dapat terjadi karena adanya gangguan alam. Misalnya gunung meletus, kebakaran hutan, dan perubahan musim. Bencana alam  dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Manusia mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan ekosistem. Akan tetapi, manusia juga dapat merusak ekosistem.
Ekosistem dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan karakteristik tertentu. Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
·           Ekosistem alami
Ekosistem alami merupakan suatu ekosistem yang terjadi secara alami tanpa adanya campur tangan dari manusia. Contoh ekosistem alami antara lain ekosistem sungai, danau, laut, gurun, padang rumput dan dan sebagainya.
·           Ekosistem buatan
Ekosistem buatan adalah suatu ekosistem yang dengan sengaja dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu. Contoh ekosistem buatan antara lain ekosistem sawah, bendungan, waduk, kebun, hutan produksi dan lain sebagainya.
Jenis ekosistem yang tercipta tanpa bantuan tangan manusia ini dibagi lagi ke dalam dua pembagian umum yakni:
1.      Ekosistem akuatik atau air
a.    Ekosistem air tawar
Secara umum, ekosistem air tawar dibagi ke dalam dua bagian yakni: 
1)   Ekosistem lentik atau air tenang.
Ekosistem air tenang ini mencakup beberapa ekosistem antara lain danau dan juga rawa. Untuk danau sendiri, kembali dibagi ke dalam 4 wilayah yakni: 
a)    Wilayah Litoral. Titik ini adalah wilayah danau yang dangkal dimana cahaya menembus kedalaman air secara optimal. Suhu airnya lumayan hangat sebab berdekatan dengan tepi danau. Pada wilayah ini diketemukan tumbuhan air dengan akar dimana bagian daunnya mencuat ke permukaan air.
b)   Wilayah Limnetik. Adalah wilayah danau yang agak jauh dari tepi danau namun airnya masih bisa ditembus oleh cahaya matahari. Wilayah danau yang satu ini banyak dihuni oleh fitoplankton juga ganggang dan cynobakteri.
c)    Wilayah Profundal. Merupakan wilayah danau dengan tingkat kedalaman yang tinggi dan biasa disebut wilayah afotik. Wilayah ini banyak dihuni cacing juga beragam jenis mikroba.
d)   Wilayah bentik. Daerah ini berada di titik paling dasar dari danau dan di tempat ini terdapat beragam bentos juga sisaorganisme-organisme yang telah mati.
2)   Ekosistem lotik atau air mengalir
Ekosistem lotik atau air mengalir yakni ekosistem air tawar yang airnya mengalir. Salah satu contoh ekosistem ini adalah sungai. Sungai sendiri diartikan sebagai suatu badan air dimana air tersebut mengalir ke suatu titik yang lebih rendah. Air pada sungai mengandung sedikit makanan dan sedimen. Aliran air pada sungai membuat komposisi oksigen di dalam airnya lebih tinggi. Organisme yang mendiami sungai sedikit terbatas jika dibandingkan dengan danau. Hal ini disebabkan oleh airnya yang mengalir sehingga menyulitkan organisme semacam plankton untuk berdiam diri di dalamnya. Sungai sendiri dibagi ke dalam 3 wilayah yakni sungai, anak sungai dan wilayah hilir. Masing-masing area ini dihuni oleh jenis ikan yang berbeda. Misalnya saja pada anak sungai dijumpai ikan air tawar, sedangkan pada hilir sering dijumpai ikan lele juga ikan gurame. Untuk sungai dengan ukuran yang besar bisa juga ditemukan adanya buaya, ular juga kura-kura. 
b.      Ekosistem air laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi terutama di daerah laut tropis, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, akibatnya daerah permukaan laut tetap subur sehingga banyak plankton dan ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu sebagai berikut.
1)         Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
2)         Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar yang dalamnya ± 300 meter.
3)         Basial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200 – 2.500 m.
4)         Abisal merupakan daerah yang lebih dalam, yaitu antara 1.500 – 10.000 m. 
Menurut wilayah permukaan secara horizontal, berturut turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
1)         Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
2)         Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200 – 1.000 m. Hewan yang hidup misalnya ikan hiu.
3)         Basiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200 – 2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4)         Abisopelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000 m, tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada hewan yang hidup. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
5)         Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar), dengan kedalaman lebih dari 6.000 m. Ikan laut yang hidup di bagian ini umumnya dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri kemosintesis.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengancara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
Ekosistem laut terdiri dari :
·         Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh daur harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah bagian paling atas dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan burung pantai. Daerah pantai bagian tengah dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan, dan rumput laut. 
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan menjadi formasi pescaprae dan formasi baringtonia. Pada formasi pescaprae paling banyak ditemukan tumbuhan Ipomoea pescaprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. 
Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan). Pada formasi baringtonia didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini akan dihuni hutan bakau yang memiliki akar napas. 
Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari hempasan gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
·         Ekosistem Estuari
Estuari (muara sungai) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh daur harian pasang surut. 
Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi Vertebrata semiair, misalnya berbagai unggas air.
·         Ekosistem Terumbu Karang
Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang mensekresikan kalsium karbonat. 
Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di terumbu karang memakan organisme mikroskopis dan sisa bahan organik. Berbagai Invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, dan ikan menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
·         Ekosistem Lamun
Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir. Lamun (seagrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Terdiri atas rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus. Sistem pembiakan lamun melalui penyerbukan di dalam air (hydrophilous pollination).
Lamun adalah satu – satunya kelompok tumbuh – tumbuhan berbunga yang terdapat dilingkungan laut. Tumbuh – tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbedadengan tumbuh-tumbuhan lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah danmenghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan system internal untuk mengangkutgas dan zat – zat hara.
2.      Ekositem daratan
·      Ekosistem Hujan Tropis
Ekosistem ini terdapat di wilayah khatulistiwa dengan temperatur yang tinggi sekitar 25-29°C. Curah hujan bioma hutan hujan tropis (tropical rain forest) cukup tinggi, yatu sekitar 200-225 cm per tahun.  Sedangkan di hutan kering tropis (tropical dry forest) curah hujan sangat tergantung musim, sekitar 150-200 cm per tahun, dengan musim kering selama enam sampai tujuh bulan. Hutan hujan tropis memiliki beragam spesies. Tumbuhan yang khas dari ekosistem ini adalah lilia dan epifit.
·      Ekosistem Sabana
Bioma sabana hangat sepanjang tahun, berkisar 24-29°C, namun dengan variasi yang lebih musiman daripada di hutan tropis. Rumput dan pohon yang terpencar-pencar merupakan tumbuhan yang dominan.  Pepohonan yang ditemukan seringkali berduri dan berdaun kecil, yang merupakan bentuk adaptasi dari kondisi yang relatif kering. Ekosistem sabana ini terdapat di Amerika Selatan, Afrika Timur dan sebagian wilayah Indonesia.
·      Ekosistem Padang Rumput
Ekosistem padang rumput mempunyai curah hujan 30 - 100 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.  Musim dingin relatif kering dan musim hujan relatif basah.  Suhu musim dingin bisa turun sampai -10°C, sedangkan pada musim panas seringkali mendekati 30°C dan menyengat. Vegetasi yang dominan di ekosistem ini adalah rumput.
·      Ekosistem Gurun
Bioma gurun terletak dibelahan bumi sekitar 20°-30° Lintang Utara dan Lintang Selatan atau di daerah tropika yang berbatasan dengan bioma padang rumput.  Bioma gurun memiliki curah hujan rendah dan sangat bervariasi, umumnya kurang dari 30 cm per tahun.  Suhu bervariasi musiman maupun harian. Perbedaan suhu siang dan malam hari sangat besar.  Pancaran matahari sangat terik, penguapan tinggi, dan suhu siang hari dapat mencapai 40°C pada musim panas, bahkan beberapa gurun bisa mencapai 60°C pada siang hari.  Gurun di sebelah barat Rocky Mountain dan Asia Tengah, relatif dingin.  Di gurun dingin, suhu udara bisa turun sampai -30°C.
Bentang alam gurun didominasi oleh vegetasi rendah yang terserak luas, proporsi lahan guldulnya lebih tinggi dibandingkan dengan bioma darat lain. Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai belukar akasia yang berduri. Hewan yang menghuni daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ulat dan kadal. Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.
·      Ekosistem Taiga
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada. Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi. Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam. Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
·      Ekosistem Tundra
Bioma ini terdapat di belahan bumi utara di dalam lingkaran kutub utara yang disebut Tundra arktik dan di puncak gunung disebut Tundra alpin. Bioma tundra arktik memiliki curah hujan sekitar 20 - 60  cm per tahun, namun untuk tundra alpin bisa melebihi 100 cm per tahun.  Iklimnya iklim kutub dengan musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas dan terang yang pendek.  Suhu rata-rata di musim dingi di bawah -30°C, sedangkan di musim panas hanya mencapai 10°C.
Vegetasinya Spaghnum, lumut kerak, dan perdu. Permafrost (tanah bagian bawah yang membeku secara permanen), suhu yang sangat dingin, dan angin yang sangat kencang merupakan penyebab utama tidak adanya pohon dan tumbuhan tinggi lainnya di tundra arktik di alaska Tengah. Meskipun tundra arktik menerima sangat sedikit curah hujan tahunan, air tidak dapat menembus fermafrost di bawahnya dan akan menumpuk di dalam kolam di atas bunga tanah yang dangkal selama musim panas yang pendek.  Tundra menutupi luas yang sangat besar di arktik, mencapai 20% permukaan tanah bumi.  Hewan yang hidup di bioma tundra adalah muskox, rusa kutub, kelinci, serigala, rusa dan domba.  Banyak spesies burung bermigrasi ke tundra untuk bersarang di musim dingin.
·      Ekosistem Hutan gugur
Pada umumnya terdapat di sekitar wilayah subtropik yang mengalami pergantian musim panas dan dingin. Hutan gugur juga terdapat diberbagai pegunungan di daerah tropis. Suhu dimusim dingin berkisar kira-kira 0°C.  Musim panas dengan suhu maksimum sekitar 35°C, menyengat dan lembab.  Bioma hutan gugur mempunyai curah hujan sedang, yaitu 70  sampai lebih dari 200 cm per tahun.   Mengalami 4 musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. 
Vegetasi yang tumbuh pada hutan gugur adalah  adalah pohon Maple, Oak, Beech, dan Elm. Hutan gugur memiliki lepisan vertikal yang jelas, yang memiliki satu atau dua strata pohon, di bawahnya terdapat semak, dan di bagian dasar terdapat tumbuhan herba.  Pohon-pohon hutan gugur menggugurkan daunnya sebelum musim dingin, dimana terjadinya fotosintesis tidak efektif karena suhunya terlalu rendah. Hewan yang menghuni pada umumnya adalah Rusa, Beruang, Raccon, Rubah, Bajing, dan Burung Pelatuk.  Banyak hewan mamalia hutan gugur juga memasuki keadaan dorman musim dingin yang disebut hibernasi, dan beberapa spesies burung melakukan migrasi ke wilayah dengan iklim yang lebih hangat.  Bioma hutan gugur terdapat di Kanada, Amerika, Eropa dan Asia.
·         Ekosistem Karst
Ekosistem Karst berkembang pada batuan yang mudah larut terutama batu gamping sebagai proses kartifikasi. Pada ekosistem ini tanahnya kurang subur dengan tingginya kandungan kalsium karbonat dalam tanah, selain itu tanahnya agak keras dengan air tanah yang cukup dalam, sensitif terhadap erosi, mudah longsor dan rentan dengan pori-pori aerasi rendah. Rendahnya kesuburan pada ekosistem ini sangat mempengaruhi jenis vegetasi yang dapat hidup pada ekosistem ini karena harus tahan terhadap kandungan kalsium yang tinggi dan tahan kekeringan. Dibadingkan dengan ekosistem vulkan, keragaman sesies ekosistem karst lebih rendah yaitu hanya 149 jenis, terbagi dalam 40 ordo, 58 famili dan 122 genus.

B.       Sistem Sosial dan Interaksi Sosial
1.      Sistem Sosial
Sistem sosial terdiri dari dua kata yaitu ‘sistem’ dan ‘sosial’. Sistem adalah suatu kesatuan dari beberapa unsur yang membentuk sebuah jaringan sedangkan sosial berarti masyarakat. Suatu kelompok dikatakan sebagai suatu sistem sosial jika memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat suatu kelompok dapat dikatakan sebagai suatu sistem sosial jika:
-          Terdapat interaksi antar anggota
-          Mempunyai pola perilaku; sistematis dan teratur.
-          Bisa diidentifikasi bagian-bagiannya.
-          Bisa dilihat sebagai suatu sistem sosial.
Sistem sosial memiliki unsur-unsur pokok yang dapat menjadi ciri dari sistem sosial ini. Unsur-unsur pokok dalam sistem sosial adalah:
a.       Tujuan (goal)
Setiap sistem sosial memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.
b.      Keyakinan (beliefs)
Keyakinan merupakan sesuatu yang dianggap benar oleh anggota dalam sistem sosial tertentu. Keyakinan terbentuk melalui pengetahuan setiap individu.
c.       Sentimen/perasaan
Sentimen merupakan perasaan-perasaan yang ada dalam setiap kelompok sistem sosial.
d.      Norma
Norma merupakan peraturan-peraturan tidak tertulis yang dapat diterima oleh anggota kelompok tersebut. Norma antara satu kelompok bisa berbeda bahkan bertentangan dengan kelompok lain tergantung pada keyakinan masing-masing kelompok.
e.       Sanksi
Setiap norma yang ada selalu terdapat sanksi di setiap pelanggaran yang dilakukan. Dengan kata lain, sanksi merupakan hukuman dari pelanggaran norma yang dilakukan.
f.       Peranan kedudukan
Setiap kedudukan memiliki peran dan kwajiban yang berbeda-beda. Peranan kedudukan tersebut harus dilakukan oleh orang yang bersangkutan serta telah menjadi norma tidak tertulis dalam suatu sistem sosial.
g.      Kewenangan/kekuasaan
Kewenangan atau kekuasaan harus dimiliki setiap kelompok sosial. Kewenangan tertinggi diberikan kepada setiap pemimpin yang ada dalam kelompok tersebut untuk memimpin, mengambil keputusan ataupun memerintahkan.
h.      Jenjang sosial
Setiap anggota dalam kelompok sistem sosial memiliki status sosial yang berbeda-beda. Perbedaan status tersebut timbul karena adanya kedudukan ataupun karena gengsi.


i.        Fasilitas
Dalam sistem sosial fasilitas yang ada merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan.
j.        Tekanan dan tegangan
Tegangan dan tekanan yang terjadi dalam kelompok sistem sosial terjadi karena keinginan untuk meraih tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan cepat dan baik.
Masing-masing unsur merupakan peubah, yang mempunyai pengaruh pada interaksi anggota dalam kelompok dan akan berpengaruh pada perilaku individu serta perilaku kelompok. Beberapa perilaku individu ataupun kelompok sangat berkaitan erat dengan keseimbangan ekologi. Hal ini dikarenakan aktifitas yang mereka lakukan terkadang merubah habitat suatu ekosistem sehingga memicu terjadinya berbagai masalah. Untuk menjamin kelangsungan sebuah ekologi, suatu kelompok sistem sosial perlu menerapkan tujuan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Unsur-unsur pokok lainnya juga harus mendukung tujuan tersebut agar selama interaksi antara sistem sosial dengan ekosistem berlangsung tidak mengakibatkan eksploitasi yang berlebihan.
2.      Interaksi Sosial
Interaksi merupakan tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Interaksi di sini lebih kepada hubungan timbal balik dan merupakan lawan dari hubungan satu arah pada hubungan sebab akibat. Menurut Bonner, interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Menurut Homans (dalam Ali, 2004:87) , interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi individu lain yang menjadi pasangannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa interaksi merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
Sedangkan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Suatu fondasi dari hubungan timbal balik atau interaksi adalah nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Nilai dan norma tersebut memberikan arahan dalam melakukan hubungan antar manusia agar berada pada jalur yang tepat. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Jika tidak ada komunikasi dan interaksi antara manusia dengan lingkungan fisiknya atau hanya lingkungan fisiknya saja yang berhadapan, maka tidak dapat membentuk suatu bentuk kelompok sosial yang saling berinteraksi. Dalam interaksi pasti terjadi kontak dan komunikasi yang merupakan syarat terjadinya interaksi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya. Interaksi terjadi jika ada kontak dan komunikasi, keduanya merupakan syarat terjadinya interaksi. Manusia hidup di dunia ini pasti berinteraksi, entah itu dengan manusia lain atau terhadap lingkungan. Interaksi manusia dengan lingkungan, bukan berarti manusia berbicara dengan pohon, atau sungai, atau gunung sekalipun. Namun, yang dimaksud inteaksi di sini adalah interaksi manusia dalam perilakunya terhadap alam atau keadaan sekitar. Bagaimana manusia memperlakukan alam tempat mereka hidup dan bagaimana manusia memanfaatkan apa yang sudah disediakan alam untuk mereka. Interaksi yang baik antara manusia dengan alam juga merupakan salah satu bentuk sikap menghargai dan menhormati alam.
Interaksi yang terjadi antara manusia bisa dilihat dan dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
1.      Interaksi antara individu dan individu
Interaksi anttara individu dengan individu ini bisa bersifat positif dan negatif. Interaksi antara individu dikatakan positif jika keduanya saling diuntungkan, sedangkan dikatakan negatif jika hubungan timbal balik merugikan salah satu pihak atau keduanya. Interaksi antara individu satu dengan individu yang lain dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya dipengaruhi oleh intensitas komunikasi antar individu.



2.      Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi yang berlangsung antara individu dan kelompok ini dapat berlangsung secara positif dan negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam tergantung situasi dan kondisinya. Interaksi antara individu dengan kelompok dapat meliputi interaksi saat terjadi seminar antara pembicara (individu) dengan audiens (peserta seminar). Contoh interaksi tersebut merupakan interaksi anatar individu dengan kelompok yang bersifat positif. Lain halnya dengan interaksi yang bersifat negatif, misalnya adalah pertengkaran/perkelahian dimana salah satu orang dikeroyok oleh beberapa orang. Kesemuanya itu bergantung kondisi/keadaannya.
3.      Interaksi antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan dan bukan kehendak dari masing-masing individu. Umumnya interaksi antar kelompok ini tercipta karena adanya kesamaan keinginan yang akan dicapai. Sebagai contoh adalah perkelahian antar supporter fanatik sepak bola, umumnya mereka berkelompok dan akan melakukan apa saja untuk mendukung klub sepak bola kesayangan mereka. Interaksi antar kelompok ini umumnya didominasi oleh perasaan in group atau out  group yakni perasaan memiliki ke dalam suatu kelompok tertentu. Sifat yang dimiliki pun sama dengan kedua interaksi di atas, yakni positif dan negatif. Pada dasarnya memang semua interaksi itu ada yang positif dan negatif, semuanya itu bergantung dalam konteks apa kita menggunakannya.
Dalam kehidupan manusia senantiasa terjadi interaksi timbal balik sistem sosial yang dipengaruhi oleh latar belakang dan sistem biofisik/ekosistem. Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem itu dapat berjalan dengan baik dan teratur karena adanya arus energi, materi, dan informasi. Pada prinsipnya, interaksi merupakan bahasan pokok pada pembelajaran sosiologi dan antropologi, namun tidak menutup kemungkinan akan ada pembahasan terkait contoh interaksi dalam bahasan ekologi dan ilmu lingkungan. Seperti diketahu bahwa interaksi merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, atau kelompok dan lingkungannya. Jika dalam ilmu sosiologi hanya menekankan pada pembahasan terkait interaksi antar individu dan kelompok dalam konteks kemsyarakatan, maka ilmu ekologi menjabarkannya dalam hal hubungan dengan lingkungan.
            Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan zaman yang begitu pesat, membawa dampak yang cukup mengkhawatirkan terkait interaksi manusia dengan lingkungan. Terjadinya krisis global/global warming merupakan suatu bentuk nyata interaksi manusia dengan alam yang kurang baik. Lingkungan/alam tempat kita hidup ini tentu saja memiliki batasan-batasan dalam penyediaan berbagai bahan kebutuhan. Manusia tidak bisa memanfaatkan dengan semena-mena atau dengan kata lain menggunakan secara besar-besaran.
            Manusia dan lingkungan harus bersinergi, misalnya jika manusia ingin mengambil kayu di hutan juga harus memikirkan dampak kedepannya. Manusia boleh memanfaatkan kayu-kayu yang ada di hutan, tapi juga harus memotong kayu yang sudah tua dan menanam lagi dengan tumbuhan baru yang masih muda. Jika tindakan semacam ini dilestarikan, maka keseimbangan ekosistem juga akan terjaga dan kebutuhan manusia juga akan tercukupi. Contoh tersebut merupakan contoh nyata interaksi yang dipelajari di ekologi, yakni bagaimana suatu sistem sosial berinteraksi dengan lingkungannya.

C.      Interaksi Ekosistem dengan Sistem Sosial
Interaksi merupakan dua atau lebih komponen dalam ekosistem yang saling berhubungan. Semua makhluk hidup di dunia saling berinteraksi, bahkan terkadang terdapat makhluk hidup juga berinteraksi dengan benda abiotik. Macam-macam interaksi yang ada adalah:
a.       Netral
Interaksi netral artinya dua makhluk hidup saling berinteraksi namun tidak saling memberi dampak apapun. Contohnya: kupu-kupu dengan lebah. Kedua makhluk tersebut saling berinteraksi dengan sama-sama memperebutkan madu/nektar dalam bunga tetapi kompetisi yang mereka lakukan sama sekali tidak mempengaruhi kehidupan satu sama lain.
b.      Mutualisme
Mutualisme adalah interaksi yang dilakukan dua atau lebih makhluk hidup yang saling memberi keuntungan satu sama lain. Contoh makhluk hidup yang saling memberikan keuntungan satu sama lain saat berinteraksi adalah kupu-kupu dengan bunga. Kupu-kupu mendapat nektar, sedangkan bungan dapat terbantu dalam proses penyerbukan.
c.       Komensalisme
Komensalisme merupakan interaksi yang terjadi di mana salah satu pihak mendapat keuntungan dari makhluk lain yang berinteraksi dengannya tanpa membuat makhluk lain tadi mendapat kerugian. Contohnya interaksi antara bungan anggrek dengan inangnya.
d.      Parasitisme
Parasitisme merupakan interaksi antara makhluk hidup di mana salah satu mendapat keuntungan namun yang lain justru merugi. Contohnya adalah interaksi antara tali putri dengan inangnya.
Dalam kesehariannya setiap kelompok sistem sosial selalu berinteraksi dengan ekosistem yang ada di sekitarnya. Interkasi tersebut akhirnya menimbulkan sebuah aliran energi. Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, konsumen primer, konsumen tingkat tinggi, sampai ke saproba di dalam tanah. Energi di alam mengikuti hukum yang terkenal dengan Hukum Termodinamika, yaitu :
a.     Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya dapat mengalami transformasi atau hanya dapat diubah. Hukum ini disebut juga hukum kekekalan energi.
b.    Setiap perubahan bentuk energi pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi terpusat menjadi bentuk yang terpencar. Proses transformasi energi tidak ada yang terjadi secara spontan dari suatu bentuk energi. Dapat diuraikan sebagai berikut :
1)      Proses transformasi energi tidak pernah spontan kecuali perombakan dari keadaan pekat menjadi encer.
2)      Proses transformasi energi tidak ada yang terjadi dengan 100% efisien.
Hukum Termodinamika erat hubungannya dengan hukum entropi, yakni bahwa semua perubahan yang menghasilkan energi adalah perombakan menjadi bentuk yang lebih sederhana. Hal ini selalu berlangsung dengan efisiensi yang tidak pernah mencapai seratus persen. Oleh karena itu selalu akan terjadi suatu kelebihan dalam transformasi ini dalam bentuk limbah.
Dalam proses rantai makanan, perpindahan energi yang terjadi berasal dari makanan dari sumberdaya tumbuhan melalui seri organisme atau jenjang pendidikan. Namun dalam tahap perpindahan energi ini hanya 10-20% yang dapat disimpan dalam tubuh organisme sedangkan yang lainnya berubah menjadi energi gerak dan panas.
Aliran energi dan zat-zat kimia merupakan suatu proses integrasi fungsional, yang keduanya merupakan suatu pasangan karena energi disimpan dalam ikatan kimia. Aliran ini terjadi di antara tingkat trofik serta di antara komponen-komponen biotik dan abiotik menggabungkan ekosistem ke dalam suatu unit fungsional. Ketika energi dilepaskan melalui proses pernafasan, maka senyawa-senyawa yang terlibat mengalami degradasi, dan unsur-unsur kimiawinya dilepaskan ke habitat, yang dapat digunakan kembali. Aliran kimiawi ini disebut juga siklus.
Menurut Hutchinson ( 1944, 1950 ) siklus biogeokimia merupakan suatu pertukaran atau perubahan yang terus-menerus dari bahan-bahan antara komponen biotik dan abiotik.
a.     Siklus Nitrogen
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4+, NO3-, NO2-, NO2, NO dan unsur N. Juga terdapat bentuk lain yaitu hidroksi amin (NH2OH), tetapi bentuk ini merupakan bentuk antara, yaitu bentuk peralihan dari NH4+, menjadi NO2- dan bentuk ini tidak stabil (Hakim, dkk,1991).
Penyediaan ion dalam tanah dapat dipandang dari sudut mineral dengan masukan dan kehilangan dari ekosistem dan laju transfer diantara komponen sistem.
Pendekatan ini berharga bagi nitrogen, dimana masukan karena curah hujan dan fiksasi serta kehilangan akibat pencucian dan denitrifikasi merupakan sebagian besar dari jumlah seluruhnya yang ada dengan siklus sistem tersebut. Untuk ion yang di absorbsi, masukan ini tidak berarti dibandingkan dengan dengan jumlah seluruhnya yang ada, termasuk kehilangana karena pencucian dalam tanah-tanah subur.
Siklus nitrogen adalah kompleks dan kompertemen organik merupakan bagian yang dominan, beberapa macam bakteri terlihat dalam pengubahan NH4+ menjadi NO3+ (Nitrobacter, Nitrosomonas, Nitrosococcus adalah yang paling penting), tetapi kedua bentuk itu dapat diambil oleh banyak tanaman dengan fasilitas yang sama. Secara singkatnya siklus nitrogen dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)   Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia.
2)   Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri.
3)   Amonia ini selanjutnya akan mengalami nitrifikasi oleh suatu bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan.
4)   Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara.
Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
b.    Siklus Sulfur
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfur anorganik, sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk diperairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfide dalam bentuk hydrogen sulfide (H2S) kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrop seperti Thiobacillus.
Belerang atau sulfur merupakan unsur penyusun protein. Tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi sulfat lagi. Secara alami, belerang terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Ada juga yang gunung berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara.
Daur tipe sedimen cenderung untuk lebih kurang sempurna dan lebih mudah diganggu oleh gangguan setempat sebab sebagian besar bahan terdapat dalam tempat dan relatif tidak aktif dan tidak bergerak di dalam kulit bumi. Akibatnya, beberapa bagian dari bahan yang dapat dipertukarkan cenderung " hilang" untuk waktu yang lama apabila gerakan menurunnya jauh lebih cepat dari pada gerakan "naik" kembali. Dalam daur belerang mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam setiap trasformasi adalah sebagai berikut :
·      H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
·      SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
·      H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
·      S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik.
Setiap daur melibatkan unsur organisme untuk membantu menguraikan senyawa-senyawa menjadi unsur-unsur.
c.     Siklus Fosfor
Daur fosfor yaitu daur atau siklus yang melibatkan fosfor, dalam hal input atau sumber fosfor-proses yang terjadi terhadap fosfor- hingga kembali menghasilkan fosfor lagi. Daur fosfor dinilai paling sederhana daripada daur lainnya, karena tidak melalui atmosfer. fosfor di alam didapatkan dari: batuan, bahan organik, tanah, tanaman, PO4- dalam tanah. kemudian inputnya adalah hasil pelapukan batuan. dan outputnya: fiksasi mineral dan pelindikan. Fosfor berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik. Humus dan partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur lokal.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu:
·      Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik.
·      Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil.
1)   Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut.
2)   Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi.
3)   Siklus ini berulang terus menerus.
Fosfor yang ada di alam terdapat di dalam bentuk yang terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat ataupun juga protein. Bakeri-bakteri yang banyak berperan dalam siklus fosfor ini antara lain adalah : Pesudomonas, Aerobacter aerogenes, Xanthomonas, Basillus dll. Mikroorganisme seperti Bacillus, Pseudomonas, Xanthomonas, Aerobacter aerogenes dapat melarutkan P  menjadi tersedia bagi tanaman. Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke dasar laut dan akan dikembalikan ke daratan.
d.    Siklus Karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfergeosferhidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui). Karbon sendiri dapat ditemukan di atmosfer, biosfer dan laut.
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan.
Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflourokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam struktur,biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:
1)      Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2+ 6H2O → C6H12O6 + 6O2
2)      Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
3)      Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2+ 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
4)      Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang banyak.
5)      Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu gamping melalui proses sedimentasi.
6)      Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan terbaru bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai "sinkers") dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan dengan mengabaikannya.
7)      Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah proses dalam skala waktu yang berbeda: sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian dan musiman, karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon dan hingga ribuan tahun dalam tanah. Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya melalui de- atau afforestation) atau melalui perubahan temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan secara langsung mempengaruhi pemanasan global.
e.     Siklus Hidrologi
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi evaporasi dan transpirasi. Pemanasan pada air laut yang diakibatkan oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
1)        Evaporasi / transpirasi -air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
2)        Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.
3)        Air Permukaan-air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).

D.      Dampak Interaksi Ekosistem dengan Sistem Sosial
Ekosistem dan sistem sosial yang saling berinteraksi menimbulkan terjadinya aliran energi, materi dan juga informasi. Makin tinggi interaksi antara ekosistem dengan sistem sosial, makin tinggi pula efisiensi dalam eksploitasi ekosistem.
Contoh sistem sosial yang mempengaruhi sistem ekologi adalah teknologi. Kebutuhan manusia yang selalu meningkat seiring dengan kemajuan teknologi yang membutuhkan kemajuan manusia dalam berfikir. Dengan semakin majunya teknologi terkadang manusia melupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut terhadap lingkungan. Kerusakan yang ditimbulkan seringkali merusak kelangsungan dari ekosistem dan makhluk didalamnya yang dikarenakan seperti pencemaran lingkungan serta pemanfaatan dan pengerukan Sumber Daya Alam yang berlebihan sehingga merusak keseimbangan ekosistem. Walaupun sebenarnya kemajuan teknologi sangat diperlukan manusia di era kemajuan sekarang, namun hendaknya tetap memperhatikan kelangsungan ekosistem dari lingkungan sekitar. Karena ketika terjadi kerusakan pada sebuah ekosistem, maka dapat menyebabkan suatu organisme yang ada dilingkungan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, akan dapat meusak kelangsungan rantai makanan dan dapat berakibat dalam jangka panjang  terhadap kepunahan suatu kelangsungan ekosistem. Sebagai  contoh pembangunan kawasan industri yang semakin banyak akan dapat mengakibatkan pencemaran pada udara, air, dan tanah.
Selain teknologi masih ada lagi contoh kerusakan ekosistem akibat sistem sosial, seperti kelembagaan dalam pemerintah juga sangat mempengaruhi terjadinya kerusakan lingkungan. Perizinan yang sangat mudah diberikan oleh lembaga pemerintah kepada perusahaan-perusahaan akan berdampak pada kerusakan lingkungan, sebagai contoh perizinan terhadap perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan hasil hutan, izin penebangan hutan diberikan kepada perusahaan tanpa melakukan kontrol yang ketat (misalnya, mana yang boleh ditebang dan mana yang tidak boleh, serta batas wilayah yang diizinkan). Selain itu perusahaan tidak melakukan penanaman kembali terhadap kawasan yang sudah ditebang. Dapat diperkirakan akibat yang timbul dari izin tersebut menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor, atau berkurangnya populasi binatang yang dilindungi. Kejadian ini terjadi di beberapa daerah dan banyak menelan korban jiwa, rumah dan peralatan hancur serta tanaman dan hewan yang mati.
Kedua sistem diatas sangat mempengaruhi satu sama lainnya. Selain itu perubahan yang terjadi dalam suatu sistem juga akan berdampak terhadap sistem itu sendiri. Seperti kita lihat diatas bahwa kerusakan yang ditimbulkan akibat penebangan hutan bukan saja berdampak terhadap lingkungan alam tetapi juga berdampak pada sosial masyarakat itu sendiri.
Selain 2 contoh diatas, masih ada lagi contoh interaksi sistem sosial dan Ekosistem Petani Lahan Rawa Pasang Surut. Lahan rawa pasang surut merupakan wilayah yang tergenang dan berhubungan dengan adanya pengaruh pasang surut tinggi muka air laut. Lahan rawa pasang surut umumnya berada pada daerah dataran, dimana air pasang surut masih cukup mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya permukaan air di daerah tersebut. Widjaja Adhi mengelompokkan lahan pasang surut menjadi empat tipologi utama menurut macam dan tingkat masalah fisiko-kimia tanahnya, yaitu : (1) lahan potensial, (2) lahan sulfat masam (bisa berupa sulfat masam potensial dan sulfat masam aktual, (3) lahan gambut (bisa berupa lahan bergambut, gambut dangkal, gambut sedang, gambut dalam dan gambut sangat dalam), dan (4) lahan salin. Selain pembagian menurut tipologi di atas, lahan rawa pasang surut juga dibedakan menurut tipe luapan airnya.
Berdasarkan tipe luapan atau jangkauan air pasang, lahan rawa pasang surut dibedakan menjadi empat tipe, yakni :
a.       Tipe A , yakni lahan yang selalu terluapi air pasang, baik pasang besar (spring tide) maupun pasang kecil (neap tide).
b.      Tipe B, yakni lahan yang hanya terluapi oleh pasang besar.
c.       Tipe C, yakni lahan yang tidak pernah terluapi walaupun pasang besar. Air pasang mempengaruhi secara tidak langsung, air tanah berada dekat permukaan tanah kurang dari 50 cm.
d.      Tipe D, yakni lahan yang tidak terluapi air pasang dan air tanah lebih dalam dari 50 cm dari permukaan tanah.
Hampir semua lahan rawa pasang surut yang terdapat di Kalimantan, Sumatera, dan Irian Jaya mempunyai faktor pembatas berupa kendala tata air yang sukar dikendalikan dan tingkat kesuburan lahan yang rendah. Sifat kimia tanah berupa kemasaman tanah yang tinggi, adanya ion atau senyawa yang meracuni dan bahan organik atau gambut yang mentah merupakan faktor yang menghambat bagi pertumbuhan tanaman. Kendala dan faktor pembatas ini berupa tata air yang sukar dikendalikan dan tingkat kesuburan lahan yang rendah akibat adanya tanah sulfat masam dan gambut. Karena itulah, memanfaatkan lahan rawa pasang surut untuk kegiatan pertanian membutuhkan ketekunan dan usaha yang sungguh-sungguh.
Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk kegiatan pertanian merupakan salah satu bentuk adaptasi masyarakat petani terhadap kondisi biofisik lahan rawa pasang surut yang spesifik. Proses ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan telah melembaga dalam kehidupan sosial masyarakat petani di lahan rawa pasang surut. Melalui pengalaman dan berbagai uji coba dalam menangani kendala dan keterbatasan lahan rawa pasang surut, para petani mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya dan hidup selaras dengan alam. Petani setempat juga mengembangkan kelembagaan sosial spesifik sebagai bentuk adaptasi sistem sosial dengan ekosistem terutama dalam upaya mengatasi kendala pengaturan tata air. Kondisi seperti ini merupakan bentuk koadaptasi (fitting together) antara sistem sosial dengan ekosistem. Pada tahapan lebih lanjut penyesuaian-penyesuaian kedua subsistem ini akan menciptakan mekanisme koevolusi, yakni suatu bentuk perubahan bersama (changing together).
Koadaptasi antara sisitem sosial dengan ekosisitem lahan rawa pasang surut juga terlihat dalam model pengelolaan lahan yang berbeda pada masing-masing tipe luapan lahan. Pengembangan pola usahatani yang mengarah pada sistem tanaman campuran antara padi dengan tanaman tahunan dengan sistem surjan (tembokan) merupakan suatu bentuk pengetahuan mereka dalam upaya mengurangi resiko kegagalan dalam usahatani. Sistem tanaman campuran antara padi dengan tanaman kelapa merupakan model dominan di lahan rawa pasang surut tipe A, sedang di tipe B dan C tanaman tahunannya seperti jeruk, rambutan dan mangga.
Faktor lainnya menyangkut penanganan gambut, yang memiliki, kandungan bahan organik tinggi dan selalu dijenuhi air. Gambut memiliki sifat khas yakni ’kering tak balik’ dan penyimpan air yang besar. Artinya apabila terjadinya drainase berlebihan akan menyebabkan hilangnya kemampuan daya dukung gambut bagi pertanian dan sebagai penyuplai air yang besar bagi pertanian sekitarnya. Berdasarkan hal ini, petani setempat sangat berhat-hati dalam menangani lahan yang mengandung gambut dan tidak melakukan pembakaran habis lapisan gambut tersebut. Pengelolaan lahan sawah dilakukan dengan menanam padi lokal yang toleran dan telah beradaptasi dengan kondisi ekosistem setempat. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana adaptasi sistem sosial yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kelangsungan hidupnya dalam mengatasi berbagai kendala dan faktor pembatas di lahan rawa pasang surut.
Contoh lain, sistem ekologi yang mempengaruhi sistem sosial adalah perubahan iklim. Kenaikan suhu merupakan bentuk dari perubahan iklim yang dapat mengganggu sistem sosial. Kenaikan suhu permukaa bumi sebesar satu derajat akan menaikka permukaan air laut setinggi 15 centimeter, yang akan menenggelamkan jutaan rumah dan pesisir. Penguapan akan meningkat sehingga menimbulkan kekeringan. Kekeringan menyebabkan gagal panen yang mengakibatkan kelaparan dimana – mana. Selain dampak tersebut masih ada dampak- dampak lainnya seperti perubahan kehidupan sosial-budaya dalam suatu masyarakat antara lain :
1.      Bagi petani tidak ekonomisnya pertanian akan menyebabkan alih fungsi lahan dan bergantinya cara produksi.
2.      Bagi nelayan tidak melaut berarti tidak makan, seiring meningkatnya intensitas badai.
3.      Budaya yang lahir akibat interaksi manusia dengan alam akan tercabut, seperti contoh masyaarakat tuvalu yang tercabut dari peradabannya akibat daerah merekaa tenggelam.
4.      Daerah-daerah tertentu akan enjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.

BAB III
STUDI KASUS

Interaksi Masyarakat Sekitar Hutan terhadap Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati di Kawasan Ekosistem Hutan Alami Bedugul-Pancasari, Bali

Interaksi Masyarakat Sekitar Hutan terhadap Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati di Kawasan Ekosistem Hutan Alami Bedugul-Pancasari, Bali. Kawasan hutan Bedugul-Pancasari terletak di kabupaten Tabanan, propinsi Bali. Wilayah hutan ini terdiri dari beberapa kawasan hutan, cagar alam, dan taman wisata alam. Tipe hutan di sebagaian besar hutan ini adalah hutan hujan tropis pegunungan (dataran tinggi) yang dicirikan dengan curah hujan yang tinggi, kondisi kawasan yang selalu basah dengan keragaman jenis tumbuhan yang relatif tinggi. Jenis tumbuhan yang banyak dijumpai adalah Ficus indica L, Engelhardia spicata Bl, dan Litsea velutina.
Kondisi hutan di wilayah Bedugul-Pancasari, menjadi sangat penting untuk dijaga kelestariannya karena memiliki dampak secara nasional maupun regional yang menjadi buffer bagi kegiatan pariwisata. Pemanfaatan hutan oleh masyarakat sekitarnya menjadi hal yang sangat penting karena potensi keanekaragaman hayati dan dampaknya bagi ekosistem lain, termasuk ekosistem danau yang menjadi salah satu andalan pariwisata di daerah Bedugul. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat sekitar hutan dalam mengeksploitasi hutan menjadi hal yang penting untuk diketahui sebagai upaya menjaga kelestarian hutan dan meningkatkan efektifitas penerapan kebijakan pengelolaan kelestarian hutan bagi masyarakat sasaran. Kawasan konservasi hutan alami Bedugul-Pancasari termasuk kawasan hutan yang dekat dengan rumah penduduk, yang sangat rawan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya secara berlebihan yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan secara perlahan-lahan.
Memahami karakteristik dan perilaku masyarakat yang menggunakan hutan, atau masyarakat yang mengambil sumberdaya hutan untuk kehidupan sehari-hari merupakan informasi yang sangat bermanfaat dan penting bagi sebuah lembaga pengambil kebijakan dalam menyusun strategi pengelolaan hutan sebagai usaha menciptakan kelestarian hutan. Pendapatan dari masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hayati hutan rentang pendapatan 50.000-185.000 dan rentang 186.000-321.000. Kondisi pendapatan yang rendah menjadi salah satu penyebab mereka mengambil sumberdaya hayati hutan (khususnya kayu bakar) sebagai sarana memasak. Hal ini diperparah dengan kenaikan BBM pada tahun 2005, sehingga banyak responden yang mengalihkan konsumsi minyak tanah ke kayu bakar. Umumnya responden mencari kayu bakar dua kali lebih banyak setelah terjadi kenaikan BBM dibandingkan sebelumnya. Sumberdaya hayati yang
diambil tidak hanya terbatas kayu bakar, namun juga jenis tanaman yang dapat diperjualbelikan, Bedugul merupakan salah satu sentra penjualan berbagai tanaman hias, dan tidak sedikit yang berasal dari keanekaragaman hutan sekitar wilayah Bedugul-Pancasari.
Cara penanggulangan
Berdasarkan hasil analisis perilaku masyarakat dalam pemanfaatan hutan alami Bedugul-Pancasari tersebut, maka perlu dibentuk suatu kawasan buffer untuk melindungi keanekaragaman kawasan hutan Bedugul-Pancasari. Pembentukan cagar biosfer dapat menjadi salah satu bentuk perlindungan sekaligus penyangga, yang secara langsung juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. Cagar biosfer yang lebih dari sekedar kawasan lindung, tujuannya agar pada kawasan tersebut dapat dijaga kelestarian dan keanekaragaman hayatinya melalui perlindungan penuh dan ketat seperti umumnya pada suatu cagar alam (buffer). Kegiatan manusia berupa pemanfaatan sumberdaya alam dikendalikan dengan ketat, namun kegiatan ilmiah seperti pemantauan jangka panjang atau praktek pengelolaan berprinsip keseimbangan ekologi masih dapat dilakukan.
Cagar biosfer merupakan kawasan ekosistem daratan dan pesisir/laut, yang secara internasional diakui berada di dalam kerangka Program Manusia dan Biosfer dari UNESCO (Statutory Framework of the World Network, of Biosphere Reserves-Kerangka Hukum Jaringan Cagar Biosfer Dunia). Secara fisik, cagar biosfer harus terdiri ata tiga elemen, yaitu: satu atau lebih zona inti, yang merupakan kawasan dilindungi bagi konservasi keanekaragaman hayati, pemantauan ekosistem yang mengalami gangguan, dan melakukan kegiatan penelitian yang tidak merusak dan kegiatan lainnya yang berdampak rendah (seperti pendidikan); zona penyangga yang ditentukan dengan jelas, yang biasanya mengelilingi atau berdampingan dengan zona inti, dan dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan kerjasama yang tidak bertentangan secara ekologis, termasuk pendidikan lingkungan, rekreasi, ekoturisme dan penelitian terapan dan dasar; zona transisi atau zona peralihan, yang dapat berisi kegiatan pertanian, pemukiman dan pemanfaatan lain, dimana masyarakat lokal, lembaga manajemen, ilmuwan, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat adat, pemerhati ekonomi dan
pemangku kepentingan lain bekerjasama untuk mengelola dan menyeimbangkan sumberdaya secara berkelanjutan.
Pengaturan kepemilikan juga bermacam-macam. Zona inti cagar biosfer kebanyakan merupakan tanah negara, tetapi dapat juga dimiliki secara pribadi atau milik organisasi non pemerintah. Dalam banyak hal, zona penyangga merupakan milik perseorangan atau masyarakat tertentu, dan kondisi ini pada umumnya ditemukan pula pada daerah transisi. Secara singkat, cagar biosfer harus dapat melestarikan dan menghasilkan nilai-nilai alami dan budaya melalui pengelolaan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sesuai dengan kreativitas budaya dan diterapkan secara berkelanjutan. Disamping itu, pembentukan cagar biosfer harus mengacu pada kondisi sosial, sebagai upaya menghindari terjadinya konflik.

Interaksi Manusia dengan Lingkungan Dampaknya Terhadap Kesehatan Manusia

Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat. Dengan kemampuan ilmu dan teknologi serta industralisasi pengelolaan lingkungan telah membawa kesejahteraan bagi umat manusia dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak yang negatif yaitu ancaman terjadinya perubahan pola penyakit yang ada di masyarakat.
Interaksi manusia dengan air
            Dengan pertambahan penduduk yang sangat cepat maka kebutuhan air juga meningkat. Bila antara jumlah penduduk dengan jumlah air yang tersedia tidak seimbang maka bisa terjadi kelangkaan air. Selain pesatnya pertumbuhan penduduk, masalah kelangkaan air juga dapat disebabkan oleh rendahnya kepedulian terhadap kelestarian lingkungan oleh sebagian besar umat manusia, karena kurang kepedulian itulah muncul berbagai masalah seperti pencemaran air yang banyak merusak sumber air. Penyebab lain adalah kegiatan manusia yang tidak berwawasan lingkungan sehingga terjadi pencemaran kimia dan biologis yang dapat menurunkan kualitas air sehingga tidak memenuhi standart air sehat.
            Peningkatan jumlah penduduk juga menuntut peningkatan jumlah persediaan barang kebutuhan manusia, yang mendorong laju industralisasi dalam berbagai sektor. Aktivitas inipun akan meningkatkan penggunaan sumber daya air. Pencemaran lingkungan karena cepatnya laju industralisasi juga berpengaruh sangat besar terhadap kualitas air. Semakin kompleksnya masalah lingkunganhidup terutama dengan semakin banyaknya polutan yang dilepaskan ke lingkungan telah menimbulkan gangguan yang serius terhadap kelangsungan persediaan air bersih bagi penduduk bumi. Pembuangan limbah industri ke sungai dan ke laut dapat menyebabkan terlarutnya logam-logam berat. Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti oleh peningkatan oleh peningkatan kadar logam berat pada ikan laut sehingga pencemaran air laut akan mengakibatkan ikan-ikan yang tercemar sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia. Logam-logam berat tersebut antara lain air raksa (Hg) yang menyebabkan cacaty bawaan pada bayi yang dikenal sebagai penyakit minamata di Jepang (1953). Kasus terbaru adalah pencemaran air raksa di Teluk Buyat Sulawesi Utara. Selain air raksa (Hg) ada juga Cadmium (Cd) yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah dan gagal jantung. Emisi Arsen merupakan penyebab utama tumor ganas pada manusia, seperti tumor ganas pada paru-paru, tumor ganas pada kulit dan lain-lain.
            Banyaknya logam-logam beracun ditambah buangan limbah yang berasal dari rumah tangga karena pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk yang banyak menggunakan bahan kimia seperti detergent untuk mencuci, insektisida umtuk memberantas nyamuk, pupuk buatan yang digunakan di pekarangan rumah, menambah pencemaran terhadap air. Denagn dibangunnya pabrik-pabrik di tepi sungai yang memudahkan pembuangan limbah ke sungai di tambah adanya limbah rumah tangga akan mencemari badan air. Sebagai contoh kasus pencemaran sungai Brantas di Jawa Timur Agustus 2001. Hasil penelitian menunjukan bahwa air di sungai Brantas memiliki kadar BOD sebesar 75 ppm dan COD sebesar 150 ppm. Pada hal standar baku mutu air mestinya untuk BOD tidak boleh melebihi 6 ppm dan COD-nya tidak boleh lebih dari 10 ppm. Karena kadar BOD dan COD-nya sudah jauh dari nilai ambang batas toleransi standar baku mutu maka air dari sungai Brantas tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air untuk PDAM. Selain itu banyaknya gas Sox dan Nox di udara akibat adanya proses pembakaran batubara dari PLTU, mobil, penyulingan minyak menyebabkan terjadinya hujan asam. Semakin rendah nilai suatu pH maka akan semakin asamlarutannya. Dalamkeadaan udara bersih, air hujan bersifat agak asam dengan pH = 5,6. Perubahan Nox menjadi asam nitrat yang mudah terbawa air hujan masuk ke saluran air, sungai, air tanah dan akhirnya ke sumur penduduk yang airnya dikonsumsi oleh masyarakat. Asam nitrat yang diubah menjadi asam nitrit dalam tubuh bereaksi dengan amina sekunder menjadi senyawa nitrosamina yang dapat menimbulkan kanker, mutasi sel dan abnormalisasi. Asam nitrat pada orang dewasa dapat menyebabkan tumor ganas pada lambung dan saluran pernafasan.
Interaksi manusia dengan udara
            Pembakaran batubara PLTU melepaskan gas-gas polutan seperti Nox dan SOx. Udara yang tercemar gas Sox dapat menyebabkan manusia mengalami gangguan pada sistem pernafasan. Gas SOx menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran pernafasan sampai paru-paru. Gas SOx dapat menimbulkan iritasi pada tubuh bagian yang terkena. Kadar SOx sebesar 6 ppm sudaj cukup untuk menimbuljan iritasi pada manusia. Otot pada salutan pernafasan dapat mengalami kejang akibat teriritasi oleh SOx. Jika waktu paparannya cukup lama akan timbul peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh kumpulan sistem pernafasan serta kerusakan pada ephitelium yang dapat menyebabkan kematian. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NOx adalah paru-paru. Apabila terkontaminasi gas NOx paru-paru membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat menyebabkan kematian. Kadar gas No yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sisitem syaraf, sehingga mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan terus berlanjut dapat terjadi kelumpuhan. Di samping itu pemanfaatan batubara sebagai pembangkit tenaga listrik juga melepaskan senyawa seperti dimethylsulfat yang bersifat karsinogenik bagi paru-paru dan ginjal.
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ekosistem merupakan suatu tatanan dan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh di antara segenap komponen lingkungan hidup. Komponen ini saling berinteraksi dan pada akhirnya membentuk kesatuan yang teratur dan dinamis. Menurut, UU No. 23 Tahun 1997, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Berbicara mengenai intaraksi ekosistem dengan sistem sisoal, maka yang dimaksud sistem sosial adalah sistem sosial terdiri dari dua kata yaitu ‘sistem’ dan ‘sosial’. Sistem adalah suatu kesatuan dari beberapa unsur yang membentuk sebuah jaringan sedangkan sosial berarti masyarakat.  Manusia hidup di dunia pasti berinteraksi, ada interaksi yang bersifat positif dan ada yang bersifak negatif. Namun dalam kaitannya dengan interaksi antar ekosistem dan sistem sosial ini lebih menekankan pada perilaku manusia terhadap ekosistem di sekitarnya. Dalam memanfatkan harus tepat, dan tidak boleh mengeksploitasi sehingga perlu adanya pembangunan berwawasan lingkungan.
B.     Saran
Saran yang bisa penulis berikan terkait interaksi antara ekosistem dan sistem sosial adalah sebagai berikut :
a.       Dalam memanfaatkan ekosistem harus tepat dan tidak mengeksploitasi.
b.      Pemanfaatan ekosistem harus secara arif dan bijaksana.
c.       Pemanfaatan lingkungan harus memperhatikan kelestarian tumbuhan.
 
DAFTAR PUSTAKA


Bramantyo, dkk. 2008. Interaksi Masyarakat Sekitar Hutan terhadap Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati di Kawasan Ekosistem Hutan Alami Bedugul-Pancasari, Bali. Biodiversitas Volume 9, Nomor 3, Halaman: 227-231, Juli 2008, ISSN 1412-033X Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.
Iskandar, Johan.2001.Manusia Budaya dan Lingkungannya.Bandung:Humaniora Utama Press
Soegiarto, Apriliani.dkk. 1990. Pengantar Ekologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suparman. 2006. Interaksi Manusia dengan Lingkungan Dampaknya Terhadap Kesehatan Manusia. Enviro 7 (1) : 32-37, Maret 2006, ISSN : 1411-4402 PPLH-LPPM  UNS Surakarta
Akulturasi. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi tanggal 13 Desember 2013
Bentuk-bentuk interaksi sosial. Diakses dari http://kumapel.blogspot.com/2013/02/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.html tanggal 13 Desember 2013
Bentuk-bentu interaksi sosial asosiatif dan disosiatif. Diakses dari http://handikap60.blogspot.com/2013/01/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.html tanggal 13 Desember 2013
Teori Sistem Sosial. Diakses dari http://margonoipb.files.wordpress.com/2010/01 /2-teori-sistem-sosial1.ppt tanggal 12 Desember 2013