Minggu, 31 Juli 2016

PROPOSAL SKRIPSI PTK

PENERAPAN MODEL 4MAT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS X IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016

oleh:Ana Pangesti

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kurikulum 2013 resmi diberlakukan tanggal 15 Juli 2013 sebagai pengganti kurikulum KTSP. Pemerintah memandang bahwa perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 merupakan ikhtisar dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor antara lain peserta didik, guru, kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan dana supervisi dan monitoring, serta hubungan sekolah dan masyarakat. Terkait proses belajar mengajar, kurikulum 2013 dianggap sebagai solusi dari tingkat implementasi yang rendah dari pendekatan dan metode pembelajaran yang menjadi tuntutan dari sebuah kurikulum untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif.
Perkembangan pendidikan menunjukan adanya perubahan paradigma bahwa belajar bukan lagi suatu kegiatan sebatas memperoleh informasi, tetapi merupakan suatu kegiatan terampil dalam memperoleh informasi dan memahami sesuatu melalui pemaknaan terhadap sesuatu yang telah diperolehnya atau dipelajarinya (Sumarmi, 2012:195). Dari definisi belajar di atas, mengisyaratkan bahwa proses belajar mengedepankan pengalaman personal melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan menyimpulkan sesuai dengan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013.
Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, menyatakan bahwa sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Artinya pemahaman peserta didik terhadap suatu pengetahuan bukan hanya hafalan, tetapi sampai pada kemampuan berfikir tingkat tinggi. Hal ini menyangkut proses membuat keterkaitan antara teori yang dipelajari dengan permasalahan di kehidupan nyata, dan menggunakan pengetahuannya untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut, sehingga peserta didik mampu meraih kompetensi utama yang harus dimiliki peserta didik, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi tersebut diharapkan dapat menggambarkan kualitas yang seimbang antara hard skills dan soft skills
Motivasi belajar merupakan hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan adanya motivasi dapat digunakan untuk mencapai keberhasilan belajar peserta didik. Apabila peserta didik mempunyai motivasi belajar maka ada dorongan dalam dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tanpa adanya dorongan dari pihak luar. Melalui motivasi belajar pada diri peserta didik dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.  
Berdasarkan obserwasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sukoharjo diperoleh informasi bahwa pembelajaran geografi kelas X menggunakan model pembelajaran ekspositori yaitu pembelajaran yang didominasi dengan metode ceramah. Selain itu pembelajaran lebih dominan berpusat pada guru serta terbatasnya penggunaan media dan variasi model pembelajaran. Situasi belajar pasif yang didominasi guru menjadikan peserta didik cenderung jenuh dan mengantuk sehingga tidak berkosentrasi dalam belajar.
Uraian permasalahan diatas, menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Sukoharjo dengan rata-rata peserta didiknya mempunyai motivasi dan hasil belajar yang rendah. Selain itu belum pernah diterapkan model pembelajaran 4MAT dan belum pernah ada peneliti lain yang menerapkan model pembelajaran ini, sehingga peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran 4MAT.
Model pembelajaran 4MAT dianggap mampu mengatasi permasalahan pembelajaran geografi di SMA N 2 Sukoharjo, yaitu meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi. Berdasarkan deskripsi di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL 4MAT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS X IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016.


B.       Rumusan Masalah
1.        Apakah penerapan Model Pembelajaran 4MAT dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas X IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016?
2.         Apakah penerapan Model Pembelajaran 4MAT dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada peserta didik kelas X IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016?

C.      Tujuan
1.        Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar melalui penerapan Model Pembelajaran 4MAT peserta didik kelas X IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016.
2.        Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi melalui penerapan Model Pembelajaran 4MAT peserta didik kelas X IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016.

D.      Manfaat
1.      Manfaat Teoritis
a.         Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan, terutama terkait pembelajaran menggunakan model 4MAT.
b.        Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran pengembangan langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran geografi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan tema sejenis

1.      Manfaat Praktis
a.         Bagi peserta didik
1)   Meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui pembelajaran geografi yang menyenangkan dan bermakna.
2)   Meningkatkan hasil belajar geografi melalui pembelajaran geografi yang menyenangkan dan bermakna.
3)   Memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran geografi, sehingga peserta didik tidak bosan dalam belajar geografi.
b.        Bagi Guru
1)   Dapat memberikan gambaran kepada guru mengenai penggunaan model pembelajaran 4MAT di kelas.
2)   Dapat memberikan informasi alternatif model pembelajaran geografi yang dapat meningkatkan motivasi belajar.
3)   Dapat memberikan informasi alternatif model pembelajaran geografi yang dapat meningkatkan hasil belajar.
4)   Dapat menjadi bahan evaluasi guru dalam merencanakan pembelajaran yang tepat.
c.         Bagi Sekolah
1)   Sebagai masukan positif untuk peningkatan kualitas pembelajaran geografi melalui proses pembelajaran yang baik
Sebagai masukan untuk meningkatkan sumberdaya tenaga pendidik dalam mendukung kualitas sekolah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

  1. Kajian Teori
1.      Model Pembelajaran 4MAT
Clif St. Germain dalam McCarthy (2002:1.1) menyatakan bahwa “Bernice McCarthy’s 4MAT System is a teaching model which combines the fundamental principles of several long-standing theories of personal development with current research on human brain function and learning”. Maksud dari kutipan tersebut, Sistem 4MAT yang dikembangkan oleh Bernice McCarthy adalah model pembelajaran yang menggabungkan fundamental prinsip-prinsip beberapa teori lama dari pengembangan pribadi dengan penelitian saat ini pada fungsi otak manusia dan belajar.
McCarthy (2002:1.18) menyatakan, “drawing heavily upon these brain studies and grounded in the work of John Dewey, David Kolb and Carl Jung, has created a pedagogical model which assumes (1) that individuals learn in different yet identifiable ways, and that (2) engagement with a variety of diverse learning sets results in higher levels of motivation and performance”. Dari kutipan diatas, McCarthy menyatakan bahwa penelitian otak ini didasarkan pada karya John Dewey, David Kolb dan Carl Jung, yang telah menciptakan model pedagogis yang mengasumsikan (1) individu belajar dengan cara belum diidentifikasi berbeda, (2) keterlibatan dengan berbagai beragam set belajar menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dari motivasi dan kinerja.
McCarthy’s 4MAT System applies the principles of these long-standing theories to provide teachers with a structure for planning meaningful learning experiences for all “styles” of learners (McCarthy ,2002:1.18). McCarthy menerapkan prinsip-prinsip teori lama Sistem 4MAT ini untuk menyediakan guru dengan struktur untuk merencanakan pengalaman belajar yang bermakna dengan gaya belajar peserta didik.
Model Pembelajaran 4MAT terdiri dari 8 tahapan yaitu: (McCarthy ,2002: 1.18-)
a.       Tahap 1
The first step of The 4MAT System is designed to engage the learner in a concrete experience which leads to a search of prior knowledge and prior experience. This search is designed to create an interactive group dialogue which connects what the learner already knows and believes to what the teacher intends to teach. In this dialogue there are no correct answers. (McCarthy ,2002: 1.18). Pada tahap pertama pada model 4MAT dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam pengalaman konkret yang mengarah ke pencarian pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Hal ini dirancang untuk menciptakan dialog kelompok interaktif yang menghubungkan peserta didik dengan guru yang mengajar. Guru memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik mencurahkan ide dan ikut aktif dalam pembelajaran. Hal ini untuk memfungsikan otak kanan peserta didik.
b.      Tahap 2
The second step of McCarthy’s 4MAT System, quadrant one left, is designed to add process judgment to the perceptions and dialogue generated in step one. In this teaching set, the teacher engages student reflection upon their existing level of their knowledge and experience to determine if their opinions and beliefs are supportable (McCarthy ,2002: 1.18). Pada tahap ke dua ini, dirancang untuk menambah penilaian proses untuk persepsi dan dialog yang dihasilkan pada langkah satu. Dalam tahap ini, guru terlibat refleksi siswa pada tingkat pengetahuan dan pengalaman peserta didik.
c.       Tahap 3
Step three of the 4MAT System is designed to create a context for the learner to represent the subjective nature of his/her existing knowledge as a preparation for the validation and analysis of ideas. In this step learners are encouraged to symbolize, in as many modalities as feasible, their present state of understanding of the subject matter. (McCarthy ,2002: 1.19). Tahap ke tiga dirancang untuk menciptakan konteks untuk peserta didik mewakili sifat subjektif dari pengetahuan yang ada sebagai persiapan untuk validasi dan analisis ide. Pada langkah ini peserta didik didorong untuk melambangkan, dalam banyak modalitas yang layak, keadaan sekarang mereka pemahaman materi pelajaran.
d.      Tahap 4
Step four of the 4MAT System engages students in objective thinking. The emphasis here is analysis of verifiable concepts, facts, generalizations and theories. The role of the teacher is to present information and experience in complete and systematic ways (McCarthy ,2002: 1.20). Tahap keempat melibatkan peserta didik dalam berpikir objektif. Penekanannya di sini pada analisis diverifikasi konsep, fakta, generalisasi dan teori-teori. Peran guru adalah menyajikan informasi dan pengalaman lengkap dan sistematis.
e.       Tahap 5
In step five of the 4MAT System the emphasis shifts from acquisition and assimilation to testing and adaptation Students now take the lead to apply what has been taught. In quadrant three left the goal is reinforcement and diagnostic evidence of the student’s ability to apply the concepts taught. The teacher’s role here is coaching and assisting as students refine their ability to find applications of their ideas (McCarthy ,2002: 1.20). Tahap keempat menekankan dari akuisisi dan asimilasi untuk pengujian dan adaptasi peserta didik untuk menerapkan apa yang telah diajarkan. Tujuannya adalah untuk penguatan dan bukti diagnostik kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep-konsep yang diajarkan. Peran guru di sini adalah pembinaan dan membantu peserta didik memperbaiki kemampuan mereka untuk menemukan aplikasi dari ide-ide. (McCarthy ,2002: 1.21)


f.       Tahap 6
Step Six of The 4MAT System exemplifies John Dewey’s idea of the student as a scientist. In this learning set the student tests the limits and contradictions of his/her understanding. The teacher’s role is to encourage students to take the application of learned ideas to more sophisticated, personal levels (McCarthy ,2002: 1.21). Tahap ini mencontohkan gagasan John Dewey dari peserta didik sebagai ilmuwan. Dalam pembelajaran ini mengatur peserta didik untuk menguji batas pemahamannya. Peran guru adalah mendorong peserta didik untuk mengambil penerapan ide-ide belajar untuk lebih canggih pada tingkat pribadi.
g.      Tahap 7
Step seven of The 4MAT System requires the learner to critically examine the place of the newly acquired knowledge and experience in his/her existing world view. The central issue here is what new questions do I have and what must be done to integrate this learning into a meaningful conceptual subset (McCarthy ,2002: 1.21). Tahap ketujuh membangun peserta didik untuk kritis terhadap pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh menurut  pandangan dunia. Isu sentral di sini adalah pertanyaan baru yang dimiliki dan apa yang harus dilakukan untuk mengintegrasikan pembelajaran ini menjadi bagian konseptual bermakna.
h.      Tahap 8
The essence of step eight in The 4MAT System is integration, celebration and closure. In this, the last of McCarthy’s learning sets, the learner returns to the place where he/she began, the self, and integrates the learning experience into a slightly different, personally held world view (McCarthy ,2002: 1.22). Pada tahap terakhir peserta didik kembali ke tempat semula dan mengintegrasikan pengalaman belajar secara pribadi berdasarkan pandangan dunia.

2.      Motivasi Belajar
Motivasi memegang peranan sangat penting di dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Sardiman (2001:71) menyebut kata motivasi dengan kata motif. Motif merupakan daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kata motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Adanya tujuan yang jelas dapat memengaruhi kebutuhan dan akan mendorong timbulnya motivasi. Menurut Purwanto (2007: 73) tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswa agar timbul keinginan dan kemauanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa motivasi berhubungan erat dengan motif. Motif merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, maka motivasi merupakan pendorong yang berpengaruh terhaddap tingkah laku seseorang supaya hatinya tergugah untuk bertindak mencapai tujuan tertentu.
Sardiman (2001:87) menyatakan bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) motivasi intrinsic, merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada pendorong untuk melakukan sesuatu; (2) motivasi ekstrinsik, merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Berdasarkan ungkapan diatas motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu intrinsic dan ekstrinsik. Motivasi intrinsic didorong oleh kekuatan yang berasal dari dalam individu  itu sendiri. Sebaliknya motivasi ekstrinsik muncul ketika individu dipengaruhi faktor dari luar atau faktor lingkungan.
Indicator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dalam Suprijono (2009: 163) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.
Gino (1993: 121) menjelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, yaitu: (1) mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar, (2) mengoptimalkan unsure-unsur dinamis belajar. Kemampuan guru dalam mengoptimalkan unsure-unsur dinamis belajar Nampak pada usahanya untuk menumpuhkan motivasi, (3) mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman. Pengajaran tidak akan berhasil baik jika tidak memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki, (4) mengembangkan cita-cita, (5) cerita tentang orang-orang terkenal, para tokoh yang berhasil, perlu dijelaskan kepada siswa guna memberikan harapan-harapan yang dapat diperoleh dengan usaha yang keras. Dengan demikian guru akan memberikan penguatan dan motivasi belajar bagi siswa untuk belajar dan bekerja keras.
3.      Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak lanjut dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut, hasil belajar merupakan hasil dari berlangsungnya proses pembelajaran yang dinyatakan dalam sebuah nilai, dimana nilai tersebut menunjukan tercapai atau tidaknya tujuan intruksional, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa.
Horward Kingslay (Sudjana, 2011:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; dan (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne (Sudjana, 2011:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal; (b) keterampilan intelektual; (c) strategi kognitif; (d) sikap; dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, biak tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Definisi dari masing-masing ranah yang menjadi obyek penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2011:22-23) yaitu: ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi; ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Diantara ketiga ranah yang menjadi obyek penilaian hasil belajar, dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada ranah kognitif karena ranah afektif dan ranah psikomotoris ditekankan pada keterampilan proses.
Fungsi dari penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2011:3-4), yaitu: (a) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional; (b) umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar; dan (c) dasar untuk menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada para orang tuanya.
Tujuan dari penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2011:4) yaitu: (a) mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya; (b) mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan; (c) menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya; dan (d) memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:28) hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yaitu:
a.         Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri peserta didik. Yang tergolong faktor internal adalah:
1)   Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.
2)   Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi: (a) faktor intelektual yang terdiri atas faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat, dan faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi; dan (b) faktor nonintelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
b.        Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri peserta didik. yang tergolong faktor eksternal ialah: (a) faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan kelompok; (b) faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya; (c) faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas sekolah, iklim, dan sebagainya; dan (d) faktor spiritual dan lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang.

B.     Penelitian yang Relevan
Legiman. 2008. Melakukan penelitian tentang Pengaruh penggunaan model pembelajaran 4mat system dan model pembelajaran students team achievement devision (stad) terhadap prestasi belajar kimia ditinjau dari keingintahuan siswa (penelitian pembelajaran koloid kelas XI SMA Negeri Tawangsari. Tujuan penelitian adalah : 1) Mengetahui  apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran 4mat system dan model pembelajaran Students Team Achievement Devision (STAD) terhadap prestasi belajar siswa, 2) Mengetahui  apakah terdapat pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar, 3) Mengetahui  apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran 4mat system dan model pembelajaran Students Team Achievement Devision (STAD) dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Teknik analisis data menggunakan desain faktorial anava 2 x 3. Hasil analisis data pada taraf signifikansi 5 % sedangkan Ftabel = 3,97 diperoleh : 1) Data prestasi belajar Fhitung = 7,258 artinya ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran 4mat system dengan model pembelajaran Students Team Achievement Devision (STAD), 2) Data keingintahuan siswa Fhitung = 18,886 artinya ada pengaruh keingintahuan terhadap prestasi belajar, 3) Uji interaksi menunjukkan Fhitung =13,328 artinya ada interaksi antara model pembelajaran 4mat system dan model pembelajaran Students Team Achievement Devision (STAD) dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar kimia.
Ika Hesty Prasetyaningsih.2011. Melakukan penelitian tentang penerapan metode dua tinggal dua tamu untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri Mojogedang tahun ajaran 2009/2010. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar geografi siswa dengan menggunakan metode dua tinggal dua tamu pada Kompetensi Dasar Menganalisis Pemanfaatan Lingkungan Hidup dalam Kaitanya dengan Pembangunan Berkelanjutan. (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode dua tinggal dua tamu pada Kompetensi Dasar Menganalisis Pemanfaatan Lingkungan Hidup dalam Kaitanya dengan Pembangunan Berkelanjutan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi tindakan, analisis dan refleksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif-kualitatif. Indicator kerja yang harus dicapai adalah hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 85%. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bbahwa metode dua tinggal dua tamu dalam pembelajaran geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar secara optimal. Hasil penelitian siklus II menunjukkan bahwa pengguunaan metode dua tinggal dua tamu dalam pembelajaran geografi disertai dengan pemberian motivasi, pujian reward dan PR mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar secara optimal. 
Filiz Tuba DIKKARTIN OVEZ. 2012. This research about The Effect of the 4MAT Model on Student’s Algebra Achievements and Level of Reaching Attaiments. The purpose of this study is to analyze the effect of the 4MAT teaching model on 8th grade mathematics lesson curriculum algebra learning domain achievement levels and level of reaching attainments. The kind of this research is experimental. Collecting data of this research used  design with a pre test-post test control group was utilized. As a result of the conducted data analysis it was determined that the difference in achievement score averages between the experimental group and control group were significantly in favor of the experimental group and the level of reaching attainments in the experimental group, which was applied the 4MAT teachingmodel, were higher compared to the control group.
  1. Kerangka Berfikir
Kondisi awal yang dihadapi, SMA Warga Surakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, belajar bukan lagi suatu kegiatan sebatas memperoleh informasi, tetapi merupakan suatu kegiatan terampil dalam memperoleh informasi dan memahami sesuatu melalui pemaknaan terhadap sesuatu yang telah diperolehnya atau dipelajarinya. Realitanya pembelajaran geografi Kelas X IPS 1 masih mengandalkan model ekspositori, dilanjutkan dengan eksplorasi materi dari sosial media atau buku dalam bentuk penugasan sebagai upaya penerapan kurikulum 2013. Pembelajaran geografi dengan materi yang banyak dan tidak didukung oleh kurangnya variasi dalam pembelajaran menyebabkan rendahnya motivasi belajar peserta didik pada pelajaran geografi. Selain itu, hasil belajar geografi masih banyak yang belum menjacapai KKM, yaitu 75.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran 4MAT dianggap mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik, karena pembelajaran berdasarkan gaya-gaya belajar peserta didik disertai dengan strategi yang sesuai dan berpusat pada peserta didik.
Pada kondisi akhir dalam penelitian ini diharapkan penerapan model pembelajaran 4MAT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo.

A.      Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada landasan teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
1.       Diduga melalui model pembelajaran 4MAT dapat meningkatkan motivasi belajar geografi peserta didik kelas X IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016.
2. Diduga melalui model pembelajaran 4MAT dapat meningkatkan hasil belajar geografi peserta didik kelas X IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa inggris Classroom Action Research (CAR), berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian dikelas tersebut (Kardiawarman dalam Paizaluddin dan Ermalinda, 2013:6).
Menurut Arikunto (Paizaluddin dan Ermalinda, 2013:6), secara lebih luas penelitian tindakan kelas diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Tindakan yang secara sengaja diberikan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh peserta didik.
Menurut Arikunto(Paizaluddin dan Ermalinda, 2013:33-34) menyatakan bahwa terdapat empat tahap yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk siklus, yaitu suatu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula. Bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus selalu berupa rangkaian kegiatan yang kembali ke awal, yaitu dalam bentuk siklus. Arikunto (2010:17-20) menguraikan keempat tahap dalam siklus penelitian tindakan kelas, sebagai berikut:
a.    Perencanaan
Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Adapun rincian yang perlu dan harus dikemukakan adalah menyusun sebuah rancangan kegiatan, peserta didiknya akan diapakan. Supaya perencanaan ini lengkap dan difahami oleh semua peserta didik, guru membuat semacam panduan yang menggambarkan (a) apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, (b) kapan dan berapa lama dilakukan, (c) dimana dilakukan, (d) jika diperlukan peralatan atau sarana ujudnya apa, (e) jika sudah selesai apa tindakan selanjutnya.
b.    Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Untuk itu guru harus memperhatikan hal-hal: (1) apa ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses pelaksanaan yang dilakukan peserta didik cukup lancar, (c) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah peserta didik melaksanakan dengan semangat, (e) bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu.
c.    Tahap Pengamatan (Observing)
Pengamatan adalah proses mengamati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. Antara pelaksanaan dengan pengamatan sebetulnya bukan merupakan urutan karena waktu atau saat terjadinya bersamaan. Dalam PTK, pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan format pengamatan.
d.   Tahap Refleksi (Reflecting)
Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun peserta didik. Dalam penilaian laporan PTK, uraian refleksi ini sangat diperhatikan oleh penilai, dicermati bagaimana peneliti melakukannya, dan bagaimana tindak lanjut dari refleksi tersebut, apakah digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki perencanaan siklus berikunya.

A.      Tempat dan Waktu Penelitian
1.        Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Sukoharjo semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Sekolah ini beralamat di Jl. Raya Sala-kartasura, Mendungan, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo. Peneliti memilih SMA Negeri 2 Sukoharjo sebagai tempat penelitian dengan alasan :
a.       Di SMA Negeri 2 Sukoharjo belum pernah diadakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran 4MAT.
b.      Di SMA Negeri 2 Sukoharjo belum pernah diadakan penelitian sejak pemberlakuan kurikulum 2013.
c.       Rendahnya motivasi belajar peserta didik kelas X IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo.
d.      Rendahnya hasil belajar geografi kelas X IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo.

2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester satu (gasal) tahun ajaran 2015/2016. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 9 bulan yaitu mulai bulan April 2015 sampai bulan Februari 2016.

A.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas X IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo, dengan jumlah 32 peserta didik yang terdiri dari 15 peserta didik laki-laki dan 17 peserta didik perempuan pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016, untuk mata pelajaran geografi.
B.       Data dan Sumber Data
1.        Data
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi mengenai kegiatan belajar mengajar, nilai keterampilan proses, dan hasil belajar peserta didik dari data hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data sekunder berupa dokumen lembar kerja peserta didik, daftar nilai peserta didik, program semester (PROMES), silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2.        Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:
a.    Peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016 sebagai subyek penelitian.
b.    Guru geografi kelas X IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo sebagai informan dalam penelitian.
c.    Dokumen, meliputi lembar kerja peserta didik, daftar nilai peserta didik, program semester, silabus, dan RPP.

C.      Teknik Pengumpulan Data
1.        Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat satu variabel tindakan dan satu variabel harapan, yaitu:
a.         Variabel tindakan
Variabel tindakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran 4MAT.
b.        Variabel harapan
Variabel harapan dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar.

2.        Teknik Pengumpulan Data
a.         Observasi
Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian (Paizaluddin dan Ermalinda, 2013:113). Observasi dilakukan saat kegiatan belajar mengajar geografi.
b.        Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seara lisan kepada subyek penelitian, instrument ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat, dan sebagainya (Paizaluddin dan Ermalinda, 2013:130). Wawancara dilakukan pada saat observasi awal dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Narasumber dalam wawancara adalah guru geografi.
c.         Angket
Angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:199). Angket digunakan untuk mengetahui motivasi peserta didik, dengan peserta didik sebagai responden.
d.        Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimul) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Paizaluddin dan Ermalinda, 2013:131). Tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar peserta didik setelah kegiatan pemberian tindakan pada setiap siklus. Tes dilakukan secara individual pada masing-masing peserta didik.
e.       Dokumentasi
Dokumentasi dapat berupa dokumen primer maupun dokumen sekunder yang menunjang kegiatan belajar mengajar dikelas. Dokumen primer berupa RPP, foto dan video pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan dokumen   sekunder dapat berupa dokumen lembar kerja peserta didik, daftar nilai peserta didik, program semester, dan silabus. Data yang diperoleh dari dokumen ini bisa digunakan untuk melengkapi bahkan memperkuat data dari hasil observasi yang kemudian dianalisa dan diinterpretasikan.

D.      Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sugiyono (2013:173) menyatakan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat suatu instrumen dikatakan valid adalah r ≥ 0,3.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Musjido (2010:209) klasifikasi reliabilitas sebagai berikut:
0,91 – 1,00      : Sangat Tinggi
0,71 – 0,90      : Tinggi
0,41 – 0.70      : Cukup
0,21 – 0,40      : Rendah
Negatif – 0,21 : Sangat Rendah

1.        Instrumen Tes
Validitas instrumen tes menggunakan validitas isi (content validity) dan validitas butir soal. Validitas isi yaitu dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, maka dikonsultasikan dengan ahli, yaitu dua dosen Pendidikan Geografi UNS dan satu guru geografi SMA Negeri 2 Sukoharjo. Kemudian instrumen tersebut diujicobakan pada kelas yang berbeda dan telah mendapatkan materi . Validitas butir soal dihitung menggunakan uji kesahihan butir soal Pearson Product Moment Correlation.
Reliabilitas instumen tes menggunakan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja (Sugiyono, 2013:185).
2.        Instrumen Angket
Validitas instrumen angket menggunakan validitas konstrak (construct validity). Pada validitas konstrak instrumen dikonstruksi dari aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu yang selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli, yaitu dua dosen Pendidikan Geografi UNS dan satu guru Geografi SMA Negeri 2 Sukoharjo. Setelah pengujian konstrak dari ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Pengujian validitas konstruks pada data yang diperoleh dari hasil ujicoba dilakukan dengan validitas item.
Reliabilitas instumen angket untuk mengukur sikap peserta didik menggunakan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja (Sugiyono, 2013:185). Pengujian reliabilitas instrumen dengan rumus alpha (α) conbach.
3.        Instrumen Wawancara dan Observasi
Validitas instrumen wawancara dan observasi menggunakan validitas konstrak (construct validity). Pada validitas konstrak instrumen dikonstruksi dari aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu yang selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli, yaitu dua dosen Pendidikan Geografi UNS dan satu guru SMA Negeri 2 Sukoharjo.
E.       Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013:334). Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah hasil belajar dan motivasi belajar. Hasil belajar diperoleh dari pemberian evaluasi pada akhir siklus, sedangkan motivasi belajar diperoleh dari hasil observasi dan angket.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Tashakkori (2010:77) menyatakan bahwa penelitian yang menggunakan pendekatan ini menghasilkan data numerik dan data naratif dalam menjawab pertanyaan penelitian yang sama. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis, yaitu mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan kinerja peserta didik dan guru selama proses penerapan tindakan. Data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil perhitungan dari statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013:207-208).

F.       Indikator Capaian Penelitian
Indikator capaian penelitian merupakan indikator ketercapaian motivasi belajar geografi menggunakan model pembelajaran 4MAT. Indikator ini disusun berdasarkan aspek dan indikator motivasi belajar yang dinyatakan dalam bentuk prosentase, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil apabila terdapat peningkatan motivasi belajar pada setiap aspek dan indikatornya. Target yang ingin dicapai adalah motivasi belajar tinggi dan hasil belajar peserta didik ≥80% peserta didik mendapatkan nilai diatas KKM.

G.      Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilalui peneliti untuk memperoleh hasil yang ingin dicapai mulai dari awal sampai akhir. Penelitian ini menggunakan tahap-tahap penelitian tindakan kelas menurut Model Suharsimi Arikunto, sebagai berikut:
Rancangan Siklus I
1.        Tahap Perencanaan
a.       Mempersiapkan silabus
b.    Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran 4MAT.
c.    Menyusun instrumen penelitian berupa soal tes, lembar observasi, pedoman wawancara, lembar angket dan dokumentasi.
2.        Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang direncanakan yaitu pembelajaran menggunakan model pembelajaran 4MAT yang telah tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3.        Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta dokumentasi segala kegiatan selama proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model 4MAT.
4.        Refleksi
Tahap refleksi dilaksanakan pada akhir siklus, peneliti bersama-sama dengan guru mata pelajaran geografi melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran 4MAT. Hasil evaluasi berupa kelebihan dan kekurangan, ataupun hambatan dalam proses pelaksanaan tindakan, yang diperoleh dari interpretasi hasil tes, wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar, sedangkan wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi digunakan untuk mengukur motivasi belajar. Apabila berdasarkan hasil evaluasi perlu diadakan siklus lanjutan, maka hasil evaluasi ini dijadikan dasar perencanaan kegiatan pada siklus selanjutnya hingga target penelitian tercapai

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Tindakan: untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Daryanto, dan Mulyo Rahardjo. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Gino. 1993. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Prasetyaningsih, Ika Hesty. 2011. Penerapan Metode Dua Tinggal Dua Tamu untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI MOJOGEDANG Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. FKIP UNS
Legiman. 2008. Pengaruh penggunaan model pembelajaran 4mat system dan model pembelajaran students team achievement devision (stad) terhadap prestasi belajar kimia ditinjau dari keingintahuan siswa (penelitian pembelajaran koloid kelas XI SMA Negeri Tawangsari.Tesis. Pascasarjana UNS.
McCarthy, Bernice. Germain, Clif St. dan Lippitt, Linda. 2002. The 4MAT Research Guided. About Learning, Incorporated. Wauconda, Illino.

OVEZ, Filiz Tuba DIKKARTIN. 2012. The Effect of the 4MAT Model on Student’s Algebra Achievements and Level of Reaching Attainmens. International Journal. Balikesir University, Education Faculty of Nacatibey Elementary Mathematics Education Department Balikesir and 10100. Turkey. Int. J. Contemp. Math. Sciences, Vol. 7, 2012, no. 45, 2197-2205.
Paizaludin dan Ermalinda. (2013). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research): Panduan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Alfabeta.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar.

Tashakkori, Abbas dan Charles Teddlie. (2010). Mixed Methodology: Mengkombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

RESUME SKRIPSI

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN LINGKUNGAN HIDUP DI KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006” (HEMA SUSILAWATI (K5401022))
Dosen pengampu: Drs Sugiyanto M.Si, M.Si
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Pembelajaran Geografi

oleh: Ana Pangesti

JUDUL
EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN LINGKUNGAN HIDUP DI KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006

Peneliti
HEMA SUSILAWATI
K5401022

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sekolah Menengah Atas Majlis Tafsir Al-Qur’an (SMA MTA) Surakarta merupakan bagian dari kegiatan pendidikan pada umumnya. Dalam kegiatan belajar mengajar guru masih banyak menggunakan metode mengajar yang didominasi metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Guru SMA MTA Surakarta memilih lebih sering menggunakan metode ceramah karena alokasi waktu yang tersedia lebih sedikit daripada pokok bahasan yang harus diajarkan kepada siswa.

B.     Identifikasi Masalah
Metode pembelajaran geografi yang diterapkan selama ini pada umumnyamenggunakan metode ceramah yang cenderung monoton dan kurang bervariasisehingga berakibat rendahnya hasil belajar geografi. Dominasi guru dalamkegiatan belajar mengajar masih sangat kuat yang seringkali mengabaikan proses  belajar melalui interaksi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa di dalam kelas.

C.    Pembatasan Masalah
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar geografi di kelas X SMA MTA Surakarta.

D.    Perumusan Masalah
”Apakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah?”

E.     Tujuan Penelitian
untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah.

F.     Manfaat Penelitian
1.      Guru: guru dapat sedikit mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi dapat diminimalkan.
2.      Siswa : meningkatkan hasil belajar geografi.
3.      Sekolah : perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umumnya.


BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Tinjauan Pustaka
Pengertian hasil belajar, Penilaian hasil belajar, Belajar, hakikat mengajar, efektivitas pembelajaran, hakikat pengajaran geografi, metode pembelajaran, teori belajar konstruktivisme, pembelajaran kooperatif, STAD, metode Ceramah, materi ajar lingkugan hidup.
B.     Penelitian yang relevan
Nama
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Sukeksi
(2002)
Efektivitas
Penggunaan Metode
STAD Terhadap
Prestasi Belajar Fisika
Sub Pokok Bahasan
Getaran Kelas 1 Cawu
III SMU Negeri
Tawangsari Sukoharjo
Tahun Ajaran
2001/2002
Untuk
mengetahui
yang lebih
efektif antara
metode
STAD dengan
demonstrasi
pada sub
pokok
bahasan
getaran untuk
kelas 1 cawu
III
Eksperi
men
Penggunaan
metode
STAD lebih
efektif dari
metode
demonstrasi
dengan
melihat
perbedaan
rerata (thitung
= 1,928 > t
tabel = 1,66)
Rukoyah
(2003)
Efektivitas Metode
Pembelajaran
Kooperatif STAD
Berdasarkan Nilai UUB Cawu III Dan
Sikap Ilmiah Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMU Assalam Sukoharjo Pada Materi Termokimia
Tahun Pelajaran
2002/2003
Untuk
mengeta hui
mana yang
lebih efektif  metode
pembelajaran
STAD atau
metode
konven
sional dalam
meningkatkan
prestasi
belajar
Eksperi
men
Metode
pembelajaran
STAD lebih
Efektif  dibandingka
n dengan
metode
pembelajaran
konvensional
(thitung =
6,167 > t tabel
= 1,66)
C.    Kerangka Pemikiran








Skema kerangka pemikiran:
D.    Pengujian Hipotesis
“Penggunaan metode STAD (Student Teams Achievement Divisons) lebih efektif daripada penggunaan metode ceramah terhadap hasil belajar siswa
Geografi pada pokok bahasan lingkungan hidup di kelas X semester genap SMA MTA Surakarta tahun pelajaran 2005/2006”.


BAB III

METODOLOGI

1.      Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA MTA Surakarta semester genap tahun
ajaran 2005/2006 pada bulan Mei 2006.

2.      Metode Penelitian
Randomized Control Group Pretest Postest Design”.

3.      Variabel Penelitian
1.      Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperasi model STAD dan metode ceramah.
2.      Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pokok bahasan lingkungan hidup.

4.      Populasi dan Sampel
1.       Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA MTA Surakarta sejumlah 233 , tahun ajaran 2005/2006 yang terbagi menjadi enam kelas.
2.       Sampel penelitian diambil secara acak sebanyak 2 kelas dengan perincian satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas sebagai kelas eksperimen.

3.      Teknik Sampling
teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan secara acak, karena seluruh anggota populasi dianggap homogen.

4.      Teknik pengumpulan data dan instrument
Ă˜  pengumpulan data hasil belajar kognitif siswa dilakukan dengan memberikan tes tertulis sebelum dan sesudah materi lingkungan hidup yang disampaikan oleh guru. Data berupa data kuantitatif yang menggambarkan hasil belajar siswa. Selanjutnya data diolah dengan statistika uji-t pihak kanan.
Ă˜  Instrumen penelitian disusun relevan dengan variabel penelitian dan metode pengumpulan data, yakni berupa tes obyektif. Tes obyektif tersebut  igunakan untuk mengungkapkan hasil belajar kognitif siswa terhadap materi  ingkungan hidup.

5.      Teknik Analisis Data
1.       Uji Prasyarat Analisis (Uji normalitas dan uji homogenitas )
2.       Uji hipotesis

BAB IV HASIL PEELITIAN
a.       Deskripsi SMA MTA Surakarta
b.      Deskripsi Proses Pembelajaran Dengan Metode STAD danMetode Ceramah di Kelas X-4 dan Kelas X-6 SMA MTA Surakarta
c.       Deskripsi Data
d.      Hasil Pengujian Persyaratan Analisis
e.       Teknik Pengujian Hipotesis
f.       Pembahasan Hasil Analisis Data


BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.    Kesimpulan
harga thitung lebih besar daripada harga ttabel (4,0156 > 1,645) maka dapat disimpulkan bahwa matode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah guna meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X SMA MTA Surakarta pada materi lingkungan hidup tahun pelajaran 2005/2006.

B.     Implikasi
Penerapan metode pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan lingkungan hidup. Dengan pendekatan ini siswa akan mempunyai keterampilan kooperatif karena terbiasa memecahkan segala permasalahan dan berkomunikasi untuk menyampaikan ide/pikirannya.

C.    Saran
1.       Guru geografi SMA hendaknya mengembangkan strategi pembelajarangoegrafi  dengan mengacu pada teori belajar kontruktivisme, salah satunya menggunakan metode STAD.
2.       Perlu penerapan metode STAD untuk pokok bahasan lain terutama yang banyak memerlukan kerja kelompok.

Materi MMPG

Dosen pengampu: Drs Sugiyanto M.Si, M.Si