PAPER
HAKEKAT IPA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah
Dasar
Disusun oleh :
Kelompok 1
1.
ACHMAD NAAIM (K5412001)
2.
ADITIA WINAYASARI (K5412002)
3.
AGUNG
SULISMIYANTO (K5412004)
4.
ALIEF BAGAS
OKTAVIAN (K5412005)
5.
ALVI YASIN
MARTINDO (K5412006)
6.
ANA PANGESTI (K5412008)
PROGRAM PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
Ilmu
Pengetahuan Alam
Rasa ingin
tahu manusia merupakan awal sikap ilmiah, karena ingin tahu lebih lanjut, apa,
bagaimana, mengapa peristiwa atau gejala itu. Rasa Ingin Tahu dapat didefinisikan
hasrat atau niatan untuk mengetahui lebih dalam tentang sesuatu hal yang masih
baru dikenali agar bisa lebih memahami secara mendalam. Rasa ingin tahu ilmiah
berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu terjadi, berfungsi, dan
hubungannya dengan hal-hal lain. Rasa ingin tahu akan berujung dengan
pengertian akan suatu hal. Rasa ingin tahu ilimiah biasanya dibarengi dengan
berbagai percobaan dan penelitian. Dan dengan adanya rasa keingintahuan itu
memunculkan ide atau gagasan manusia untuk menciptakan suatu ilmu pengetahuan
yang disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam.
Rasa ingin tahu yang dimiliki manusia,
menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Ada dua macam perkembangan yang
dapat kita ketahui, yakni :
1.
Perkembangan alam
pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya.
Seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalami perkembangan alam pikiran yang hampir serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di dalam pikirannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya kepada orang lain yang ada disekitar mereka. Alam pikiran anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak 8akan melemah, apabila orang-orang di sekelilingnya acuh dan menghiraukan semua pertanyaan mereka. Dengan demikian perkembangan alam pikiran anak akan terhambat.
Seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalami perkembangan alam pikiran yang hampir serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di dalam pikirannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya kepada orang lain yang ada disekitar mereka. Alam pikiran anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak 8akan melemah, apabila orang-orang di sekelilingnya acuh dan menghiraukan semua pertanyaan mereka. Dengan demikian perkembangan alam pikiran anak akan terhambat.
2.
Perkembangan alam
pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.
Pada zaman purba, manusia sudah menghadapi berbagai teka-teki yakni terbit dan terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angin, petir, hujan, dan pelangi. Terdorong rasa ingin tahunya yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyak persoalan, tetapi kemudian timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia purba mulai berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus sampai sekarang dan akan berlanjut dimasa mendatang. Mekipun semua orang memiliki rasa ingin tahu, tetapi tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan penyelidikan sendiri. Banyak yang sudah merasa puas dengan memilih jalan pintas yakni bertanya kepada orang lain yang telah menyelidiki atau bertanya kepada orang lain yang telah bertanya. Cara melalui jalan pintas ini pun menyebabkan alam pikiran manusia berkembang.
Pada zaman purba, manusia sudah menghadapi berbagai teka-teki yakni terbit dan terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angin, petir, hujan, dan pelangi. Terdorong rasa ingin tahunya yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyak persoalan, tetapi kemudian timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia purba mulai berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus sampai sekarang dan akan berlanjut dimasa mendatang. Mekipun semua orang memiliki rasa ingin tahu, tetapi tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan penyelidikan sendiri. Banyak yang sudah merasa puas dengan memilih jalan pintas yakni bertanya kepada orang lain yang telah menyelidiki atau bertanya kepada orang lain yang telah bertanya. Cara melalui jalan pintas ini pun menyebabkan alam pikiran manusia berkembang.
1.1. Mitos
1.1.1
Definisi mitos secara umum
Adalah
suatu pengetahuan-pengetahuan baru yang didapat dari penggabungan pengamatan,
pengalaman, maupun kepercayaan turun temurun dari nenek moyang.
Mayoritas
mitos diperoleh manusia secara turun temurun dari nenek moyangnya, dan biasanya
mitos itu diceritakan secara lisan atau biasa disebut M to M (mulut ke mulut).
Karena dahulu kala ada keterbatasan berpikir logis mengenai suatu hal yang diceritakan tersebut, mereka dengan mudahnya mempercayai mitos tanpa adanya pemikiran lebih lanjut lagi tentang benar tidaknya suatu mitos.
Karena dahulu kala ada keterbatasan berpikir logis mengenai suatu hal yang diceritakan tersebut, mereka dengan mudahnya mempercayai mitos tanpa adanya pemikiran lebih lanjut lagi tentang benar tidaknya suatu mitos.
Penyebab
timbulnya mitos:
1)
Keterbatasan Pengetahuan Manusia
Pada saat manusia masih terbatas
pengetahuannya, belum banyak yang mereka ketahui. Pengetahuan mereka diperoleh
dari cerita orang, karena seseorang mengetahui sesuatu hal. Kemudian
memberitahukannya lagi kepada orang lain. Apakah yang diketahui sudah benar
atau belum, merupakan permasalahan. Dari hal yang tidak benar, kemudian
disalahkan setelah ada kebenaran, maka pengetahuan orang tentang sesuatu jadi
bertambah.
2)
Keterbaasan Penalaran Manusia
Manusia memang mampu berpikir, namun
pemikirannya perlu terus-menerus dilatih. Pemikiran itu sendiri dapat benar
dapat pula salah. Akhirnya penalaran yang salah akan kalah atau penalaran yang
benar. Untuk itu diperlukan waktu guna meyakinkan.
3)
Keinginan Manusia Yang Telah Dipenuhi Untuk Sementara
Kebenaran memang harus dapat diterima
oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan
atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam
kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau
pseudo science.
4)
Keterbatasan Alat Indera Manusia
a.
Alat penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu
cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan sepuluh
gambar yang berbeda satu dengan yang lain dalam satu detik. Jika ukuran
partikel jauh, maka mata tak mampu melihatnya.
b.
Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada
getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 hertz/detik, getaran di
bawah 30 atau di atas 30.000 hertz/detik tidak terdengar.
c.
Alat pencium dan pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan
benda yang dicecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat
jenis rasa yakni rasa manis, asin, asam dan pahit. Bau seperti parfum dan
bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita, bila konsentrasinya di
udara lebih dari sepuluh juta PPM. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu
benda dengan benda yang lainnya. Namun, tidak semua orang bisa melakukannya.
d.
Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat
membedakan panas atau dingin, namun sangat relative, sehingga tidak bisa
dipakai sebagai ala observasi. Akibat dari keterbatasan alat indera kita, maka
mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran.
Namun
seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, mereka berpikir lagi untuk
menjawab benar atau tidaknya mitos tersebut. Dan untuk membuktikan hal
tersebut, akhirnya mereka berinisiatif untuk mencari jawabannya melalui suatu
ilmu, yakni Ilmu Pengetahuan Alam.
1.2. Penalaran Deduktif
- Tahap Rasionalisme
Penalaran adalah sebuah proses berfikir
yang berbeda dengan pengamatan indra,lebih kedalam pemikirian sehingga
menghasilkan sebuah konsep dan pengertian.Penalaran biasanya keluar dengan
sendirinya saat kita melamun atau melihat sesuatu sehingga muncul pemikiran dan
menghasilkan sebuah kesimpulan.
Pada metode deduktif, melakukan
pemikiran sesuatu secara umum terlebih dahulu kemudian baru pemikiran secara
khusus. Jadi penalaran deduktif tidak menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan yang
baru melainkan kesimpulan yang konsistent dari pernyataan dasarnya.
Adapun tujuan dari penalaran ialah
dengan maksud menemukan sebuah kebenaran atau fakta, penalaran sendiri bertolak
atau sesuatu yang benar dan yang salah.
1.3. Penalaran
induktif (Empirisme)
Pengetahuan yang didasarkan atas
penalaran deduktif memiliki kelemahan, maka muncul pandangan lain. Alam dan
gejalanya adalah dapat ditangkap dengan indera yaitu atas dasar kenyataan
(konkret). Perlu dipahami dalam pengamatan harus ada obyek yang jelas, dan
harus bisa membedakan antara pendapat dan fakta. Penalaran haruslah dilakukan
dari sesuatu yang sederhana ke yang lebih komplek.
Dalam pengamatan atau
penyelidikan ada yang dapat ditirukan ada yang tidak dapat. Penyelidkan yang
ditirukan adalah kegiatan dilaboratorium, sehingga akan memperoleh hasil yang
lebih cepat, mungkin terdapat kesamaan karasteristik tertentu , pengulangan
atau adanya keteraturan, sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Penganut paham empirisme menyusun
pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif yaitu
menarik kesimpulan umum dari pengamatan khusus.
Contoh:
Kerbau, sapi,
kuda bernapas
Jadi semua hewan bernapas
Besi, aluminium, tembaga bila
dipanasi bertambah
Jadi semua logam
bila dipanasi bertambah
Penalaran induktif dapat ditarik
kesimpulan yang lebih umum dan makin bersifat fundamental. Dapat diperoleh
prinsip-prinsip yang bersifat umum sehingga memudahkan dalam memahami alam
gejala alam beraneka ragam
Contoh: Kerbau, sapi, kuda bernapas
Jadi semua hewan bernapas
Jadi semua makhluk hidup bernapas
Besi, aluminium, tembaga bila
dipanasi bertambah
Jadi semua logam
bila dipanasi bertambah
Jadi semua benda bila dipanasi
bertambah
Namun demikian pada kenyataan
bahwa pengetahuan yang didasarkan pada penalaran induktif juga masih ada
kelemahan. Sekumpulan fakta belum tentu bersifat konsisten atau bahkan memiliki
sifat kontradiktif. Demikian fakta yang nampak berkaitan belum dapat dipastikan
bahwa tersusunya pengetahuan yang sistematis. Faktor lain adalah kemampuan
panca indera yang terbatas misal, jika melihat jalan yang lurus seolah-olah
semakin sempit, tongkat lurus yang dicelupkan dalam air nampak bengkok.
Perbedaan
pola pikir rasionalisme dan empirisme
Rasionalime :
merupakan metode dasar atu pola pikir dalam mencapai kebenaran ilmiah dengan
menggunakan akal.
Sumber
pengetahuan pada akal meliputi:
·
Ide kebenaran yang
sudah ada, dan pikiran manusia dapat mengungkapkan ide tersebut (tanpa
menciptakan dan tanpa melalui pengamatan).
·
Manusia mencari
kebenaran melalui akal tanpa disertai fakta.
Kelemahannya:
setiap orang percaya pada kebenaran yang diyakini sendiri-sendiri.
Empirisme
: merupakan metode dasar atau pola pikir dalam mencapai kebenaran ilmiah dengan
mementingkan pengalaman.
Sumber
pengetahuannya:
·
Pengetahuan didapatkan
melalui pengetahuan indera.
·
Menggunakan dan
membandingkan gagasan-gagasan yang didapatkan dari penginderaan dan
pengalamannya.
1.2.
Pengetahuan Sebagai Pangkal Kelahiran IPA
Pengetahuan di atas dapat disebut ilmu
pengetahuan, jika digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empiris yang
dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah. Memang benar, bahwa IPA
merupakan suatu ilmu yang teoretis. Teori tersebut didasarkan atas pengamatan
percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam.
Fakta-fakta tentang gejala-gejala
kebenaran alam diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan
(eksperimen). Kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan
keterangan ilmiahnya (teori). Teori ini pun masih harus diuji
kemantapan/kesaktiannya. Artinya, bilamana diadakan penelitian ulang, yang
dilakukan oleh siapa pun, dengan langkah-langkah yang serupa dan kondisi yang
sama, maka akan diperoleh hasil yang konsisten.
Metode keilmuan itu bersifat objektif,
bebas dari keyakinan, perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat konsisten.
Artinya, dapat diuji oleh siapa pun dan dengan demikian kesimpulan yang
diperoleh lebih dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.
Secara lengkap dapat dikatakan, bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA, bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut, objeknya adalah pengalaman manusia, berupa gejala-gejala alam. Kemudian dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
Secara lengkap dapat dikatakan, bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA, bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut, objeknya adalah pengalaman manusia, berupa gejala-gejala alam. Kemudian dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
1.3.
Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam
Berkat makin sempurnanya alat pengamat
bintang, berupa teleskop dan juga makin meningkatnya kemampuan berpikir
manusia, maka pada tahun 1500-1600, terjadi perubahan besar atas semua ajaran
Aristoteles maupun Ptolomeus. Sebagai tonggak sejarah dapat dicatat disini
adalah Nicoulas Copernicus. (1473-1543).
Ia tidak saja seorang astronom, tetapi
juga ahli matematika dan pengobatan. Tulisannya yang terkenal, merombak pandangan
astronom zaman Yunani Kuno berjudul De Revolutionibus Orbium Caelestium yang
berarti peredaran alam semesta. Buku ini ditulis pada tahun 1507, namun tidak
segera diumumkan, karena prinsip heliosentris (berpusat pada matahari)
bertentang dengan kepercayaan penguasa pada saat itu.
Pokok
ajarannya antara lain :
1. Matahari
adalah pusat dari system solar. Di dalam system itu, bumi adalah salah satu
dari planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
2. Bulan
beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
3. Bumi
berputar pada porosnya dari Barat ke Timur yang mengakibatkan adanya siang dan
malam serta pandangan tentang gerakan bintang-bintang.
Dengan rasionalisme dan empiris yang
dikembangkan, ilmu pengetahuan maju dengan pesat, sehingga dikatakan sebagai
revolusi ilmu pengetahuan (scientific revolution). Ilmu dipikirkan untuk
kesejahteraan manusia (antologi) dan lahirnya ilmu terapan (applied science)
memungkinkan terjadinya revolusi teknologi (technological revolution).
Terjadinya revolusi industri (industrial revolution) ialah sebagai jawaban manusia untuk memenuhi kebutuhan akan hasil industri setelah kebutuhan pangan tercapai. Dengan berkembangnya jumlah penduduk, soal pangan kembali menjadi masalah serius. Bioteknologi dikembangkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan elektronika saat itu juga maju pesat.
Terjadinya revolusi industri (industrial revolution) ialah sebagai jawaban manusia untuk memenuhi kebutuhan akan hasil industri setelah kebutuhan pangan tercapai. Dengan berkembangnya jumlah penduduk, soal pangan kembali menjadi masalah serius. Bioteknologi dikembangkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan elektronika saat itu juga maju pesat.
1.4. Metode Keilmuan/ Ilmiah
Manusia memiliki kecenderungan untuk
menanggapi rangsangan yang ada di sekitarnya, termasuk gajala-gejala di alam
semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang ada
ini di alam semesta ini akan menjadi sebuah pegalaman yang akan terus
berkembang karena rasa keingin tahuan manusia. Pengalaman-pengalaman inilah
yang nantinya menjadi pengetahuan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Ilmu tentang alam merupakan kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya, hasil percobaan yang
dilakukan manusia akan menghasilkan suatu konsep yang mendorong dilakukannya
percobaan-percobaan berikutnya, karena ilmu alam bertujuan untuk mencari
kebenaran yang relatif dari suatu hal.
Tidak semua pengetahuan dapat
disebut ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus
memenuhi syarat tertentu. Adapun syarat-syarat suatu pengetahuan dapat dikatakan
sebagai ilmu adalah sebagai berikut:
1. Logis
Pengetahuan tersebut masuk akal dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
Pengetahuan tersebut masuk akal dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
2. Objektif
Pengetahuan yang didapat harus sesuai dengan objeknya dan didukung oleh fakta empiris.
Pengetahuan yang didapat harus sesuai dengan objeknya dan didukung oleh fakta empiris.
3. Metodik
Pegetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati, dan dikontrol.
Pegetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati, dan dikontrol.
4. Sistematik
Pengetahuan disusun dalam satu sistem yang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pengetahuan disusun dalam satu sistem yang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
5. Universal
Pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan di mana saja yaitu dengan cara eksperimentasi yang sama akan diperoleh hasil yang sama.
Pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan di mana saja yaitu dengan cara eksperimentasi yang sama akan diperoleh hasil yang sama.
6. Komulatif
Berkembang dan tentatif, sesuai dengan khasanah ilmu pengetahuan yang selalu bertambah dengan hadirnya ilmu pengetahuan yang baru. Ilmu pengetahuan yang terbukti salah harus diganti dengan ilmu pengetahuan yang benar
Berkembang dan tentatif, sesuai dengan khasanah ilmu pengetahuan yang selalu bertambah dengan hadirnya ilmu pengetahuan yang baru. Ilmu pengetahuan yang terbukti salah harus diganti dengan ilmu pengetahuan yang benar
Untuk mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara
pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus
menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah
(scientific method) .Adapun Kelebihan dan kekurangan ilmu alamiah ditentukan
oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala masalah yang tidak dapat diterapkan
metode ilmiah, tidaklah ilmiah.
Ă˜ Pengertian
Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu cara
yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan suatu permasalahan, serta
menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur, dan terkontrol.
Metode Ilmiah, yaitu gabungan antara
dua pendekatan rasional(deduktif) dan pendekatan empiris (induktif). Metode
Ilmiah, merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah.Descartes
adalah pelopor dan tokoh rasionalisme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan
pangkal dari segala pengertian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada
kebenaran dan dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Kaum rasionalis menggunakan metode
deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide
yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikiran manusia.Kelemahan
rasionalise yaitu bersifat abstrak, tidak dapat dievaluasi, kemungkinan dapat
diperoleh pengetahuan yang berbeda dari obyek yang sama, cenderung bersifat
subyektif dan solpsistik, yaitu hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu
yang berbeda dalam otak orang yang berfikir tersebut.
Kaum empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak,
tetapi lewat pengalaman yang konkrit, berpegang pada prinsip keserupaan, pada
dasarnya alam adalah teratur, gejala-gejala alam berlangsung dengan pola-pola
tertentu. Dengan mengetahui kejadian masa lalu atau sekarang akan dapat
diramalkan kejadian di masa datang. Kelemahannya belum tentu sistimatis, dan
keterbatasan alat yang digunakan (misal panca indera).
Sikap ilmiah yang seharusnya
dimiliki seorang peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yag baik dan
hasil yang baik pula, peneliti harus memiliki sifat-sifat berikut :
1.
Mampu mebedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah
kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmih dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya, sedangkan opini adalah pendapat pribadi seseorang yagn tidak
dapat dibuktikan kebenarannya sehingga di dalam melakukan studi kepustakaan,
seorang peniliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opni agar
penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggung jawabkan.
2.
Berani dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan argumentasi
Peneliti
yang baik sekaku mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam satu ruang
dengan orang lain. Begitu juga pada saat bertanya, beragumentasi, atau
mempertahankan hasil penelitiannya akan senantiasa menjnjung tinggi sopan
santun dan menghindari perdebatan secara emosional, tetai tetp berani
mempertahankan kebenaran yang diyakininya karena bahwa pendapatnya sudah dilegkapi
dengan fakta yang jelas sumbernya.
3.
Mengembangkan keingintahuan
Peneliti
yang bak senantiasa haus menuntut ilmu ia slalu berusaha memperluas pengetahuan
wawasannya, tidak ingin ketinggalan informasi di segala bidang dan selalu
berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin canggih dan
mordern.
4.
Kepedulian terhadap lingkungan
Dalam
melakykan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduli terhadap
lingkunngannya dan selalu berusaha agar penelitiannya membawa dampak yang
positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya, yaiut merusak lingkungan. Semua
usaha dilakukan untuk melestarikan lingkungan agar bermanfaat bagi generasi
selanjutnya.
5.
Berpendapat secara ilmiah dan kritis
Pendapat
seorang peneliti yang baik selalu bersifat ilmiah dan tidak mengada-ada tanpa
bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarnnya. Di samping itu, peneliti
juga harus kritis terhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di
sekitarnya.
6.
Berkembang menusulkan perbaikan atas
suatu kondisi dan bertanggung jawab terhadap usulannya.
Peneliti
yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang
harus dihadapinya jika sudah mengusulkan sesuatu. Usulan tersebut selalu diemban nya dengan baik dan
diaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkandalam bentuk nyara sehingga
hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.
7.
Bekerja sama
Dalam
kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerja sama dengan orang lain
dan tidak individualis atau memntingkan dirinya sendiri. Ia meyakinkan bahwa
dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga keberadaannya
senantiasa diharapkan oleh orang lain.
8.
Jujur tehadap fakta
Peneliti
yang baik mampu memerikan sebuah hasil penelitian yang sesuai dengan fakta yang
ada dan tidak boleh memanipulasi fakta demi kepentingan penelitiannya karena
penelitian yang baik harus berlandaskan pada studi kepustakaan yang benar agar
kelak jika orang lain melakukan penelitian yang sama, didapatkan hasil yang
sama pula. Apapun fakta yang diperolrhnya, ia harus yakin bahwa itulah yang
sebenarnya.
9.
Tekun
Sebuah
penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendek untuk menghasilkan sebuah
teori, tetapi kadang kala memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan
bertahun-tahun. Seorang peneliti yang baik harus tekun dalam penelitian yang
dilakukannya. Tidak boleh malas, mudah jenuh, dan ceroboh. Dengan demikian ia
akan mendapakan hasil yang memuaskan.
Diantara berbagai prosedur pengembangan ilmu
pengetahuan secara umum dapat mengikuti tahapan berikut secara dinamis. Tahapan
tersebut adalah minimal dimulai dari melakukan prediksi, konfirmasi, menyusun
prinsip, hukum, melakukan hipotesis atau dugaan sementara, sehingga dengan
menggabungkan tahapan perlakuan tersebut kita dapat menarik kesimpulan.
Kesimpulan tersebut berdasarkan fakta terprediksi dan observasi atau penelitian
untuk melahirkan fakta, sehingga akan menghasilkan fakta baru yang akan
dirumuskan dalam bentuk karangka konsep teori baru. Metode penemuan teori baru
tersebut biasanya juga menerapkan prinsip induksi atau deduksi atau bahkan
penggabungan kedua konsep tersebut, tergantung kondisi dan situasi bagaimana
konsep teori baru tersebut, oleh karena setiap cabang ilmu kontennya
berbeda-beda.
Adapun
kriteria dari metode ilmiah sebagai berikut :
1. Berdasarkan
fakta
Keterangan-keterangan
yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang
dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan
sejenis.
2. Bebas dari
prasangka
Metode
ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan
subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang
lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3. Menggunakan prinsip-prinsip
analisa
Dalam
memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan
prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-akibat serta pemecahannya
dengan menggunakan analisa yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian
harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4. Menggunakan
hipotesis
Dalam metode
ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisa. Hipotesis harus ada untuk melakukan dugaan sementara mengenai
persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai
sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat.
Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan
ukuran objektif
Kerja
penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran
tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan
pikiran yang waras.
6. Menggunakan
teknik kuantitatif
Dalam
memperlakukan data, maka ukuran kuantitatif harus digunakan, kecuali untuk
atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran seperti ton,
mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan. Jauhi
ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang
rokok, dan sebagainya.
Ă˜ Langkah-langkah
Operasional Metode Ilmiah
Adapun
konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah metode
ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan
berikut:
a)
Perumusan masalah
Yang dimaksud dengan masalah yaitu
pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang obyek yang teliti. Masalah
itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang
mempengaruhinya, maka perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara eksplisit
pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan
jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi
masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah merupakan
pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan
diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.
b)
Penyusunan hipotesis
Peyusunan hipotesis yaitu suatu
pernyataan yang menunjukkan kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja
didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai
jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji ebenarannya
dalam suatu obserevasi atau eksperimentasi.
c)
Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis adalah berbagai
usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan
untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis
tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan
langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau
eksperimentasi, kemudian fakta-fakta dikumpulkan melalui penginderaan.
d) Penarikan
kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini didasarkan
atas penilaian melalui analisis dari fakta (data) untuk melihat apakah
hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Sekiranya dalam pengujian
tersebut fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis diterima.
Sebaliknya kalau tidak terdapat fakta-fakta yang mendukung berati hipotesis
ditolak. Hipotesis yang diterima sudah menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah,
yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah,
karena telah teruji kebenarannya.
1.5. Peranan Ilmu
Lahirnya
dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan telah banyak membawa perubahan dalam
kehidupan manusia, terlebih lagi dengan makin intensnya penerapan Ilmu dalam
bentuk Teknologi yang telah menjadikan manusia lebih mampu memahami berbagai
gejala serta mengatur Kehidupan secara lebih efektif dan efisien. Hal itu
berarti bahwa ilmu mempunyai dampak yang besar bagi kehidupan manusia, dan ini
tidak terlepas dari fungsi dan tujuan ilmu itu sendiri
Kerlinger
dalam melihat fungsi ilmu, terlebih dahulu mengelompokan dua sudut pandang
tentang ilmu yaitu pandangan statis dan pandangan dinamis. Dalam pandangan
statis, ilmu merupakan aktivitas yang memberi sumbangan bagi sistimatisasi
informasi bagi dunia, tugas ilmuwan adalah menemukan fakta baru dan
menambahkannya pada kumpulan informasi yang sudah ada, oleh karena itu ilmu
dianggap sebagai sekumpulan fakta, serta merupakan suatu cara menjelaskan
gejala-gejala yang diobservasi, berarti bahwa dalam pandangan ini penekanannya
terletak pada keadaan pengetahuan/ilmu yang ada sekarang serta upaya
penambahannya baik hukum, prinsip ataupun teori-teori. Dalam pandangan ini,
fungsi ilmu lebih bersifat praktis yakni sebagai disiplin atau aktivitas untuk
memperbaiki sesuatu, membuat kemajuan, mempelajari fakta serta memajukan pengetahuan
untuk memperbaiki sesuatu (bidang-bidang kehidupan).
Pandangan
ke dua tentang ilmu adalah pandangan dinamis atau pandangan heuristik (arti
heuristik adalah menemukan), dalam pandangan ini ilmu dilihat lebih dari
sekedar aktivitas, penekanannya terutama pada teori dan skema konseptual yang
saling berkaitan yang sangat penting bagi penelitian. Dalam pandangan ini
fungsi ilmu adalah untuk membentuk hukum-hukum umum yang melingkupi prilaku
dari kejadian-kejadian empiris atau objek empiris yang menjadi perhatiannya
sehingga memberikan kemampuan menghubungkan berbagai kejadian yang
terpisah-pisah serta dapat secara tepat memprediksi kejadian-kejadian masa
datang, seperti dikemukakan oleh Braithwaite dalam bukunya Scientific
Explanation bahwa the function of science… is to establish general laws
covering the behaviour of the empirical events or objects with which the
science in question is concerned, and thereby to enable us to connect together
our knowledge of the separately known events, and to make reliable predictions
of events as yet unknown.
Dengan
memperhatikan penjelasan di atas nampaknya ilmu mempunyai fungsi yang amat
penting bagi kehidupan manusia, Ilmu dapat membantu untuk memahami,
menjelaskan, mengatur dan memprediksi berbagai kejadian baik yang bersifat
kealaman maupun sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia. Setiap masalah
yang dihadapi manusia selalu diupayakan untuk dipecahkan agar dapat dipahami,
dan setelah itu manusia menjadi mampu untuk mengaturnya serta dapat memprediksi
(sampai batas tertentu) kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan
pemahaman yang dimilikinya, dan dengan kemampuan prediksi tersebut maka
perkiraan masa depan dapat didesain dengan baik meskipun hal itu bersifat
probabilistik, mengingat dalam kenyataannya sering terjadi hal-hal yang
bersifat unpredictable.
Dengan
dasar fungsi tersebut, maka dapatlah difahami tentang tujuan dari ilmu, apa
sebenarnya yang ingin dicapai oleh ilmu. Sheldon G. Levy menyatakan bahwa
science has three primary goals. The first is to be able to understand what is
observed in the world. The second is to be able to predict the events and
relationships of the real world. The third is to control aspects of the real
world, sementara itu Kerlinger menyatakan bahwa the basic aim of science is
theory.dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari ilmu adalah untuk
memahami, memprediksi, dan mengatur berbagai aspek kejadian di dunia, disamping
untuk menemukan atau memformulasikan teori, dan teori itu sendiri pada dasarnya
merupakan suatu penjelasan tentang sesuatu sehingga dapat diperoleh kefahaman,
dan dengan kepahaman maka prediksi kejadian dapat dilakukan dengan probabilitas
yang cukup tinggi, asalkan teori tersebut telah teruji kebenarannya.
·
Ilmu sebagai Deskripsi atau Penyandra Deskripsi
Adalah salah satu kaedah
upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan
tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung
mengalaminya sendiri. Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan agar peneliti tidak
melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan
pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan
kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu,
seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya,
dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai dalam disiplin
ilmu sebagai istilah teknik. Saat data yang dikumpulkan, deskripsi, analisis dan
kesimpulannya lebih disajikan dalam angka-angka maka hal ini dinamakan
penelitian kuantitatif. Sebaliknya, apabila data, deskripsi, dan analisis
kesimpulannya disajikan dalam uraian kata-kata maka dinamakan penelitian
kualitatif
·
Ilmu sebagai Penjelas atau Eksplorasi Filsafat
ilmu
Adalah merupakan bagian dari
filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini
mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk
di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu
sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha
untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep
dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut
dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan
alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi;
formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat
digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah
terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
·
Ilmu sebagai alat Peramal atau Prediksi
Tatkala
membuat ekplanasi, biasanya ilmuan telah mengetahui juga faktor penyebab gejala
tersebut. Dengan menganalisis faktor dan gejala yang muncul, ilmuwan dapat
melakukan ramalan. Dalam term ilmuwan ramalan disebut prediksi untuk membedakan
ramalan embah dukun. Sebagai contoh, jika seseorang punya mobil akan tetapi
tidak tahu cara merawatnya, maka tidak akan lama kemudian mobil tersebut akan
rusak karena orang tadi sama saja tidak dapat memprediksi masalah yang akan
datang
·
Ilmu sebagai alat Pengontrol atau Pengendali
Eksplanasi
sebagai bahan membuat prediksi dan kontrol. Ilmuan selain mampu membuat ramalan
berdasar kan eksplanasi gejala, juga dapat membuat kontrol. Sebagai Contoh :
Agar mobil kita awet, mobil kita harus diservis dan ganti oli tiap 2000 km,
sehingga tingkat keausan mesin dapat ditekan dan diperlambat. Sehingga mobil
kita awet.
1.6. Sarana Berpikir Ilmiah
A. Bahasa
Keunikan
manusia bukanlah terletak pada kemampuannya berfikir melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal
Symbolycum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol. Secara generik istilah ini
mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab dalam
kegiatan berfikir manusia mempergunakan simbol. Bahasa sebagai sarana
komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Tanpa komunikasi
apakah manusia dapat bersosialisasi, dan apakah manusia layak disebut sebagai
makhluk sosial? Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan
komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam
menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan
berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berfikir sebagai secara
sistematis dan teratur. Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas
cakrawala berfikir seseorang dan tiada batas dunia baginya.
Kenapa
bahasa merupakan salah satu sarana untuk berpikir ilmiah? Karena bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Jika dilihat dari pola
berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir
induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam
berpikir deduktif ini sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam
berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita
menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan
fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir
ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik
pula. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar
peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses
berpikir ilmiah tersebut.
B. Logika
Logika
berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu,
logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika
(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,
tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk
mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga
diartikan dengan masuk akal.
Nama
‘logika’ untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum
masehi), tetapi masih dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias
(sekitar permulaan abad ke-3 sesudah masehi) adalah orang yang pertama kali
menggunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita.
Macam-macam logika:
1.
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang
berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan
dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah
manusia ada sejak lahir.
2.
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta
akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang
harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah
akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
Cara-cara berfikir
logis dalam rangka mendapatkan pengetahuan baru yang benar:
a. Penalaran
deduktif (rasionalisme)
Penalaran
Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan demikian kegiatan
berfikir yang berlawanan dengan induksi. Penarikan kesimpulan secara deduktif
ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme. Silogisme terdiri atas
dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor
dan premis minor. Sedengkan kesimpulan diperoleh dengan penalaran deduktif dari
kedua premis tersebut.
b. Penalaran
induktif (empirisme)
Penganut
empirme mengembangkan pengetauan bedasarkan pengalaman konkrit. Mereka
menganggap bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh
langsung dari pengalaman nyata. Penganut ini menyusun pengetauan menggunakan
penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berfikir untuk menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat
khusus. Penalaran ini diawali dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan
terbatas lalu diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
c. Analogi
Analogi
adalah cara berfikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa dan sudah
diketahui sebelumnya. Disini penyimpulan dilakukan secara tidak langsung,
tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan
keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan.
d. Komparasi
Komparasi
adalah cara berfikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang mempunyai
kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi yaitu
tidak langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan bukan
pada perbedaannya.
e. Kegunaan logika
a) Membantu
setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
b) Meningkatkan kemampuan berpikir secara
abstrak, cermat, dan objektif.
c) Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
d) Memaksa
dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis
C. Matematika
Kata
“matematika” berasal dari kata mĂƒ¡thema dalam bahasa Yunani yang diartikan
sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga mathematikĂƒ³s yang
diartikan sebagai “suka belajar”.
Disiplin
utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan,
pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan
ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika: studi
tentang struktur, ruang dan perubahan.
1. Matematika
sebagai bahasa
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika
hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Alfred North Whitehead
mengatakan bahwa “x itu sama sekali tidak berarti”
Bahasa
verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat
pada bahasa verbal, kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini, kita
katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat
majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengatakan
pernyataan yang bersifat kualitatif. Sedangkan sifat kuantitatif dari
matematika merupakan daya prediktif dan control dari ilmu. Ilmu memberikan
jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara
tepat dan cermat.
2. Matematika
sebagai sarana berpikir deduktif
Nama
ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak
didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat didalam ilmu-ilmu
empiric, melainkan didasarkan atas deduksi (penjabaran).
Secara
deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis
tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah
konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan
sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada kejutan dalam logika” (Ludwig
Wittgenstein), namun pengetahuan yang didapatkan secara deduktif sangat berguna
dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. Dari beberapa premis yang kita
telah ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya
yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.
D. Statistika
Statistik
diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna
bagi negara. Secara etimologi, kata Statistik berasal dari kata “status”
(latin) yang punya persamaan arti dengan “state” (bahasa inggris) dan
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah Negara. Pada mulanya Statistik
diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka
(data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud (data kualitatif), yang mempunyai
arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu Negara. Perkembangannya, arti
kata Statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud
angka (data kuantitatif) saja.
Peranan Statistika
Statiska
bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan
merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan,
sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan
seseorang dalam mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang
membatasinya.
Penguasaan
statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah sering kali
dilupakan orang. Berpikir logis secara deduktif sering sekali dikacaukan dengan
berpikir logis secara induktif. Kekacauan logika inilah yang menyebabkan kurang
berkembangnya ilmu dinegara kita. Kita cenderung untuk berpikir logis cara
deduktif dan menerapkan prosedur yang sama untuk kesimpulan induktif.
Statistika
merupakan sarana berpikir yang diperluaskan untuk memproses pengetahuan secara
ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, maka statistika membantu
kita untuk mengeneralisasikan dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian
secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
Statistika
harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir
deduktif dan induktif yang merupakan cara dan berpikir ilmiah dapat dilakukan
dengan baik.
1.7. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu
Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis tentang gejala-gejala alam. Dalam perkembangannya IPA tidak hanya
ditunjukan oleh kumpulan fakta saja, namun juga oleh timbulnya metode ilmiah
dan sikap ilmiah.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulakn bahwa pengertian IPA meliputi 3 hal, yaitu
produk, proses, dan nilai/sikap ilmiah. Produk IPA berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori. Proses IPA atau metode ilmiah adalah cara kerja yang
dilakukan untuk memperoleh hasil-hasil IPA atau produk IPA. Nilai dan sikap
ilmiah adalah semua tingkah laku yang diperlukan selama proses IPA, sehingga
diperoleh produk IPA.
a. Produk
IPA
Produk
IPA adalah semua pengetahuan yang diperoleh tentang gejala alam yang telah
dikumpulkan melalui observasi. Jadi dasar pembentukan produk IPA adalah data
yang diperoleh melalui observasi.
1)
Fakta adalah data dari hasil observasi berulang-ulang
yang telah diketahui kondisinya.
2)
Konsep adalah ide atau gagasan yang diabstraksikan atau
digeneralisasikan dari pengalaman. Pengamatan atas sifat-sifat yang sama dari
berbagai obyek seperti besi, tembaga, aluminium, seng, emas, dan lain-lainnya,
muncul pengertian konsep logam. Di sini logam merupakan suatu konsep. Contoh
konsep lain adalah asam, basa, garam, listrik, panas, dan sebagainya.
3)
Prinsip adalah generalisasi atau abstraksi dari
konsep-konsep yang berhubungan. Contoh prinsip adalah:
“ Larutan elektrolit
dapat menghantarkan arus listrik”
“Air mengalir
dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah”
Contoh-contoh di
atas terdapat beberapa konsep yang berhubungan satu sama lain.
4)
Hukum adalah generalisasi dari konsep-konsep yang berhubungan, yang di
gunakan untuk menjelaskan banyak gejala.
Contoh: setiap
senyawa disusun oleh unsur-unsur dengan perbandingan tertentu dan tetap.
Salah satu ciri
hukum adalah bahwa hukum lebih luas dan lebih mendalam abstraksinya bila
dibandingkan dengan prinsip, sehingga pemakainnya mencangkup gejala yang lebih
luas.
5)
Teori adalah model yang abstrak yang dapat digunakan untuk
menjelaskan berlakunya prinsip dan hukum.
Contoh: teori
atom Dalton dapat digunakan untuk menjelaskan berlakunya hukum secara dasar
kimia. Teori ion dapat digunakan untuk menjelaskan sifat hantaran listrik oleh
elektrolit dan prinsip-prinsip elektrolis.
b. Proses
IPA
Telah
diuraikan di awal bahwa proses ilmiah adalah metode ilmiah yang
langkah-langkahnya meliputi : merumuskan masalah, menyusun hipotesis, menguji
hipotesis melalui eksperimen, dan menarik kesimpulan.
c. Nilai
dan Sikap Ilmiah
Pada saat
mencari pemecahan masalah menggunakan metode ilmiah melalui proses observasi,
eksperimentasi dan berfikir rasional, haruslah dihayati sikap-sikap : jujur,
tekun, teliti, obyektif, terbuka, komunikatif, dan sebagainya, yang semua itu
disebut sikap ilmiah, agar dapat tercapai hasil-hasil IPA yang dapat diandalkan
kebenarannya.
1.8. IPA Klasik Dan IPA Modern
Pada
tahap awal semua kegiatan Ilmu Pengetahuan Alam masih terbatas pada pengamatan
dan pencatatan terhadap gejala-gejala alam yang terjadi. Kemudian manusia berusaha
menjelaskan terjadinya gejala-gejala alam itu, namun masih bersifat kualitatif.
Dengan demikian IPA masih bersifat deskriptif dan kualitatif.
Pada
tahap berikutnya sejalan dengan perkembangan matematika, kegiatan IPA lebih
bersifat simulatif dan kuantitatif. Di samping itu kegiatan IPA yang
menggunakan metode ilmiah bersifat terbuka untuk diuji kembali kebenaranya, dan
ini menjadikan IPA bersifat dinamis.
IPA klasik merupakan suatu proses IPA di mana teori dan eksperimen
memiliki peran saling melengkapi dan memperkuat. Tahap pada IPA Klasik ini
menggunakan tahap deskriptif dan kualitatif. IPA Klasik lebih mengarah kepada
kepastian yang mutlak. IPA klasik memiliki kajian yang bersifat makroskopik,
yakni mengacu pada hal-hal yang berskala besar dan kaidah pengkajiannya
menggunakan cara tradisional. Di samping kajian yang bersifat makrokopis, ciri
lain IPA klasik adalah lebih mendahulukan eksperimen dari pada teori.
IPA modern adalah suatu proses IPA di mana penekanan terhadap teori lebih
banyak dari pada praktek. Tahap pada IPA modern ini menggunakan tahap simultatif dan kuantitatif.
IPA modern mengarah kepada mengarah
pendekatan statistik, bersifat probabilitas. IPA modern memiliki
telaahan yang bersifat mikroskopik, yakni sesuatu yang bersifat detail dan
berskala kecil. Selain itu, IPA modern menerapkan teori eksperimen, di mana ia
menggunakan teori yang telah ada untuk eksperimen selanjutnya.
Berdasarkan pengertian IPA Klasik dan IPA Modern yang
dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa penggolongan IPA menjadi IPA Klasik
dan IPA Modern didasarkan pada konsepsi, yang meliputi cara berfikir, cara
memandang, dan cara menganalisis suatu gejala alam.
Secara umum, langkah-langkah penerapan metode ilmiah
pada IPA Klasik dan IPA Modern adalah sama, yakni harus melalui penginderaan,
perumusan masalah, pengajuan hipotesis, eksperimen, dan penarikan kesimpulan
(teori). Baik IPA Klasik maupun IPA Modern keduanya memiliki tujuan akhir yang
sama, yakni keingintahuan. Namun pada IPA Klasik, suatu pengetahuan didapatkan
dari awal, yakni didasarkan dari hasil eksperimen yang dilakukan dan kajian
pada IPA Klasik lebih dangkal karena terbatas pada media atau alat bantu
penelitian. Sedangkan pada IPA Modern, suatu pengetahuan diperoleh melalui
eksperimen yang dilakukan dengan berkiblat pada teori yang telah ada dan dengan
bantuan teknologi yang lebih canggih dan maju, maka kajian dari IPA Modern
lebih mendetail. Sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
suatu fenomena alam.
1.9. Kesimpulan
Dari beberapa paparan diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA bersifat dinamis, artinya kebenarannya
terbuka untuk diuji lagi, sehingga apabila diketemukan pendekatan yang lebih
baik, dapat menggugurkan teori yang lama.
SUMBER
Sukarjo.dkk.2005. ILMU KEALAMAN DASAR.Surakarta:UPT
Penerbitan dan
UNS Press
UNS Press
Andhika.2011.SEJARAH PERKEMBANGAN IPA KLASIK DAN IPA
MODERN.
http://enemyzone.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-ipa-klasik-
dan-ipa.html. diakses pada tanggal 11 September 2013
http://enemyzone.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-ipa-klasik-
dan-ipa.html. diakses pada tanggal 11 September 2013
Anonim.2012.http://annioseo.blogspot.com/2012/05/makalah-ikd-kelompok-2-pgsd-
2012.html. diakses pada tanggal 11 September 2013
2012.html. diakses pada tanggal 11 September 2013
Anonim.2011.http://khairinnisaedogawa.blogspot.com/2011/07/iad-
perkembangan-dan-pengembangan-ilmu.html. diakses pada tanggal 11
September 2013
perkembangan-dan-pengembangan-ilmu.html. diakses pada tanggal 11
September 2013
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, dengan senang hati menerima kritik, saran dan koreksi dari para pembaca,..