1. Jelaskan
prosedur penyusunan instrumen soal test!
Jawab:
Menurut (Arikunto: 2006) tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimilik oleh individu atau kelompok. Dalam menggunakan metode tes, peneliti
menggunakan intrumen berupa tes atau soal-soal tes tertentu. Soal tes terdiri
dari banyak butir tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variable.
Keunggulan metode ini adalah:
a).
Lebih
akurat karena test berulang-ulang direvisi.
b).
Insttrumen
penelitian yang objektif.
Sedangkan kelemahan metode
ini adalah:
a)
Hanya mengukur
satu aspek data.
b)
Memerlukan jangka waktu
yang panjang karena harus
dilakukan secara berulang-ulang.
c)
Hanya mengukur
keadaan siswa pada saat test itu dilakukan
.
Dalam
penulisan soal penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan atau kaidah
penulisan soal. Kaidah tersebut adalah:
a)
Pilihan Ganda
Kaidah penulisan
soal pilihan ganda adalah:
1)
Soal harus sesuai
dengan indik2ator.
2)
Setiap soal hanya ada
satu jawaban.
3)
Pengecoh harus
berfungsi.
4)
Rumusan soal tegas dan
jelas.
5)
Pokok soal jangan memberi
petunjuk kepada jawaban.
6)
Pokok soal jangan
mengandung pernyataan negatif ganda.
7)
Pilihan jawaban harus homogen
dan logis.
8)
Jawaban diurutkan dengan
kaidah dari kecil ke besar; dari a ke z.
9)
Rumusan jawaban
seharusnya relatif sama panjang.
10) Gunakan
bahasa yang sesuai dengan EYD.
b)
Esai/ bentuk isian
Kaidah penulisan
soal esai yang baik adalah:
1)
Soal harus sesuai
dengan indikator.
2)
Materi yang diukur sesuai
dengan tuntutan jawaban.
3)
Pernyataan disusun dengan
bentuk pertanyaan langsung agar siswa lebih mudah merumuskan jawaban.
4)
Hindari pernyataan yang
menggunakan kata-kata yang langsung mengutip dari buku.
5)
Jika jawaban yang
dikehendaki adalah mentut satuan urutan, maka ungkapkanlah secara rinci dengan
pernyataan.
6)
Bahasa harus
komunikatif sesuai dengan jenjang pendidikan siswa.
7)
Gunakan bahasa yang sesuai
dengan EYD.
2. Buatlah
contoh soal tes sebagai instrument penelitian
3. Jelaskan
prosedur penyusunan angket dan buatlah contoh instrument angket!
Jawab:
Angket sering disebut sebagai
kuesioner. Angket merupakan teknik atau
cara pengumpulan data secara tidak langsung. Instrument atau alat penumpulan
datanya juga disebut sebagai angket. Jenis angket sama dengan wawancara.
Bentuknya bisa berupa pertanyaan
trebuka, pertanyaan berstruktur dan pertanyaan tertutup.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan instrument angket atau kuesioner adalah:
a)
Buatlah
pengantar atau petunjuk pengisian sebelum butir pertanyaan.
b)
Butir
pertanyaan dirumuskan secara jelas.
c)
Untuk
setiap pertanyaan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan
jawaban.
Contoh instrument angket
Tujuan
: untuk mengetahui motivasi
belajar siswa terhadap matapelajaran geografi
Petunjuk
:
Jawablah
pernyataan di bawah ini dengan memberi ceklis ( √ ) pada pilihan yang tersedia. Lembar angket ini
tidak mempengaruhi nilai mata pelajaran yang bersangkutan.
Keterangan : SL (selalu), SR (sering), K
(kadang-kadang), TP (tidak pernah)
No
|
Uraian
|
Tanggapan
|
|||
SL
|
SR
|
K
|
TP
|
||
1
|
Jika besok ada pelajaran geografi,
apakah pada malam harinya anda akan berusaha belajar geografi ?
|
|
|
|
|
2
|
Apakah anda merasa tertarik untuk
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru geografi?
|
|
|
|
|
3
|
Apakah anda memperhatikan contoh soal
yang diberikan oleh guru geografi?
|
|
|
|
|
4
|
Jika guru geografi menyuruh anda
mengerjakan soal didepan kelas, apakah anda mau mengerjakan soal tersebut?
|
|
|
|
|
5
|
Ketika guru menerangkan materi
pelajaran, kemudian anda kurang begitu jelas dengan materi yang disampaikan,
apakah anda akan diam saja karena malu bertanya?
|
|
|
|
|
6
|
Setelah menerima materi pelajaran
geografi, apakah anda mempelajarinya lagi dirumah?
|
|
|
|
|
7
|
Apakan anda membuat catatan yang
berisi ringkasan yang berisi materi geografi?
|
|
|
|
|
8
|
Jika dalam belajar anda menemukan soal
geografi yang sulit, apakah anda meninggalkan soal tersebut?
|
|
|
|
|
9
|
Jika ada soal geografi yang sulit dan
anda belum mampu menjawabnya, apakah anda akan bertanya pada teman anda?
|
|
|
|
|
10
|
Apakah anda mencoba menyelesaikan
setiap soal latihan atau tugas geografi dari guru?
|
|
|
|
|
11
|
Agar dapat belajar geografi, apakah
anda akan berusaha mengikuti les pelajaran geografi?
|
|
|
|
|
12
|
Jika menjumpai soal geografi yang
sulit, apakah anda penasaran pada cara penyelesaiaanya?
|
|
|
|
|
13
|
Jika buku acuan belajar geografi anda
hanya LKS, apakah anda hanya mengerjakan soal latihan LKS saja?
|
|
|
|
|
14
|
Jika jawaban soal anda berbeda dengan
jawaban teman yang lain, apakah anda ingin membuktikan jawaban mana yang
benar?
|
|
|
|
|
15
|
Apakah anda hanya mengerjakan soal
yang diberikan guru geografi anda?
|
|
|
|
|
16
|
Apakah anda sudah mempersiapkan dari
awal dengan belajar yang rajin materi geografi yang akan diujikan pada akhir
semester?
|
|
|
|
|
17
|
Jika guru geografi terkenal galak atau
killer apakah anda sudah merasa
takut terlebih dahulu?
|
|
|
|
|
18
|
Jika guru geografi anda berhalangan
hadir, apakah anda meminta pada guru piket?
|
|
|
|
|
19
|
Jika guru geografi anda berhalangan
hadir kemudian guru piket memberikan tugas pada anda, apakah anda akan
mengerjakan dan mengumpulkannya?
|
|
|
|
|
20
|
Pada saat jam geografi kosong apakah
anda merasa senang?
|
|
|
|
|
21
|
Jika disekolah ada kegiatan
ekstrakurikuler seperti praktek computer yang berhubugan dengan geografi
seperti SIG apakah anda akan mengikutinya?
|
|
|
|
|
22
|
Bila ada pekerjaan rumah pelajaran
geografi, apakah anda akan mengerjakannya sendiri?
|
|
|
|
|
23
|
Dalam belajar geografi dirumah, apakah
anda disuruh oleh orang tua anda?
|
|
|
|
|
24
|
Jika ada pekerjaan rumah geografi,
apakah anda mengerjakannya dirumah?
|
|
|
|
|
25
|
Bila ada tugas geografi yang
dikerjakan secara kelompok, apakah anda hanya akan mencontek jawaban yang
sudah selesai dikerjakan teman sekelompok?
|
|
|
|
|
26
|
Apakah anda tetap mengerjakan PR
geografi, walaupun anda dalam keadaan capek?
|
|
|
|
|
27
|
Jika guru geografi anda selalu member
tugas yang banyak apakah anda akan mengeluh?
|
|
|
|
|
28
|
Jika anda absen karena sakit, apakah
anda akan menanyakan materi pelajaran geografi yang telah diberikan kepada
teman anda?
|
|
|
|
|
29
|
Jika besok pagi ada PR geografi yang
harus dikumpulkan, apakah anda akan mengerjakannya pada malam itu meskipun
sudah lama PR itu diberikan?
|
|
|
|
|
30
|
Apakah anda termotivasi belajar untuk
belajar jika teman anda mendapat nilai yang lebih baik?
|
|
|
|
|
1. Buatlah
contoh pedoman wawancara dan observasi!
Jawab:
Secara garis besar adaa dua macam pedoman wawancara (Arikunto: 2010):
a)
Pedoman
wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat
diperlukan, bahwa hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak
tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban
responden. Jenis wawancara ini cocok
untuk penelitian kasus.
b)
Pedoman
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga menyerupai check-list.pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check)
pada nomor yang sesuai.
Pedoman
observasi
Dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan dengan instrument. Format yang disusun
berisi item-item tentang kejadia atau tingkah laku yang digambarkan akan
terjadi.
Dari
peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi
bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian
mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita
memperhatikan reaksi penonton televise, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi
itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi tersebut sangat, kurang
atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki
2. Buatlah
contoh lembar observasi!
Jawab:
Lembar
Observasi Kegiatan Kelompok Metode NHT
Petunjuk pengisian: berilah tanda cek (√) pada
kolom yang sesuai dan berilah keterangan bila perlu pada kolom catatan
No.
|
Kegiatan Peserta Didik
|
Pertemuan ke 1 – 3
|
Catatan
|
|||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
|||
1.
|
Semua
didik berkelompok untuk mendapatkan nomor (numbering)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Semua
peserta didik aktif, saling berdiskusi apabila mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugas (heads together).
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Peserta
didik dari satu kelompok, dipanggil nomornya untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas (answering).
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Semua
kelompok mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas tepat waktu.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Surakarta,…………..2014
Observer
……………
Observer
……………
Lembar
Observasi Kegiatan Kelompok Metode STAD
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai dan berilah keterangan bila
perlu pada kolom catatan
No
|
Kegiatan Peserta Didik
|
Pertemuan 1-3
|
Catatan
|
|||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
|||
1
|
Seluruh
peserta didik berkumpul dan membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Seluruh
peserta didik dalam kelompok aktif bekerjasama dalam mengerjakan tugas
kelompok
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Seluruh
peserta didik dalam kelompok bertanggung jawab dalam tugasnya masing-masing
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Seluruh
peserta didik dalam kelompok mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas tepat
waktu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Seluruh
peserta didik dalam kelompok menghitung skor perkembangan kemajuan individu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Seluruh
peserta didik dalam kelompok menghitung skor kemajuan kelompok pada lembar
rangkuman kelompok
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lembar
Observasi Kegiatan Peserta Didik Metode Pembelajaran NHT, STAD Ceramah
Hari/Tanggal :……………….
Metode
Pembelajaran :……………….
Pertemuan
ke- :……………….
Petunjuk pengisian: Isilah pada kolom yang
sesuai dan berilah keterangan bila perlu pada kolom catatan.
No.
|
Kegiatan
peserta didik
|
Jumlah
|
Presensi
|
Catatan
|
1.
|
Ada
peserta didik yang tidak masuk sekolah/kelas
|
|
|
|
2.
|
Ada
peserta didik yang datang terlambat
|
|
|
|
3.
|
Ada
peserta didik yang belajar materi lain/mengerjakan tugas lain saat guru
menerangkan materi
|
|
|
|
4.
|
Ada
peserta didik yang tidak mengerjakan tugas/diskusi kelompok
|
|
|
|
5.
|
Ada
peserta didik yang tidak kondusif/tidak memperhatikan guru/berbicara dengan
teman sampingnya saat guru menerangkan
|
|
|
|
6.
|
Ada
peserta didik yang aktif bertanya selama pelajaran berlangsung
|
|
|
|
7.
|
Ada
peserta didik yang menjawab pertanyaan guru
|
|
|
|
8.
|
Ada
peserta didik yang memberikan pendapat/pertanyaan ketika berdiskusi
|
|
|
|
9.
|
Ada
peserta didik yang mencatat hal-hal penting penjelasan guru pada buku catatan
|
|
|
|
1. Jelaskan
prosedur melakukan wawancara!
Jawab:
Ada
beberapa faktor penentu
wujud metode dan teknik
yang dapat digunakan pada tahapan penyediaan data
dalam wawancara,
yaitu:
a)
Pandangan peneliti
terhadap dirinya dalam berhadapan dengan objek ilmiahnya (bahasa).
b)
Jenis objek ilmiah
(bahasa) yang diteliti.
c)
Watak objek dan tujuan penelitian.
Faktor
yang pertama lebih bersifat
subjektif karena menyangkut
penggunaan bahasa ibu
sebagai bahasa yang diteliti
oleh peneliti itu sendiri. Ada dua macam
pandangan yang muncul
berhubungan dengan faktor yang pertama,
yaitu:
a) Peneliti dapat
memandang dirinya hanya
sebagai pengamat, dalam arti tidak perlu
terlibat dalam peristiwa
penggunaan bahasa yang diteliti.
b) Peneliti
dapat memandang dirinya di samping sebagai pengamat juga terlibat dalam penggunaan
bahasa yang diteliti karena dia sendiri memang menguasai dan dapat menggunakan dalam
bahasa yang diteliti.
Faktor
kedua lebih bersifat objektif karena menyangkut penguasaan bahasa secara aktif oleh
peneliti. Kadar penguasaan tersebut bukan menurut anggapan si peneliti,
melainkan menurut kenyataan yang sesungguhnya, artinya bisa diteliti.
Setidaknya ada tiga jenis bahasa yang diteliti, yaitu:
a) Bahasa
yang diteliti cukup dekat, artinya bahasa tersebut sudah dikuasai aktif oleh
peneliti. Hal ini bisa berkaitan dengan bahasa ibu atau bahasa kedua yang telah
dikuasai oleh si peneliti.
b) Bahasa
yang diteliti cukup jauh, artinya bahasa tersebut belum dikuasai oleh peneliti,
tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dikuasai. Hal ini bisa berkaitan dengan
bahasa asing yang belum dikuasai oleh peneliti.
c) Bahasa
yang diteliti sangat jauh, artinya bahasa tersebut tidak mungkin dikuasai oleh
peneliti. Hal ini berkaitan dengan penelitian bahasa kuno yang dapat diambil
dari naskah-naskah kuno.
Faktor
ketiga berkaitan dengan ihwal perilaku structural satuan lingual yang menjadi
objek penelitian tersebut, misalnya untuk objek penelitian adverbia yang memiliki
perilaku kurang wajar (letaknya bisa berpindah-pindah dalam deretan struktur).
2. Jelaskan
teknik pengambilan sample
Teknik Pengambilan Sampel
(sampling) adalah proses pemilihan individu-individu dari sebuah populasi yang
akan dijadikan sebagai sampel yang akan berpartisipasi dalam sebuah penelitian.
Alasan dilakukan sampling:
1.
Ukuran
populasi, populasi yang tak terhingga tidak memungkinkan untuk dilakukan
pencacahan sehingga diperlukan sampling.
2.
Factor
biaya, makin banyak obyek yang diteliti maka makin banyak pula biaya yang
diperlukan.
3.
Factor
waktu, pencacahan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan sampling
selain itu analisis sampling sangat menghemat waktu.
4.
Factor
kecermatan peneliti, makin banyak obyek yang diteliti memberikan peluang untuk
terjadinya ktidakcermatan penelitian
Jenis-jenis teknik
pengambilan sampel
1.
Teknik
sampel acak, adalah teknik sampling yang dilakukan dengan memeberikan peluang
atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik
sampling acak dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
Teknik
acak sederhana (random sampling), dapat dilakukan jika populasi sudah jelas
seragam dan jumlahnya terbatas. Proses penarikannya dilakukan dengan undian.
b.
Teknik
sampel acak sistematis (systematic sampling), dilakukan untuk menghindari
sampel yang mengelompok. Proses penarikannya dengan cara mengambil nomor urut
yang kesekian dari daftar populasi.
c.
Teknik
sampel acak proporsional (proporsonal sampling), dilakukan jika populasi
terdiri dari kelompok-kelompok. Proses penarikannya dapat dilakukan dengan cara
undian atau sistematis.
d.
Teknik
sampel acak bertingkat, dilakukan jika populasi terdiri dari kelompok-kelompok
namun bersifat bertingkat. Proses penarikannya dilakukan sama seperti teknik
sampel acak proporsional.
e.
Teknik
sampel kluster (cluster sampling), dilakukan jika populasi tersebar di wilayah
yang luas. Cara penarikannya hanya dilakukan penentuan sampel wilayah kemudian
memilih wakil tiap-tiap wilayah.
2.
Teknik
non acak, adalah teknik pengambilan sampel yang ditentukan oleh peneliti
sendiri atau menurut pertimbangan pakar.
Teknik pengambilan sampel non-acak adalah sebagai berikut:
a.
Tekik
sampel bertujuan (purposive sampling),dilakukan jika sampel dianggap
benar-benar mewakili populasi. Cara penarikan sampel yang dilakukan dengan
memilih subyek berdasarkan criteria spesifik yan diterapkan peneliti.
b.
Teknik
sampel bola salju (snowball sampling), dilakukan jika besaran populasi tidak
diketahui. Cara penarikan sampel dengan menentukan sampel pertama, sampel
berikutnya berdasarkan informasi dari sampel kedua dan seterusnya sehingga jumlah
sampel semakin besar seperti bola salju.
c.
Teknik
sampel kuota (quota sampling), pemilihan sampel berdasarkan proporsi tertentu
untuk menghindari bias. Cara penarikan sampel berdasarkan jumlah atau jatah
yang ditentukan.
d.
Teknik
sampel kebetulan (accidental sampling), dilakukan jika peneliti tidak
mengetahui jumlah sampel. Cara penarikan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa
smpel kebetulan muncul.
3. Jelaskan
desain-desain penelitian kuantitatif
Desain-desain
penelitian kuantitatif
Desain eksperimen dirancang
sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal dengan memperhatikan
faktor efisiensi, disamping kondisi yang menyangkut subjek dan pelaksanaan
eksperimen. Dengan mengenal keunggulan dan keterbatasan suatu desain, peneliti
dapat memilih desain yang paling sesuai dengan kondisi subjeknya untuk mencapai
validitas internal yang tinggi, tetapi dapat pula lebih memahami keterbatasan
kesimpulan hasil dan generalisasinya. Macam-macam desain eksperimen:
a.
Control
Group Posttest-Only Design
Dalam Control Group Posttest-Only Design kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dibentuk dengan prosedur random sehingga
keduanya dapat dianggap setara. Apabila kelompok eksperimen dan kelompok
control telah ditentukan maka perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen.
Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap variabel dependen pada kedua kelompok
untuk dibandingkan perbedaannya. Setiap perbedaan yang terjadi pada kedua
kelompok akan dikembalikan penyebabnya pada perbedaan perlakuan yang diberikan.
Desain ini
sangat bermanfaat pada kondisi yang tidak memungkinkan adanya pretes, atau
ketika dikhawatirkan akan adanya interaksi antara pretes dengan perlakuan X.
Namun, walaupun desain ini dapat mengendalikan efek factor histori, maturasi,
dan pretes akan tetapi besarnya efek factor-faktor tersebut tetap dapat diukur.
b.
Pretest-posttest
Control Group Design
Dalam desain ini
efek suatu perlakuan terhadap variabel dependen akan diuji dengan cara
membandingkan keadaan variabel dependen pada kelompok eksperimen setelah
dikenai perlakuan dengan kelompok control yang tidak dikenai perlakuan.
Contoh : Suatu
eksperimen yang didesain untuk mengetahui efek pemberian sugesti terhadap
kemampuan orang untuk menganngkat benda. Variabel independennya adalah sugesti
dan variabel dependennya adalah kemampuan menganngkat benda. Variabel kemampuan
mengangkat benda dalam contoh eksperimen ini dioperasionalkan sebagai berat
beban yang dapat diangkat.
Dua kelompok
subjek dibentuk secara random. Misalnya terdapat 20 orang subjek, maka
masing-masing subjek diundi satu persatu untuk menentukan siapa yang masuk
kedalam kelompok 1 dan siapa yang masung anggota kelompok 2. Randomisasi ini
akan mendukung asumsi mengenai kesetaraan keadaan kedua kelompok tersebut
sebelum eksperimen dilakukan. Dengan contoh eksperimen diatas, randomisasi
membolehkan kita untuk berasumsi bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 setara dalam
hal rata-rata kemampuan mengangkatnya sehingga apabila tidak dilakukan
pemberian perlakuan apapun juga maka berat benda yang mampu mereka angkat secara
rata-rata akan sama. Kemudian, kedua kelompok diundi lagi untuk menentukan
kelompok mana yang akan dikenai perlakuan (sebagai kelompok eksperimen) dan
kelompok yang tidak dikenai perlakuan (sebagai kelompok kontrol).
Setelah prosedur
penempatan random, dilakukan prosedur pretest. Selesai pretest, eksperimen
dapat dimulai dengan pemberian sugesti terhadap kelompok eksperimental selama
jangka waktu yang telah dilakukan. Kelompok control sepanjang waktu tersebut,
dibiarkan tanpa perlakuan apa-apa. Setelah pemberian sugesti selesai, kemudian
kedua kelompok diukur kembali kemampuannya untuk mengangkat benda. Pengukuran
kedua ini adalah posttest.
Untuk mengetahui
efek sugesti, maka perbedaan hasil postes dari kedua kelompok dapat
dibandingkan melalui analisis kovarians dengan menggunakan skor pretes sebagai
kovarriabel. Dalam hal ini variabel dependen dalam eksperimen dioperasionalkan
sebagai skor Postes.
Selain cara itu,
variabel dependennya dapat juga dioperasionalkan sebagai Perubahan Skor atau
Selisih antara Skor Postes dan Pretes. Dengan cara ini, efek perlakuan dapat
dianalisis memakai t-test.
c. Solomon
Four-group Design
Desain ini menutut penempatan subjek secara random
kedalam empat kelompok. Dari keempat kelompok tersebut hanya kelompok 1 dan 2
yang dikenai pretes dan postes, dan hanya kelompok 1 dan 3 yang dikenai
perlakuan eksperimental.
Dengan desain ini peneliti dapat melihat efek pretes
terhadap variabel dependen, yaitu apabila terjadi perubahan yang relative sama
besar antara kelompok 1 dan 2, yang artinya perubahan pada variabel dependen
berlangsung lepas dari ada-tidaknya perlakuan yang diberikan. Perbedaan yang
sesungguhnya diakibatkan oleh perlakuan dapat dilihat dari perbandingan
kelompok 1 dan 3 dengan kelompok 2 dan 4 setelah postes dilakukan, karena
perbandingan ini merupakan perbandingan antara kelompok yang diberi perlakuan
dengan kelompok kontrol.
Apabila
perbedaan yag terjadi cukup signifikan secara statistic, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel dependen (dalam hal ini perilaku kelompok) dipengaruhi oleh
variabel independennya (dalam hal ini perlakuan yang diberikan oleh peneliti)
Apabila jenis perlakuan
atau kategori variabel independennya lebih banyak, maka desain tersebut dapat
diperluas dengan menetapkan beberapa kelompok eksperimental dan kelompok
kontrol dapat dianalisis sekaligus.