INTERAKSI EKOSISTEM DAN SISTEM
SOSIAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Sarwono, M.Pd
Disusun
Oleh :
1.
Alief
Bagas Oktavian K5412005
2.
Annisa
Nur Fadhilah K5412011
3.
Ari
Whudian K5412011
4.
Arifia
Mawardani K5412016
5.
Ganang
Eko Winggih K5412033
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Dengan lingkungan yang dimaksud bisa berupa
lingkungan biotik maupun abiotik. Dalam ekosistem setiap makhluk hidup memiliki
peranan masing-masing hingga membentuk suatu interaksi. Interaksi yang terjadi
bisa berupa interaksi yang saling menguntungkan, membuat salah satu pihak rugi
ataupun tidak berpengaruh apapun.
Sistem sosial meruapakan salah satu aspek penting
yang memiliki pengaruh besar terhadap ekosistem. Ekosistem banyak mengalami
perubahan akibat interaksi berlebihan yang terjadi antara sistem sosial dan
ekosistem. Interaksi antara ekosistem dengan sistem sosial memicu terjadinya
eksploitasi dalam ekosistem. Oleh karena itu perlu adanya kendali terhadap
interaksi yang terjadi diantaranya.
Makalah ini membahas tentang interaksi ekosistem dan
sistem sosial untuk mengetahui seberapa besar peran sistem sosial terhadap
kelangsungan suatu ekosistem.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
-
Apa itu ekosistem?
-
Apa itu sistem sosial?
-
Apa saja interaksi yang terjadi antara
ekosistem dengan sitem sosial?
-
Bagaimana dampak interaksi ekosistem
dengan sistem sosial?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk:
-
Mengetahui dan memahami pengertian dari
ekosistem
-
Mengetahui dan memahami apa itu sistem
sosial
-
Mengetahui dan memahami apa saja
interaksi yang terjadi antara ekosistem dengan sitem sosial.
-
Mampu menganalisa seperti apa dan
bagaimana dampak interaksi ekosistem dengan sistem sosial yang terjadi.
-
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ekosistem
Secara sederhana, pengertian ekosistem adalah suatu tatanan dan kesatuan yang
secara utuh dan menyeluruh di antara segenap komponen lingkungan hidup.
Komponen ini saling berinteraksi dan pada akhirnya membentuk kesatuan yang
teratur dan dinamis. Jika kita memperhatikan di sekeliling kita, ada beragam interaksi mahluk hidup yang menghasilkan harmoni dan keseimbangan hidup.
Pola hubungan ini menciptakan keterikatan antara komponen yang satu dan
lainnya. Hal ini merujuk pada apa yang disebut dengan ekosistem. Menurut, UU No. 23 Tahun 1997, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan
hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup,
yaitu individu, populasi, dan komunitas.
Secara garis besar ada
dua jenis komponen ekosistem yang diambil, yakni:
a. Komponen
abiotik atau fisik. Komponen ini mencakup semua unsur yang bukan mahluk hidup
seperti udara, suhu, air, tanah, curah hujan, bebatuan, gurun, karang, salju
dan masih banyak lagi lainnya.
b.
Komponen hayati atau biotik yang mencakup
semua mahluk hidup yang dilihat dari susunan trofiknya dibagi ke dalam beberapa
tingkatan yakni komponen produsen, komponen konsumen, dan juga komponen
pengurai. Dan apabila dilihat dari fungsi komponen itu sendiri maka ia dibagi
ke dalam dua komponen dasar yakni komponen autotrof dan juga komponen
heterotrof. Autotrof sendiri merupakan mahluk hidup yang bisa membentuk sendiri
makanannya sementara itu heterotrof adalah organisme konsumen yang mengambil
makanan dari luar dirinya.
Ekosistem
di katakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen dalam
ekosistem dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat
bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Komponen-komponen
ekosistem berdasarkan susunan dan fungsinya tersebut adalah:
a. Komponen
autotrof
Kata
autotrof berasal dari kata auto yang berarti sendiri,
dan trophikos yang berarti “menyediakan makan“. Pengertian dari
autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri
yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti
matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya
tumbuh-tumbuhan hijau.
b. Komponen
heterotrof
Heterotrof berasal dari kata “Heteros” yang
berarti berbeda, dan trophikos yang berarti makanan).
Pengertian dari heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan
organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain.
Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan
tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia
yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan
medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat
hidup.
d. Pengurai
(dekomposer)
Pengertian dari Pengurai
adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian
hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat
digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan
jamur.
Perubahan
ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi
secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia. Perubahan
ekosistem secara alami dapat terjadi karena adanya gangguan alam. Misalnya
gunung meletus, kebakaran hutan, dan perubahan musim. Bencana alam dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem. Manusia mempunyai peranan dan tanggung jawab
terhadap pengelolaan ekosistem. Akan tetapi, manusia juga dapat merusak
ekosistem.
Ekosistem dapat
dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan karakteristik tertentu. Berdasarkan
proses terjadinya, ekosistem dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
·
Ekosistem alami
Ekosistem alami merupakan suatu
ekosistem yang terjadi secara alami tanpa adanya campur tangan dari manusia.
Contoh ekosistem alami antara lain ekosistem sungai, danau, laut, gurun, padang
rumput dan dan sebagainya.
·
Ekosistem buatan
Ekosistem buatan adalah suatu
ekosistem yang dengan sengaja dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu. Contoh
ekosistem buatan antara lain ekosistem sawah, bendungan, waduk, kebun, hutan
produksi dan lain sebagainya.
Jenis
ekosistem yang tercipta tanpa bantuan tangan manusia ini dibagi lagi ke dalam
dua pembagian umum yakni:
1.
Ekosistem akuatik atau air
a.
Ekosistem air tawar
Secara umum, ekosistem air
tawar dibagi ke dalam dua bagian yakni:
1) Ekosistem
lentik atau air tenang.
Ekosistem air tenang ini
mencakup beberapa ekosistem antara lain danau dan juga rawa. Untuk danau
sendiri, kembali dibagi ke dalam 4 wilayah yakni:
a)
Wilayah Litoral. Titik ini adalah wilayah
danau yang dangkal dimana cahaya menembus kedalaman air secara optimal. Suhu
airnya lumayan hangat sebab berdekatan dengan tepi danau. Pada wilayah ini
diketemukan tumbuhan air dengan akar dimana bagian daunnya mencuat ke permukaan
air.
b)
Wilayah Limnetik. Adalah wilayah danau
yang agak jauh dari tepi danau namun airnya masih bisa ditembus oleh cahaya
matahari. Wilayah danau yang satu ini banyak dihuni oleh fitoplankton juga
ganggang dan cynobakteri.
c)
Wilayah Profundal. Merupakan wilayah danau
dengan tingkat kedalaman yang tinggi dan biasa disebut wilayah afotik. Wilayah
ini banyak dihuni cacing juga beragam jenis mikroba.
d)
Wilayah bentik. Daerah ini berada di titik
paling dasar dari danau dan di tempat ini terdapat beragam bentos juga
sisaorganisme-organisme yang telah mati.
2)
Ekosistem
lotik atau air mengalir
Ekosistem lotik atau air mengalir
yakni ekosistem air tawar yang
airnya mengalir. Salah satu contoh ekosistem ini adalah sungai. Sungai sendiri
diartikan sebagai suatu badan air dimana air tersebut mengalir ke suatu titik
yang lebih rendah. Air pada sungai mengandung sedikit makanan dan sedimen.
Aliran air pada sungai membuat komposisi oksigen di dalam airnya lebih tinggi.
Organisme yang mendiami sungai sedikit terbatas jika dibandingkan dengan danau.
Hal ini disebabkan oleh airnya yang mengalir sehingga menyulitkan organisme
semacam plankton untuk berdiam diri di dalamnya. Sungai sendiri dibagi ke dalam
3 wilayah yakni sungai, anak sungai dan wilayah hilir. Masing-masing area ini
dihuni oleh jenis ikan yang berbeda. Misalnya saja pada anak sungai dijumpai
ikan air tawar, sedangkan pada hilir sering dijumpai ikan lele juga ikan
gurame. Untuk sungai dengan ukuran yang besar bisa juga ditemukan adanya buaya,
ular juga kura-kura.
b.
Ekosistem air laut
Habitat laut (oseanik) ditandai
oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi terutama di daerah laut tropis, karena
suhunya tinggi dan penguapan besar. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang
dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut
merata sehingga air dapat bercampur, akibatnya daerah permukaan laut tetap
subur sehingga banyak plankton dan ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga
memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik.
Menurut kedalamannya, ekosistem
air laut dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu sebagai berikut.
1)
Litoral merupakan daerah yang berbatasan
dengan darat.
2)
Neretik merupakan daerah yang masih dapat
ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar yang dalamnya ± 300 meter.
3)
Basial merupakan daerah yang dalamnya
berkisar antara 200 – 2.500 m.
4)
Abisal merupakan daerah yang lebih dalam,
yaitu antara 1.500 – 10.000 m.
Menurut wilayah permukaan
secara horizontal, berturut turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut
dibedakan sebagai berikut.
1)
Epipelagik merupakan daerah antara
permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
2)
Mesopelagik merupakan daerah dibawah
epipelagik dengan kedalaman 200 – 1.000 m. Hewan yang hidup misalnya ikan hiu.
3)
Basiopelagik merupakan daerah lereng benua
dengan kedalaman 200 – 2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4)
Abisopelagik merupakan daerah dengan
kedalaman mencapai 4.000 m, tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada
hewan yang hidup. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
5)
Hadal pelagik merupakan bagian laut
terdalam (dasar), dengan kedalaman lebih dari 6.000 m. Ikan laut yang hidup di
bagian ini umumnya dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini
adalah bakteri kemosintesis.
Di laut, hewan dan tumbuhan
tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan
osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengancara banyak minum air,
pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui
insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
Ekosistem laut
terdiri dari :
Ekosistem
pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh daur harian pasang surut laut.
Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Daerah bagian paling atas dihuni oleh beberapa
jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan
burung pantai. Daerah pantai bagian tengah dihuni oleh ganggang, porifera,
anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan
ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan,
dan rumput laut.
Komunitas
tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan
menjadi formasi pescaprae dan formasi baringtonia. Pada formasi pescaprae
paling banyak ditemukan tumbuhan Ipomoea pescaprae yang tahan terhadap hempasan
gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya
adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp, Euphorbia atoto, dan
Canaualia martina.
Lebih ke
arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius
(pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan). Pada formasi baringtonia
didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia,
Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini akan dihuni hutan bakau yang memiliki akar
napas.
Akar napas
merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain
berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari hempasan gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara
lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak
terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah Heriticra, Lumnitzera, Acgicras,
dan Cylocarpus.
Estuari (muara sungai)
merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh daur harian pasang surut.
Nutrien dari sungai memperkaya
estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,
kerang, kepiting, dan ikan.Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut
yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi Vertebrata
semiair, misalnya berbagai unggas air.
Daerah
komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat
berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang mensekresikan
kalsium karbonat.
Rangka dari
kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat
hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di terumbu karang
memakan organisme mikroskopis dan sisa bahan organik. Berbagai Invertebrata,
mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti
siput, landak laut, dan ikan menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora.
·
Ekosistem Lamun
Padang
lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah
pesisir. Lamun (seagrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering
pula dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal
(monokotil) dari kelas Angiospermae. Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk
hidup terbenam di dalam laut. Terdiri atas rhizome, daun dan akar. Rhizome
merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku.
Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas berdaun dan
berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan
diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan
arus. Sistem pembiakan lamun melalui penyerbukan di dalam air (hydrophilous pollination).
Lamun
adalah satu – satunya kelompok tumbuh – tumbuhan berbunga yang terdapat
dilingkungan laut. Tumbuh – tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang
dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang
tegak dan tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbedadengan tumbuh-tumbuhan lainnya
(alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah danmenghasilkan biji. Mereka
juga mempunyai akar dan system internal untuk mengangkutgas dan zat – zat hara.
2.
Ekositem daratan
· Ekosistem Hujan Tropis
Ekosistem
ini terdapat di wilayah khatulistiwa dengan temperatur yang tinggi sekitar
25-29°C. Curah hujan bioma hutan hujan tropis (tropical rain forest) cukup
tinggi, yatu sekitar 200-225 cm per tahun. Sedangkan di hutan kering
tropis (tropical dry forest) curah hujan sangat tergantung musim, sekitar
150-200 cm per tahun, dengan musim kering selama enam sampai tujuh bulan. Hutan
hujan tropis memiliki beragam spesies. Tumbuhan yang khas dari ekosistem ini
adalah lilia dan epifit.
· Ekosistem
Sabana
Bioma
sabana hangat sepanjang tahun, berkisar 24-29°C, namun dengan variasi yang
lebih musiman daripada di hutan tropis. Rumput dan pohon yang
terpencar-pencar merupakan tumbuhan yang dominan. Pepohonan
yang ditemukan seringkali
berduri dan berdaun kecil, yang merupakan bentuk adaptasi dari kondisi yang
relatif kering. Ekosistem sabana ini terdapat di Amerika Selatan, Afrika
Timur dan sebagian wilayah Indonesia.
· Ekosistem
Padang Rumput
Ekosistem padang rumput mempunyai curah
hujan 30 - 100 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Musim dingin
relatif kering dan musim hujan relatif basah. Suhu musim dingin bisa
turun sampai -10°C, sedangkan pada musim panas seringkali mendekati 30°C dan
menyengat. Vegetasi yang dominan di ekosistem ini adalah rumput.
· Ekosistem
Gurun
Bioma gurun terletak dibelahan bumi sekitar
20°-30° Lintang Utara dan Lintang Selatan atau di daerah tropika yang
berbatasan dengan bioma padang rumput. Bioma gurun memiliki curah hujan
rendah dan sangat bervariasi, umumnya kurang dari 30 cm per tahun. Suhu
bervariasi musiman maupun harian. Perbedaan suhu siang dan malam hari sangat
besar. Pancaran matahari sangat terik, penguapan tinggi, dan suhu siang
hari dapat mencapai 40°C pada musim panas, bahkan beberapa gurun bisa mencapai
60°C pada siang hari. Gurun di sebelah barat Rocky Mountain dan
Asia Tengah, relatif dingin. Di gurun dingin, suhu udara bisa turun
sampai -30°C.
Bentang
alam gurun didominasi oleh vegetasi rendah yang terserak luas, proporsi lahan
guldulnya lebih tinggi dibandingkan dengan bioma darat lain. Vegetasi di daerah
gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai belukar akasia
yang berduri. Hewan yang menghuni daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan
pengerat, ulat dan kadal. Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika,
Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.
· Ekosistem
Taiga
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara
subtropika dengan daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia,
Alaska, Kanada. Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi.
Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer
adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga
rendah, vegetasinya nyaris seragam. Fauna yang terdapat di daerah ini adalah
beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis
bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil
lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
· Ekosistem
Tundra
Bioma ini terdapat di belahan bumi utara di
dalam lingkaran kutub utara yang disebut Tundra arktik dan di puncak gunung
disebut Tundra alpin. Bioma tundra arktik memiliki curah hujan sekitar 20 -
60 cm per tahun, namun untuk tundra alpin bisa melebihi 100 cm per tahun.
Iklimnya iklim kutub dengan musim dingin yang panjang dan gelap serta
musim panas dan terang yang pendek. Suhu rata-rata di musim dingi di
bawah -30°C, sedangkan di musim panas hanya mencapai 10°C.
Vegetasinya Spaghnum, lumut kerak, dan
perdu. Permafrost (tanah bagian bawah yang membeku secara permanen),
suhu yang sangat dingin, dan angin yang sangat kencang merupakan penyebab utama
tidak adanya pohon dan tumbuhan tinggi lainnya di tundra arktik di alaska
Tengah. Meskipun tundra arktik menerima sangat sedikit curah hujan
tahunan, air tidak dapat menembus fermafrost di bawahnya dan akan
menumpuk di dalam kolam di atas bunga tanah yang dangkal selama musim panas
yang pendek. Tundra menutupi luas yang sangat besar di arktik,
mencapai 20% permukaan tanah bumi. Hewan yang hidup di bioma tundra
adalah muskox, rusa kutub, kelinci, serigala, rusa dan domba. Banyak
spesies burung bermigrasi ke tundra untuk bersarang di musim dingin.
· Ekosistem
Hutan gugur
Pada umumnya terdapat di sekitar wilayah
subtropik yang mengalami pergantian musim panas dan dingin. Hutan gugur juga
terdapat diberbagai pegunungan di daerah tropis. Suhu dimusim dingin berkisar
kira-kira 0°C. Musim panas dengan suhu maksimum sekitar 35°C, menyengat
dan lembab. Bioma hutan gugur mempunyai curah hujan sedang, yaitu
70 sampai lebih dari 200 cm per tahun. Mengalami 4 musim,
yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi.
Vegetasi yang tumbuh pada hutan gugur adalah
adalah pohon Maple, Oak, Beech, dan Elm. Hutan gugur memiliki lepisan
vertikal yang jelas, yang memiliki satu atau dua strata pohon, di bawahnya
terdapat semak, dan di bagian dasar terdapat tumbuhan herba. Pohon-pohon
hutan gugur menggugurkan daunnya sebelum musim dingin, dimana terjadinya
fotosintesis tidak efektif karena suhunya terlalu rendah. Hewan
yang menghuni pada umumnya adalah Rusa, Beruang, Raccon, Rubah, Bajing, dan
Burung Pelatuk. Banyak hewan mamalia hutan gugur juga memasuki keadaan
dorman musim dingin yang disebut hibernasi, dan beberapa spesies burung
melakukan migrasi ke wilayah dengan iklim yang lebih hangat. Bioma hutan
gugur terdapat di Kanada, Amerika, Eropa dan Asia.
·
Ekosistem Karst
Ekosistem Karst berkembang pada batuan yang mudah larut terutama batu
gamping sebagai proses kartifikasi. Pada ekosistem ini tanahnya kurang subur
dengan tingginya kandungan kalsium karbonat dalam tanah, selain itu tanahnya
agak keras dengan air tanah yang cukup dalam, sensitif terhadap erosi, mudah longsor
dan rentan dengan pori-pori aerasi rendah. Rendahnya kesuburan pada ekosistem
ini sangat mempengaruhi jenis vegetasi yang dapat hidup pada ekosistem ini
karena harus tahan terhadap kandungan kalsium yang tinggi dan tahan kekeringan.
Dibadingkan dengan ekosistem vulkan, keragaman sesies ekosistem karst lebih
rendah yaitu hanya 149 jenis, terbagi dalam 40 ordo, 58 famili dan 122 genus.
B.
Sistem
Sosial dan Interaksi Sosial
1. Sistem Sosial
Sistem sosial terdiri dari dua kata yaitu ‘sistem’
dan ‘sosial’. Sistem adalah suatu kesatuan dari beberapa unsur yang membentuk
sebuah jaringan sedangkan sosial berarti masyarakat. Suatu kelompok dikatakan sebagai
suatu sistem sosial jika memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat suatu
kelompok dapat dikatakan sebagai suatu sistem sosial jika:
-
Terdapat interaksi antar anggota
-
Mempunyai pola perilaku; sistematis dan
teratur.
-
Bisa diidentifikasi bagian-bagiannya.
-
Bisa dilihat sebagai suatu sistem
sosial.
Sistem sosial
memiliki unsur-unsur pokok yang dapat menjadi ciri dari sistem sosial ini.
Unsur-unsur pokok dalam sistem sosial adalah:
a. Tujuan
(goal)
Setiap
sistem sosial memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.
b. Keyakinan
(beliefs)
Keyakinan
merupakan sesuatu yang dianggap benar oleh anggota dalam sistem sosial tertentu.
Keyakinan terbentuk melalui pengetahuan setiap individu.
c. Sentimen/perasaan
Sentimen
merupakan perasaan-perasaan yang ada dalam setiap kelompok sistem sosial.
d. Norma
Norma
merupakan peraturan-peraturan tidak tertulis yang dapat diterima oleh anggota kelompok
tersebut. Norma antara satu kelompok bisa berbeda bahkan bertentangan dengan
kelompok lain tergantung pada keyakinan masing-masing kelompok.
e. Sanksi
Setiap
norma yang ada selalu terdapat sanksi di setiap pelanggaran yang dilakukan.
Dengan kata lain, sanksi merupakan hukuman dari pelanggaran norma yang
dilakukan.
f. Peranan
kedudukan
Setiap
kedudukan memiliki peran dan kwajiban yang berbeda-beda. Peranan kedudukan
tersebut harus dilakukan oleh orang yang bersangkutan serta telah menjadi norma
tidak tertulis dalam suatu sistem sosial.
g. Kewenangan/kekuasaan
Kewenangan
atau kekuasaan harus dimiliki setiap kelompok sosial. Kewenangan tertinggi
diberikan kepada setiap pemimpin yang ada dalam kelompok tersebut untuk
memimpin, mengambil keputusan ataupun memerintahkan.
h. Jenjang
sosial
Setiap
anggota dalam kelompok sistem sosial memiliki status sosial yang berbeda-beda.
Perbedaan status tersebut timbul karena adanya kedudukan ataupun karena gengsi.
i.
Fasilitas
Dalam
sistem sosial fasilitas yang ada merupakan alat atau sarana untuk mencapai
tujuan.
j.
Tekanan dan tegangan
Tegangan
dan tekanan yang terjadi dalam kelompok sistem sosial terjadi karena keinginan
untuk meraih tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan cepat dan baik.
Masing-masing unsur
merupakan peubah, yang mempunyai pengaruh pada interaksi anggota dalam kelompok
dan akan berpengaruh pada perilaku individu serta perilaku kelompok. Beberapa
perilaku individu ataupun kelompok sangat berkaitan erat dengan keseimbangan
ekologi. Hal ini dikarenakan aktifitas yang mereka lakukan terkadang merubah
habitat suatu ekosistem sehingga memicu terjadinya berbagai masalah. Untuk
menjamin kelangsungan sebuah ekologi, suatu kelompok sistem sosial perlu
menerapkan tujuan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Unsur-unsur
pokok lainnya juga harus mendukung tujuan tersebut agar selama interaksi antara
sistem sosial dengan ekosistem berlangsung tidak mengakibatkan eksploitasi yang
berlebihan.
2.
Interaksi Sosial
Interaksi merupakan tindakan atau
aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek
satu sama lain. Interaksi di sini lebih kepada hubungan timbal balik dan merupakan
lawan dari hubungan satu arah pada hubungan sebab akibat. Menurut Bonner,
interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu,
dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain
atau sebaliknya. Menurut Homans (dalam Ali, 2004:87) , interaksi sebagai suatu
kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu
lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh
individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini
mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
interaksi merupakan suatu stimulus bagi individu lain yang menjadi pasangannya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa interaksi merupakan
hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang
terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
Sedangkan interaksi sosial merupakan hubungan timbal
balik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Suatu fondasi dari hubungan
timbal balik atau interaksi adalah nilai dan norma sosial yang berlaku di
masyarakat. Nilai dan norma tersebut memberikan arahan dalam melakukan hubungan
antar manusia agar berada pada jalur yang tepat. Menurut Prof. Dr. Soerjono
Soekanto dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua
kehidupan sosial. Jika tidak ada komunikasi dan interaksi antara manusia dengan
lingkungan fisiknya atau hanya lingkungan fisiknya saja yang berhadapan, maka
tidak dapat membentuk suatu bentuk kelompok sosial yang saling berinteraksi.
Dalam interaksi pasti terjadi kontak dan komunikasi yang merupakan syarat
terjadinya interaksi.
Berdasarkan pengertian tersebut,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi merupakan hubungan timbal balik
antara individu dengan lingkungannya. Interaksi terjadi jika ada kontak dan
komunikasi, keduanya merupakan syarat terjadinya interaksi. Manusia hidup di
dunia ini pasti berinteraksi, entah itu dengan manusia lain atau terhadap
lingkungan. Interaksi manusia dengan lingkungan, bukan berarti manusia
berbicara dengan pohon, atau sungai, atau gunung sekalipun. Namun, yang
dimaksud inteaksi di sini adalah interaksi manusia dalam perilakunya terhadap
alam atau keadaan sekitar. Bagaimana manusia memperlakukan alam tempat mereka
hidup dan bagaimana manusia memanfaatkan apa yang sudah disediakan alam untuk
mereka. Interaksi yang baik antara manusia dengan alam juga merupakan salah
satu bentuk sikap menghargai dan menhormati alam.
Interaksi yang terjadi antara
manusia bisa dilihat dan dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
1.
Interaksi antara individu dan individu
Interaksi
anttara individu dengan individu ini bisa bersifat positif dan negatif.
Interaksi antara individu dikatakan positif jika keduanya saling diuntungkan,
sedangkan dikatakan negatif jika hubungan timbal balik merugikan salah satu
pihak atau keduanya. Interaksi antara individu satu dengan individu yang lain
dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya dipengaruhi oleh intensitas
komunikasi antar individu.
2.
Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi yang
berlangsung antara individu dan kelompok ini dapat berlangsung secara positif dan
negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam
tergantung situasi dan kondisinya. Interaksi antara individu dengan kelompok
dapat meliputi interaksi saat terjadi seminar antara pembicara (individu)
dengan audiens (peserta seminar). Contoh interaksi tersebut merupakan interaksi
anatar individu dengan kelompok yang bersifat positif. Lain halnya dengan
interaksi yang bersifat negatif, misalnya adalah pertengkaran/perkelahian
dimana salah satu orang dikeroyok oleh beberapa orang. Kesemuanya itu
bergantung kondisi/keadaannya.
3.
Interaksi antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial
antara kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan dan bukan kehendak
dari masing-masing individu. Umumnya interaksi antar kelompok ini tercipta
karena adanya kesamaan keinginan yang akan dicapai. Sebagai contoh adalah
perkelahian antar supporter fanatik sepak bola, umumnya mereka berkelompok dan
akan melakukan apa saja untuk mendukung klub sepak bola kesayangan mereka.
Interaksi antar kelompok ini umumnya didominasi oleh perasaan in group atau out group yakni perasaan memiliki ke dalam suatu kelompok tertentu.
Sifat yang dimiliki pun sama dengan kedua interaksi di atas, yakni positif dan
negatif. Pada dasarnya memang semua interaksi itu ada yang positif dan negatif,
semuanya itu bergantung dalam konteks apa kita menggunakannya.
Dalam kehidupan
manusia senantiasa terjadi interaksi timbal balik sistem sosial yang
dipengaruhi oleh latar belakang dan sistem biofisik/ekosistem. Hubungan timbal
balik yang erat antara dua subsistem itu dapat berjalan dengan baik dan teratur
karena adanya arus energi, materi, dan informasi. Pada
prinsipnya, interaksi merupakan bahasan pokok pada pembelajaran sosiologi dan
antropologi, namun tidak menutup kemungkinan akan ada pembahasan terkait contoh
interaksi dalam bahasan ekologi dan ilmu lingkungan. Seperti diketahu bahwa
interaksi merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, atau
kelompok dan lingkungannya. Jika dalam ilmu sosiologi hanya menekankan pada
pembahasan terkait interaksi antar individu dan kelompok dalam konteks
kemsyarakatan, maka ilmu ekologi menjabarkannya dalam hal hubungan dengan
lingkungan.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa kemajuan zaman yang begitu pesat, membawa dampak yang
cukup mengkhawatirkan terkait interaksi manusia dengan lingkungan. Terjadinya
krisis global/global warming
merupakan suatu bentuk nyata interaksi manusia dengan alam yang kurang baik.
Lingkungan/alam tempat kita hidup ini tentu saja memiliki batasan-batasan dalam
penyediaan berbagai bahan kebutuhan. Manusia tidak bisa memanfaatkan dengan
semena-mena atau dengan kata lain menggunakan secara besar-besaran.
Manusia
dan lingkungan harus bersinergi, misalnya jika manusia ingin mengambil kayu di
hutan juga harus memikirkan dampak kedepannya. Manusia boleh memanfaatkan
kayu-kayu yang ada di hutan, tapi juga harus memotong kayu yang sudah tua dan
menanam lagi dengan tumbuhan baru yang masih muda. Jika tindakan semacam ini
dilestarikan, maka keseimbangan ekosistem juga akan terjaga dan kebutuhan
manusia juga akan tercukupi. Contoh tersebut merupakan contoh nyata interaksi
yang dipelajari di ekologi, yakni bagaimana suatu sistem sosial berinteraksi
dengan lingkungannya.
C.
Interaksi
Ekosistem dengan Sistem Sosial
Interaksi merupakan dua atau lebih komponen dalam
ekosistem yang saling berhubungan. Semua makhluk hidup di dunia saling
berinteraksi, bahkan terkadang terdapat makhluk hidup juga berinteraksi dengan
benda abiotik. Macam-macam interaksi yang ada adalah:
a. Netral
Interaksi
netral artinya dua makhluk hidup saling berinteraksi namun tidak saling memberi
dampak apapun. Contohnya: kupu-kupu dengan lebah. Kedua makhluk tersebut saling
berinteraksi dengan sama-sama memperebutkan madu/nektar dalam bunga tetapi
kompetisi yang mereka lakukan sama sekali tidak mempengaruhi kehidupan satu
sama lain.
b. Mutualisme
Mutualisme
adalah interaksi yang dilakukan dua atau lebih makhluk hidup yang saling
memberi keuntungan satu sama lain. Contoh makhluk hidup yang saling memberikan
keuntungan satu sama lain saat berinteraksi adalah kupu-kupu dengan bunga.
Kupu-kupu mendapat nektar, sedangkan bungan dapat terbantu dalam proses
penyerbukan.
c. Komensalisme
Komensalisme
merupakan interaksi yang terjadi di mana salah satu pihak mendapat keuntungan
dari makhluk lain yang berinteraksi dengannya tanpa membuat makhluk lain tadi
mendapat kerugian. Contohnya interaksi antara bungan anggrek dengan inangnya.
d. Parasitisme
Parasitisme
merupakan interaksi antara makhluk hidup di mana salah satu mendapat keuntungan
namun yang lain justru merugi. Contohnya adalah interaksi antara tali putri
dengan inangnya.
Dalam kesehariannya setiap kelompok sistem sosial
selalu berinteraksi dengan ekosistem yang ada di sekitarnya. Interkasi tersebut
akhirnya menimbulkan sebuah aliran energi. Aliran energi merupakan
rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain
dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, konsumen primer, konsumen tingkat
tinggi, sampai ke saproba di dalam tanah. Energi
di alam mengikuti hukum yang terkenal dengan Hukum Termodinamika, yaitu :
a.
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, energi hanya dapat mengalami transformasi atau hanya dapat diubah.
Hukum ini disebut juga hukum kekekalan energi.
b.
Setiap perubahan bentuk energi pasti terjadi
degradasi energi dari bentuk energi terpusat menjadi bentuk yang terpencar.
Proses transformasi energi tidak ada yang terjadi secara spontan dari suatu
bentuk energi. Dapat diuraikan sebagai berikut :
1)
Proses transformasi energi tidak pernah spontan
kecuali perombakan dari keadaan pekat menjadi encer.
2)
Proses transformasi energi tidak ada yang
terjadi dengan 100% efisien.
Hukum Termodinamika erat hubungannya dengan hukum entropi, yakni
bahwa semua perubahan yang menghasilkan energi adalah perombakan menjadi bentuk
yang lebih sederhana. Hal ini selalu berlangsung dengan efisiensi yang tidak
pernah mencapai seratus persen. Oleh karena itu selalu akan terjadi suatu
kelebihan dalam transformasi ini dalam bentuk limbah.
Dalam proses rantai makanan, perpindahan energi yang terjadi
berasal dari makanan dari sumberdaya tumbuhan melalui seri organisme atau
jenjang pendidikan. Namun dalam tahap perpindahan energi ini hanya 10-20% yang
dapat disimpan dalam tubuh organisme sedangkan yang lainnya berubah menjadi
energi gerak dan panas.
Aliran energi dan zat-zat kimia merupakan suatu proses integrasi
fungsional, yang keduanya merupakan suatu pasangan karena energi disimpan dalam
ikatan kimia. Aliran ini terjadi di antara tingkat trofik serta di antara
komponen-komponen biotik dan abiotik menggabungkan ekosistem ke dalam suatu
unit fungsional. Ketika energi dilepaskan melalui proses pernafasan, maka
senyawa-senyawa yang terlibat mengalami degradasi, dan unsur-unsur kimiawinya
dilepaskan ke habitat, yang dapat digunakan kembali. Aliran kimiawi ini disebut
juga siklus.
Menurut Hutchinson ( 1944, 1950 ) siklus biogeokimia merupakan
suatu pertukaran atau perubahan yang terus-menerus dari bahan-bahan antara
komponen biotik dan abiotik.
a. Siklus
Nitrogen
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk
organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4+, NO3-, NO2-, NO2, NO
dan unsur N. Juga terdapat bentuk lain yaitu hidroksi amin (NH2OH), tetapi
bentuk ini merupakan bentuk antara, yaitu bentuk peralihan dari NH4+, menjadi
NO2- dan bentuk ini tidak stabil (Hakim, dkk,1991).
Penyediaan ion dalam tanah dapat dipandang dari
sudut mineral dengan masukan dan kehilangan dari ekosistem dan laju transfer
diantara komponen sistem.
Pendekatan ini berharga bagi nitrogen, dimana
masukan karena curah hujan dan fiksasi serta kehilangan akibat pencucian dan
denitrifikasi merupakan sebagian besar dari jumlah seluruhnya yang ada dengan
siklus sistem tersebut. Untuk ion yang di absorbsi, masukan ini tidak berarti
dibandingkan dengan dengan jumlah seluruhnya yang ada, termasuk kehilangana
karena pencucian dalam tanah-tanah subur.
Siklus nitrogen adalah kompleks dan kompertemen
organik merupakan bagian yang dominan, beberapa macam bakteri terlihat dalam
pengubahan NH4+ menjadi NO3+ (Nitrobacter, Nitrosomonas, Nitrosococcus adalah
yang paling penting), tetapi kedua bentuk itu dapat diambil oleh banyak tanaman
dengan fasilitas yang sama. Secara singkatnya siklus nitrogen dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1)
Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk
amonia.
2)
Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan
yang mati oleh bakteri.
3)
Amonia ini selanjutnya akan mengalami
nitrifikasi oleh suatu bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga
menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan.
4)
Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat
diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang
dilepaskan ke udara.
Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
b. Siklus
Sulfur
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfur anorganik,
sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam
bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali
mematikan mahluk diperairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan
organik yang mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4).
Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk
hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis
bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan
Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfide dalam bentuk
hydrogen sulfide (H2S) kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob
seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi
sulfat oleh bakteri kemolitotrop seperti Thiobacillus.
Belerang atau sulfur merupakan unsur penyusun
protein. Tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat
(SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah
ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi
sulfat lagi. Secara alami, belerang terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral
tanah. Ada juga yang gunung berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan
batubara.
Daur tipe sedimen cenderung untuk lebih kurang
sempurna dan lebih mudah diganggu oleh gangguan setempat sebab sebagian besar
bahan terdapat dalam tempat dan relatif tidak aktif dan tidak bergerak di dalam
kulit bumi. Akibatnya, beberapa bagian dari bahan yang dapat dipertukarkan
cenderung " hilang" untuk waktu yang lama apabila gerakan menurunnya
jauh lebih cepat dari pada gerakan "naik" kembali. Dalam daur
belerang mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam setiap trasformasi adalah
sebagai berikut :
· H2S → S
→ SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
· SO4 →
H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
· H2S →
SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
· S
organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik.
Setiap
daur melibatkan unsur organisme untuk membantu menguraikan senyawa-senyawa
menjadi unsur-unsur.
c. Siklus
Fosfor
Daur fosfor yaitu daur atau siklus yang
melibatkan fosfor, dalam hal input atau sumber fosfor-proses yang terjadi
terhadap fosfor- hingga kembali menghasilkan fosfor lagi. Daur fosfor dinilai
paling sederhana daripada daur lainnya, karena tidak melalui atmosfer. fosfor
di alam didapatkan dari: batuan, bahan organik, tanah, tanaman, PO4- dalam
tanah. kemudian inputnya adalah hasil pelapukan batuan. dan outputnya: fiksasi
mineral dan pelindikan. Fosfor berupa fosfat yang diserap tanaman untuk
sintesis senyawa organik. Humus dan partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur
fosfat dikatakan daur lokal.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk,
yaitu:
· Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik.
· Fosfat
anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap
di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan
fosil.
1) Fosfat
dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air
tanah dan laut.
2) Fosfat
anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi.
3) Siklus
ini berulang terus menerus.
Fosfor yang ada di alam terdapat di dalam
bentuk yang terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat ataupun juga
protein. Bakeri-bakteri yang banyak berperan dalam siklus fosfor ini antara
lain adalah : Pesudomonas, Aerobacter aerogenes, Xanthomonas, Basillus dll.
Mikroorganisme seperti Bacillus, Pseudomonas, Xanthomonas, Aerobacter
aerogenes dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi tanaman. Daur
fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian
permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke dasar
laut dan akan dikembalikan ke daratan.
d. Siklus
Karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana
karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi
(objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama
meskipun hingga kini belum diketahui). Karbon sendiri dapat ditemukan di
atmosfer, biosfer dan laut.
Bagian terbesar dari karbon yang berada
di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida (CO2).
Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas
yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang
mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong
kehidupan.
Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer
adalah metan dan kloroflourokarbon atau CFC (CFC ini
merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang
konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan
berperan dalam pemanasan global.
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam
biosfer. Karbon adalah bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki
peran yang penting dalam struktur,biokimia,
dan nutrisi pada
semua sel makhluk
hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:
1) Autotroph adalah organisme yang
menghasilkan senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang
berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan
senyawa organik tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir
sebagian besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan
energi tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis.
Sebagian kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang terpenting
dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan fitoplankton di
laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2+ 6H2O → C6H12O6 + 6O2
2) Karbon
dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain
atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material
organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri
untuk fermentasi atau penguraian.
3) Sebagian
besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika
tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan
karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 +
6O2 → 6CO2+ 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang
melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer
atau hidrosfer.
4) Pembakaran
biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku penghangat
atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah
yang banyak.
5) Karbon
juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan
geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu
gamping melalui proses sedimentasi.
6) Sisanya,
yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan
terbaru bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai
"sinkers") dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak
karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen. Karena
ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap sedimen,
sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan dengan
mengabaikannya.
7) Penyimpanan
karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah proses dalam skala waktu yang
berbeda: sementara produktivitas primer
netto mengikuti siklus harian dan musiman, karbon dapat disimpan
hingga beberapa ratus tahun dalam pohon dan hingga ribuan tahun dalam tanah.
Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya melalui de- atau
afforestation) atau melalui perubahan temperatur yang berhubungan dengan
respirasi tanah) akan secara langsung mempengaruhi pemanasan global.
e. Siklus
Hidrologi
Siklus air atau siklus hidrologi
adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer
melalui kondensasi, presipitasi evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan pada air laut yang
diakibatkan oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,
hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus
bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
1)
Evaporasi / transpirasi -air yang ada di laut,
di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi
bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk
hujan, salju, es.
2)
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air
bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
menuju muka air tanah.
3)
Air Permukaan-air bergerak diatas permukaan
tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit
pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Air permukaan, baik yang
mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus
hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
D.
Dampak
Interaksi Ekosistem dengan Sistem Sosial
Ekosistem
dan sistem sosial yang saling berinteraksi menimbulkan terjadinya aliran
energi, materi dan juga informasi. Makin tinggi
interaksi antara ekosistem dengan sistem sosial, makin tinggi pula efisiensi
dalam eksploitasi ekosistem.
Contoh sistem sosial yang
mempengaruhi sistem ekologi adalah teknologi. Kebutuhan manusia yang selalu
meningkat seiring dengan kemajuan teknologi yang membutuhkan kemajuan manusia
dalam berfikir. Dengan semakin majunya teknologi terkadang manusia melupakan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut terhadap lingkungan.
Kerusakan yang ditimbulkan seringkali merusak kelangsungan dari ekosistem dan
makhluk didalamnya yang dikarenakan seperti pencemaran lingkungan serta
pemanfaatan dan pengerukan Sumber Daya Alam yang berlebihan sehingga merusak
keseimbangan ekosistem. Walaupun sebenarnya kemajuan teknologi sangat
diperlukan manusia di era kemajuan sekarang, namun hendaknya tetap
memperhatikan kelangsungan ekosistem dari lingkungan sekitar. Karena ketika
terjadi kerusakan pada sebuah ekosistem, maka dapat menyebabkan suatu organisme
yang ada dilingkungan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya, akan dapat meusak kelangsungan rantai makanan dan dapat berakibat
dalam jangka panjang terhadap kepunahan suatu kelangsungan ekosistem.
Sebagai contoh pembangunan kawasan industri yang semakin banyak akan
dapat mengakibatkan pencemaran pada udara, air, dan tanah.
Selain teknologi masih ada lagi
contoh kerusakan ekosistem akibat sistem sosial, seperti kelembagaan dalam
pemerintah juga sangat mempengaruhi terjadinya kerusakan lingkungan. Perizinan
yang sangat mudah diberikan oleh lembaga pemerintah kepada perusahaan-perusahaan
akan berdampak pada kerusakan lingkungan, sebagai contoh perizinan terhadap
perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan hasil hutan, izin penebangan hutan
diberikan kepada perusahaan tanpa melakukan kontrol yang ketat (misalnya, mana
yang boleh ditebang dan mana yang tidak boleh, serta batas wilayah yang
diizinkan). Selain itu perusahaan tidak melakukan penanaman kembali terhadap
kawasan yang sudah ditebang. Dapat diperkirakan akibat yang timbul dari izin
tersebut menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor, atau berkurangnya
populasi binatang yang dilindungi. Kejadian ini terjadi di beberapa daerah dan
banyak menelan korban jiwa, rumah dan peralatan hancur serta tanaman dan hewan
yang mati.
Kedua sistem diatas sangat
mempengaruhi satu sama lainnya. Selain itu perubahan yang terjadi dalam suatu
sistem juga akan berdampak terhadap sistem itu sendiri. Seperti kita lihat
diatas bahwa kerusakan yang ditimbulkan akibat penebangan hutan bukan saja
berdampak terhadap lingkungan alam tetapi juga berdampak pada sosial masyarakat
itu sendiri.
Selain 2 contoh diatas, masih ada
lagi contoh interaksi sistem sosial dan Ekosistem Petani
Lahan Rawa Pasang Surut. Lahan rawa pasang surut merupakan
wilayah yang tergenang dan berhubungan dengan adanya pengaruh pasang surut
tinggi muka air laut. Lahan rawa pasang surut umumnya berada pada daerah
dataran, dimana air pasang surut masih cukup mempunyai pengaruh terhadap tinggi
rendahnya permukaan air di daerah tersebut. Widjaja Adhi mengelompokkan lahan
pasang surut menjadi empat tipologi utama menurut macam dan tingkat masalah
fisiko-kimia tanahnya, yaitu : (1) lahan potensial, (2) lahan sulfat masam
(bisa berupa sulfat masam potensial dan sulfat masam aktual, (3) lahan gambut
(bisa berupa lahan bergambut, gambut dangkal, gambut sedang, gambut dalam dan
gambut sangat dalam), dan (4) lahan salin. Selain pembagian menurut tipologi di
atas, lahan rawa pasang surut juga dibedakan menurut tipe luapan airnya.
Berdasarkan tipe
luapan atau jangkauan air pasang, lahan rawa pasang surut dibedakan menjadi
empat tipe, yakni :
a. Tipe
A , yakni lahan yang selalu terluapi air pasang, baik pasang besar (spring
tide) maupun pasang kecil (neap tide).
b. Tipe
B, yakni lahan yang hanya terluapi oleh pasang besar.
c. Tipe
C, yakni lahan yang tidak pernah terluapi walaupun pasang besar. Air pasang
mempengaruhi secara tidak langsung, air tanah berada dekat permukaan tanah
kurang dari 50 cm.
d. Tipe
D, yakni lahan yang tidak terluapi air pasang dan air tanah lebih dalam dari 50
cm dari permukaan tanah.
Hampir semua
lahan rawa pasang surut yang terdapat di Kalimantan, Sumatera, dan Irian Jaya
mempunyai faktor pembatas berupa kendala tata air yang sukar dikendalikan dan
tingkat kesuburan lahan yang rendah. Sifat kimia tanah berupa kemasaman tanah
yang tinggi, adanya ion atau senyawa yang meracuni dan bahan organik atau
gambut yang mentah merupakan faktor yang menghambat bagi pertumbuhan tanaman.
Kendala dan faktor pembatas ini berupa tata air yang sukar dikendalikan dan
tingkat kesuburan lahan yang rendah akibat adanya tanah sulfat masam dan
gambut. Karena itulah, memanfaatkan lahan rawa pasang surut untuk kegiatan
pertanian membutuhkan ketekunan dan usaha yang sungguh-sungguh.
Pemanfaatan
lahan rawa pasang surut untuk kegiatan pertanian merupakan salah satu bentuk
adaptasi masyarakat petani terhadap kondisi biofisik lahan rawa pasang surut
yang spesifik. Proses ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan telah
melembaga dalam kehidupan sosial masyarakat petani di lahan rawa pasang surut.
Melalui pengalaman dan berbagai uji coba dalam menangani kendala dan
keterbatasan lahan rawa pasang surut, para petani mampu memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya dan hidup selaras dengan alam. Petani setempat juga
mengembangkan kelembagaan sosial spesifik sebagai bentuk adaptasi sistem sosial
dengan ekosistem terutama dalam upaya mengatasi kendala pengaturan tata air.
Kondisi seperti ini merupakan bentuk koadaptasi (fitting together) antara sistem sosial dengan ekosistem. Pada
tahapan lebih lanjut penyesuaian-penyesuaian kedua subsistem ini akan
menciptakan mekanisme koevolusi, yakni suatu bentuk perubahan bersama (changing together).
Koadaptasi
antara sisitem sosial dengan ekosisitem lahan rawa pasang surut juga terlihat
dalam model pengelolaan lahan yang berbeda pada masing-masing tipe luapan
lahan. Pengembangan pola usahatani yang mengarah pada sistem tanaman campuran
antara padi dengan tanaman tahunan dengan sistem surjan (tembokan) merupakan
suatu bentuk pengetahuan mereka dalam upaya mengurangi resiko kegagalan dalam
usahatani. Sistem tanaman campuran antara padi dengan tanaman kelapa merupakan
model dominan di lahan rawa pasang surut tipe A, sedang di tipe B dan C tanaman
tahunannya seperti jeruk, rambutan dan mangga.
Faktor lainnya
menyangkut penanganan gambut, yang memiliki, kandungan bahan organik tinggi dan
selalu dijenuhi air. Gambut memiliki sifat khas yakni ’kering tak balik’ dan
penyimpan air yang besar. Artinya apabila terjadinya drainase berlebihan akan
menyebabkan hilangnya kemampuan daya dukung gambut bagi pertanian dan sebagai
penyuplai air yang besar bagi pertanian sekitarnya. Berdasarkan hal ini, petani
setempat sangat berhat-hati dalam menangani lahan yang mengandung gambut dan
tidak melakukan pembakaran habis lapisan gambut tersebut. Pengelolaan lahan
sawah dilakukan dengan menanam padi lokal yang toleran dan telah beradaptasi
dengan kondisi ekosistem setempat. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana
adaptasi sistem sosial yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kelangsungan
hidupnya dalam mengatasi berbagai kendala dan faktor pembatas di lahan rawa pasang
surut.
Contoh lain, sistem ekologi yang
mempengaruhi sistem sosial adalah perubahan iklim. Kenaikan suhu merupakan
bentuk dari perubahan iklim yang dapat mengganggu sistem sosial. Kenaikan suhu
permukaa bumi sebesar satu derajat akan menaikka permukaan air laut setinggi 15
centimeter, yang akan menenggelamkan jutaan rumah dan pesisir. Penguapan akan
meningkat sehingga menimbulkan kekeringan. Kekeringan menyebabkan gagal panen
yang mengakibatkan kelaparan dimana – mana. Selain dampak tersebut masih ada
dampak- dampak lainnya seperti perubahan kehidupan sosial-budaya dalam suatu
masyarakat antara lain :
1.
Bagi petani tidak ekonomisnya pertanian akan
menyebabkan alih fungsi lahan dan bergantinya cara produksi.
2.
Bagi nelayan tidak melaut berarti tidak makan, seiring
meningkatnya intensitas badai.
3.
Budaya yang lahir akibat interaksi manusia dengan alam
akan tercabut, seperti contoh masyaarakat tuvalu yang tercabut dari
peradabannya akibat daerah merekaa tenggelam.
4.
Daerah-daerah tertentu akan enjadi padat dan sesak
karena terjadi arus pengungsian.
BAB III
STUDI KASUS
Interaksi Masyarakat
Sekitar Hutan terhadap Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati di Kawasan Ekosistem
Hutan Alami Bedugul-Pancasari, Bali
Interaksi Masyarakat Sekitar Hutan terhadap
Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati di Kawasan Ekosistem Hutan Alami Bedugul-Pancasari,
Bali. Kawasan
hutan Bedugul-Pancasari terletak di kabupaten
Tabanan, propinsi Bali. Wilayah hutan ini terdiri dari beberapa kawasan hutan, cagar alam, dan taman wisata alam. Tipe hutan di sebagaian
besar hutan ini adalah hutan
hujan tropis pegunungan (dataran tinggi) yang dicirikan dengan curah hujan yang tinggi, kondisi kawasan yang selalu basah dengan keragaman
jenis tumbuhan yang relatif tinggi. Jenis tumbuhan yang banyak dijumpai adalah Ficus indica L, Engelhardia
spicata Bl, dan Litsea velutina.
Kondisi
hutan di wilayah Bedugul-Pancasari, menjadi sangat penting untuk dijaga kelestariannya karena memiliki dampak secara nasional maupun
regional yang menjadi buffer
bagi kegiatan pariwisata. Pemanfaatan hutan oleh masyarakat sekitarnya menjadi hal yang sangat penting karena potensi keanekaragaman hayati
dan dampaknya bagi ekosistem
lain, termasuk ekosistem danau yang menjadi
salah satu andalan pariwisata di daerah Bedugul. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat sekitar hutan dalam mengeksploitasi hutan menjadi
hal yang penting untuk diketahui
sebagai upaya menjaga kelestarian hutan
dan meningkatkan efektifitas penerapan kebijakan pengelolaan kelestarian hutan bagi masyarakat sasaran. Kawasan konservasi hutan alami
Bedugul-Pancasari termasuk
kawasan hutan yang dekat dengan rumah penduduk, yang sangat rawan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya secara berlebihan yang pada
akhirnya mengakibatkan kerusakan
secara perlahan-lahan.
Memahami
karakteristik dan perilaku masyarakat yang menggunakan hutan, atau masyarakat
yang mengambil sumberdaya hutan untuk kehidupan sehari-hari merupakan informasi
yang sangat bermanfaat dan penting bagi sebuah lembaga pengambil kebijakan
dalam menyusun strategi pengelolaan hutan sebagai usaha menciptakan kelestarian
hutan. Pendapatan dari masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hayati hutan
rentang pendapatan 50.000-185.000 dan rentang 186.000-321.000. Kondisi
pendapatan yang rendah menjadi salah satu penyebab mereka mengambil sumberdaya
hayati hutan (khususnya kayu bakar) sebagai sarana memasak. Hal ini diperparah
dengan kenaikan BBM pada tahun 2005, sehingga banyak responden yang mengalihkan
konsumsi minyak tanah ke kayu bakar. Umumnya responden mencari kayu bakar dua
kali lebih banyak setelah terjadi kenaikan BBM dibandingkan sebelumnya.
Sumberdaya hayati yang
diambil
tidak hanya terbatas kayu bakar, namun juga jenis tanaman yang dapat diperjualbelikan,
Bedugul merupakan salah satu sentra penjualan berbagai tanaman hias, dan tidak
sedikit yang berasal dari keanekaragaman hutan sekitar wilayah
Bedugul-Pancasari.
Cara penanggulangan
Berdasarkan
hasil analisis perilaku masyarakat dalam pemanfaatan hutan alami
Bedugul-Pancasari tersebut, maka perlu dibentuk suatu kawasan buffer untuk
melindungi keanekaragaman kawasan hutan Bedugul-Pancasari. Pembentukan cagar
biosfer dapat menjadi salah satu bentuk perlindungan sekaligus penyangga, yang secara
langsung juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. Cagar biosfer
yang lebih dari sekedar kawasan lindung, tujuannya agar pada kawasan tersebut dapat
dijaga kelestarian dan keanekaragaman hayatinya melalui perlindungan penuh dan
ketat seperti umumnya pada suatu cagar alam (buffer). Kegiatan manusia
berupa pemanfaatan sumberdaya alam dikendalikan dengan ketat, namun kegiatan
ilmiah seperti pemantauan jangka panjang atau praktek pengelolaan berprinsip
keseimbangan ekologi masih dapat dilakukan.
Cagar
biosfer merupakan kawasan ekosistem daratan dan pesisir/laut, yang secara
internasional diakui berada di dalam kerangka Program Manusia dan Biosfer dari UNESCO
(Statutory Framework of the World Network, of Biosphere Reserves-Kerangka
Hukum Jaringan Cagar Biosfer Dunia). Secara fisik, cagar biosfer harus terdiri
ata tiga elemen, yaitu: satu atau lebih zona inti, yang merupakan kawasan
dilindungi bagi konservasi keanekaragaman hayati, pemantauan ekosistem yang mengalami
gangguan, dan melakukan kegiatan penelitian yang tidak merusak dan kegiatan
lainnya yang berdampak rendah (seperti pendidikan); zona penyangga yang ditentukan
dengan jelas, yang biasanya mengelilingi atau berdampingan dengan zona inti,
dan dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan kerjasama yang tidak bertentangan secara
ekologis, termasuk pendidikan lingkungan, rekreasi, ekoturisme dan penelitian
terapan dan dasar; zona transisi atau zona peralihan, yang dapat berisi
kegiatan pertanian, pemukiman dan pemanfaatan lain, dimana masyarakat lokal, lembaga
manajemen, ilmuwan, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat adat, pemerhati
ekonomi dan
pemangku
kepentingan lain bekerjasama untuk mengelola dan menyeimbangkan sumberdaya
secara berkelanjutan.
Pengaturan
kepemilikan juga bermacam-macam. Zona inti cagar biosfer kebanyakan merupakan
tanah negara, tetapi dapat juga dimiliki secara pribadi atau milik organisasi
non pemerintah. Dalam banyak hal, zona penyangga merupakan milik perseorangan
atau masyarakat tertentu, dan kondisi ini pada umumnya ditemukan pula pada
daerah transisi. Secara singkat, cagar biosfer harus dapat melestarikan dan
menghasilkan nilai-nilai alami dan budaya melalui pengelolaan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sesuai dengan kreativitas budaya dan
diterapkan secara berkelanjutan. Disamping itu, pembentukan cagar biosfer harus
mengacu pada kondisi sosial, sebagai upaya menghindari terjadinya konflik.
Interaksi
Manusia dengan Lingkungan Dampaknya Terhadap Kesehatan Manusia
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda
maupun keadaan yang berada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia dan masyarakat. Dengan kemampuan ilmu dan teknologi serta
industralisasi pengelolaan lingkungan telah membawa kesejahteraan bagi umat
manusia dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan dampak positif, tetapi juga
memberikan dampak yang negatif yaitu ancaman terjadinya perubahan pola penyakit
yang ada di masyarakat.
Interaksi manusia dengan air
Dengan pertambahan penduduk yang sangat cepat maka kebutuhan air juga meningkat.
Bila antara jumlah penduduk dengan jumlah air yang tersedia tidak seimbang maka
bisa terjadi kelangkaan air. Selain pesatnya pertumbuhan penduduk, masalah
kelangkaan air juga dapat disebabkan oleh rendahnya kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan oleh sebagian besar umat manusia, karena kurang
kepedulian itulah muncul berbagai masalah seperti pencemaran air yang banyak
merusak sumber air. Penyebab lain adalah kegiatan manusia yang tidak berwawasan
lingkungan sehingga terjadi pencemaran kimia dan biologis yang dapat menurunkan
kualitas air sehingga tidak memenuhi standart air sehat.
Peningkatan
jumlah penduduk juga menuntut peningkatan jumlah persediaan barang kebutuhan
manusia, yang mendorong laju industralisasi dalam berbagai sektor. Aktivitas
inipun akan meningkatkan penggunaan sumber daya air. Pencemaran lingkungan
karena cepatnya laju industralisasi juga berpengaruh sangat besar terhadap
kualitas air. Semakin kompleksnya masalah lingkunganhidup terutama dengan
semakin banyaknya polutan yang dilepaskan ke lingkungan telah menimbulkan
gangguan yang serius terhadap kelangsungan persediaan air bersih bagi penduduk
bumi. Pembuangan limbah industri ke sungai dan ke laut dapat menyebabkan
terlarutnya logam-logam berat. Peningkatan kadar logam berat dalam air laut
akan diikuti oleh peningkatan oleh peningkatan kadar logam berat pada ikan laut
sehingga pencemaran air laut akan mengakibatkan ikan-ikan yang tercemar sebagai
bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia. Logam-logam berat tersebut antara
lain air raksa (Hg) yang menyebabkan cacaty bawaan pada bayi yang dikenal
sebagai penyakit minamata di Jepang (1953). Kasus terbaru adalah pencemaran air
raksa di Teluk Buyat Sulawesi Utara. Selain air raksa (Hg) ada juga Cadmium
(Cd) yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah dan gagal jantung. Emisi
Arsen merupakan penyebab utama tumor ganas pada manusia, seperti tumor ganas
pada paru-paru, tumor ganas pada kulit dan lain-lain.
Banyaknya
logam-logam beracun ditambah buangan limbah yang berasal dari rumah tangga
karena pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk yang banyak menggunakan bahan kimia
seperti detergent untuk mencuci, insektisida umtuk memberantas nyamuk, pupuk
buatan yang digunakan di pekarangan rumah, menambah pencemaran terhadap air.
Denagn dibangunnya pabrik-pabrik di tepi sungai yang memudahkan pembuangan
limbah ke sungai di tambah adanya limbah rumah tangga akan mencemari badan air.
Sebagai contoh kasus pencemaran sungai Brantas di Jawa Timur Agustus 2001.
Hasil penelitian menunjukan bahwa air di sungai Brantas memiliki kadar BOD
sebesar 75 ppm dan COD sebesar 150 ppm. Pada hal standar baku mutu air mestinya
untuk BOD tidak boleh melebihi 6 ppm dan COD-nya tidak boleh lebih dari 10 ppm.
Karena kadar BOD dan COD-nya sudah jauh dari nilai ambang batas toleransi
standar baku mutu maka air dari sungai Brantas tidak dapat digunakan sebagai
bahan baku air untuk PDAM. Selain itu banyaknya gas Sox dan Nox di udara akibat
adanya proses pembakaran batubara dari PLTU, mobil, penyulingan minyak menyebabkan
terjadinya hujan asam. Semakin rendah nilai suatu pH maka akan semakin
asamlarutannya. Dalamkeadaan udara bersih, air hujan bersifat agak asam dengan
pH = 5,6. Perubahan Nox menjadi asam nitrat yang mudah terbawa air hujan masuk
ke saluran air, sungai, air tanah dan akhirnya ke sumur penduduk yang airnya
dikonsumsi oleh masyarakat. Asam nitrat yang diubah menjadi asam nitrit dalam
tubuh bereaksi dengan amina sekunder menjadi senyawa nitrosamina yang dapat
menimbulkan kanker, mutasi sel dan abnormalisasi. Asam nitrat pada orang dewasa
dapat menyebabkan tumor ganas pada lambung dan saluran pernafasan.
Interaksi manusia dengan udara
Pembakaran batubara PLTU melepaskan gas-gas polutan seperti Nox dan SOx.
Udara yang tercemar gas Sox dapat menyebabkan manusia mengalami gangguan pada
sistem pernafasan. Gas SOx menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan
dan saluran pernafasan sampai paru-paru. Gas SOx dapat menimbulkan iritasi pada
tubuh bagian yang terkena. Kadar SOx sebesar 6 ppm sudaj cukup untuk
menimbuljan iritasi pada manusia. Otot pada salutan pernafasan dapat mengalami
kejang akibat teriritasi oleh SOx. Jika waktu paparannya cukup lama akan timbul
peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh kumpulan sistem
pernafasan serta kerusakan pada ephitelium yang dapat menyebabkan kematian.
Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NOx adalah paru-paru.
Apabila terkontaminasi gas NOx paru-paru membengkak sehingga penderita sulit
bernafas yang dapat menyebabkan kematian. Kadar gas No yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan pada sisitem syaraf, sehingga mengakibatkan kejang-kejang.
Bila keracunan terus berlanjut dapat terjadi kelumpuhan. Di samping itu
pemanfaatan batubara sebagai pembangkit tenaga listrik juga melepaskan senyawa
seperti dimethylsulfat yang bersifat karsinogenik bagi paru-paru dan ginjal.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ekosistem merupakan suatu
tatanan dan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh di antara segenap komponen
lingkungan hidup. Komponen ini saling berinteraksi dan pada akhirnya membentuk
kesatuan yang teratur dan dinamis. Menurut, UU No. 23 Tahun 1997, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan
hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Berbicara
mengenai intaraksi ekosistem dengan sistem sisoal, maka yang dimaksud sistem
sosial adalah sistem sosial terdiri dari dua kata yaitu
‘sistem’ dan ‘sosial’. Sistem adalah suatu kesatuan dari beberapa unsur yang
membentuk sebuah jaringan sedangkan sosial berarti masyarakat. Manusia hidup
di dunia pasti berinteraksi, ada interaksi yang bersifat positif dan ada yang
bersifak negatif. Namun dalam kaitannya dengan interaksi antar ekosistem dan
sistem sosial ini lebih menekankan pada perilaku manusia terhadap ekosistem di
sekitarnya. Dalam memanfatkan harus tepat, dan tidak boleh mengeksploitasi
sehingga perlu adanya pembangunan berwawasan lingkungan.
B.
Saran
Saran yang bisa penulis berikan terkait interaksi antara ekosistem dan
sistem sosial adalah sebagai berikut :
a. Dalam memanfaatkan ekosistem harus tepat dan tidak
mengeksploitasi.
b. Pemanfaatan ekosistem harus secara arif dan bijaksana.
c. Pemanfaatan lingkungan harus memperhatikan kelestarian
tumbuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bramantyo, dkk. 2008. Interaksi Masyarakat Sekitar Hutan terhadap Pemanfaatan Keanekaragaman
Hayati di Kawasan Ekosistem Hutan Alami Bedugul-Pancasari, Bali. Biodiversitas
Volume
9, Nomor 3, Halaman: 227-231, Juli 2008, ISSN 1412-033X Jurusan
Biologi FMIPA UNS Surakarta.
Iskandar, Johan.2001.Manusia Budaya dan Lingkungannya.Bandung:Humaniora
Utama Press
Soegiarto,
Apriliani.dkk. 1990. Pengantar Ekologi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suparman. 2006. Interaksi
Manusia dengan Lingkungan Dampaknya Terhadap Kesehatan Manusia. Enviro 7
(1) : 32-37, Maret 2006, ISSN : 1411-4402 PPLH-LPPM UNS Surakarta
Bentuk-bentuk interaksi sosial. Diakses dari http://kumapel.blogspot.com/2013/02/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.html tanggal 13 Desember 2013
Bentuk-bentu interaksi sosial asosiatif dan disosiatif. Diakses dari http://handikap60.blogspot.com/2013/01/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.html
tanggal 13 Desember 2013
Kontravensi.
Diakses dari http://kulpulanmateri.blogspot.com/2012/03/kontravensi.html
tanggal 13 Desember 2013
Teori Sistem Sosial.
Diakses dari http://margonoipb.files.wordpress.com/2010/01
/2-teori-sistem-sosial1.ppt tanggal 12 Desember 2013