Rabu, 19 Juni 2013

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH



INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER 
DI SEKOLAH 






Disusun oleh:
Nama               : Ana Pangesti
NIM                : K5412008
Prodi               : Pendidikan geografi


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN  ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
  A.    Latar Belakang
Baik atau tidak karakter suatu suatu bangsa , dapat dilihat dari para pemudanya. Karena pemuda bangsa atau anak bangsa merupakan aset yang paling berharga bagi suatu bangsa, melebihi berharganya intan dan berlian.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencerdaskan suatu bangsa. Tidak semua pendidikan dapat membawa bangsanya menjadi bangsa yang maju dan mempunyai karakter. Pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang dapat mencerdaskan anak bangsa sekaligus mempunyai karakter. Supaya karakter juga tersampaikan kepada anak bangsa, maka internalisasi karakter di sekolah perlu di adakan disemua sekolah-sekolah.
Dalam proses internalisasi karakter dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Namun proses internalisasi ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, guru, siswa dan orangtua siswa.
Seperti yang kita ketahui, mananamkan karakter tidak dapat dilakukan secara instan atau hanya sekali saja. Penanaman ini perlu dilkukan secara terus-menerus secara berkesinambungan.
Internalisasi karakter di sekolah- sekolah diharapkan mampu mencetak anak bangsa yang cerdas dan berkarakter, serta memiliki nilai dan moral yang tinggi. Apabila hal ini sudah dapat dicapai, suatu bangsa akan menjadi teladan bagi bagi negara-negara lain.
Dengan menjadi negara teladan bagi negara-negara lain, negara tersebut yang bersangkutan akan menjadi pusat perhatian. Setelah menjadi bangsa yang menjadi pusat perhatian, halangan yang menjadi suatu bangsa untuk maju akan dengan mudah teratasi, karena mempunyai relasi yang banyak dari negara-negara lain.
  B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari karakter?
2.      Apakah pengertian dari pendidikan karakter?
3.      Bagaimana internalisasi karakter di sekolah?

  C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian karakter
2.      Mengetahui pengertian pendidikan karakter
3.      Mengetahui internalisasi karakter di sekolah

 
BAB II
PEMBAHASAN
   A.    Pengertian karakter
Character isn’t inherited, One builds its daily by the way one thinks and acts, thought by thought, action by action (Helen G. Douglas)
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dalam Disain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahun nilai kebaikan mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik.
Karakter menurut Sigmund Freud adalah :
“Charancher is a strivingg system which uderly behaviour”
Karakter diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang akan ditampilkan secara mantap.
Menurut Zainal Aqib dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter menyebutkan karakter harus diwijudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai instrinsik dalam diri kita, yang akan melandasi sikap dan perilaku kita. Tentu karakter tidak datang dengan sendirinya melainkan harus kita bentuk. Kita tumbuhkembangkan dan kita bangun secara sadar dan sederhana.
Antonin Scalia (seorang hakim tinggi di Amerika) mengatakan bahwa:
The only thing in the world not for sale is character
Karakter tidak dapat dibeli, padahal itu sangat penting dan diperlukan didalam menentukan arah dan tujuan hidup kita. dengan demikian karakter harus kita tumbuh kembangkan sendiri melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan. Semuanya dilandasi dengan kesadaran dan kemauan kuat untukmengembangkannya.
Scerenko (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental diri seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Sementara itu The Free Dictionary dalam situs onlinenya yang dapat diunduh secara bebas mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. karakter juga didefinisikan sebagai suatu deskripsi dari atribut, ciri-ciri atau kemampuan seseorang.
Robert Marine (1998) mengambil pendekatan yang berbeda terhadap makna karakter, menurut dia karakter adalah gabungan yang samar- samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan, yang membangun pribadi seseorang.
Menurut Muchlas dan Hariyanto (2011), memaknai karakter sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter tertanam pada diri seseorang karena dibentuk tahap demi tahap secara berkelanjutan. Karakter tidak dapat dibentuk hanya dalam hitungan hari. Namun, karakter dibentuk saat masih dalam kandungan. Setelah lahir karakter dibentuk dalam keluarga, orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Karena ketika masih anak-anak akan lebih mudah dalam membentuk karakter daripada ketika anak itu sudah beranjak dewasa.
Karakter mudah dibentuk saat dalam lingkungan keluarga belum ada pengaruh dari lingkungan luar. Ketika karakter terbentuk dalam keluarga, seorang anak tidak mudah terpengaruh ketika berada dalam lingkungan luar.
Pembentukan karakter disesuaikan dengan siapa yang dibentuk. Anak SD dengan SMP tidak diperlakukan sama dalam pembentukan karakter. Disesuaikan dengan umur dan perkembangan jaman.
   B.     Pendidikan Karakter
Winton (2010), pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya.
Burke (2001) pendidikan karakter merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental  dari pendidikan yang baik.
Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungannya dengan Tuhannya. Definisi ini dikembangkan dari definisi yang dimuat oleh Funderstading (2006). Departemen Pendidikan Amerika Serikat mendefinisikan pendidikan karakter sebagai berikut: “ pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan b
Berfikir dan kebiasaan berbuat yang dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, sahabat, tetangga, masyarakat, dan bangsa.” Menjelaskan pengertian tersebut dalam Brosur Pendidikan Karakter( Character Education brochure) dinyatakan bahwa: “ Pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memperdayakan siswa dan orang dewasa didalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan (citizenship), dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain.”
Lickona (1991) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana Lickona (2004) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untukmemperbaiki karakter para siswa. Sementara itu Alfie Kohn, dalam Noll (2006) menyatakan bahwa pada hakikatnya” pandidikan karakter dapat didefinisikan secara luas atau secara sempit. Dalam makna yang luas pendidikan karakter mencangkup hampir seluruh usaha sekolah diluar bidang akademisterutama yang bertujuan untuk membantu siswa tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik.dalam makna yang sempit pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis pelatihan moral yang merefleksikan nilai tertentu”.
Menurut Scerenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong,dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian ( sejarah dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi ( usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).
Sementara itu Arthur dalam makalahnya berjudul Tradisional Approaches to Character Education in Britain dan America (Nucci dan Narvaez, 2008), mengutip Anne Lockwood (1997) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematisbentuk perilaku dari siswa seperti ternyata dalam perkataanya: Pendidikan karakter didefinisikan sebagai setiap rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan mempengaruhi secara eksplisit nilai-nilai kepercayaan non-relativistik (diterima luas), yang dilakukan secara langsung menerapkan niilai-nilai tersebut.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa seharusnya berdampak pada watak/bangsa Indonesia. Fungsi ini amat berat untuk dipikul oleh pendidikan nasional, terutama apabila dikaitkan dengan siapa yang bertanggungjawab untuk keberlangsungan fungsi ini.
“Mengembangkan kemampuan” dapat dipahami peserta didik adalah manusia yang potensial dan dapat dikembangkan secara optimal melalui proses pendidikan. Artinya setiap layanan pendidikan yang ada di Indonesia harus di persepsi secara sama bahwa peserta didik itu memilki potensi yang luar biasa dan perlu difasilitasi melalui proses pendidikan untuk mengembangkan potensinya.
Dalam pendidikan karakter, kemampuan yang dikembangkan pada peserta didik melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan dan mengemban amanah sebagai pemimpin dunia.
“Membentuk watak ” fungsi ini mengandung makna bahwa pendidikan nasional harus diarahkan pada pembentukan watak.pendidikan yang berorientasi pada watak merupakan suatu hal yang tepat. Istilah dalam perlakuan watak disini perlu diperjelas, apakah watak itu harus “dikembangkan”, “dibentuk”, atau “difasilitasi”. Perspektif pedagogik, lebih memandang bahwa pendidikan itu mengembangkan /menguatkan/memfasilitasi watak bukan membentuk watak. Jika watak dibentuk, maka tidak ada proses pendidikan/pedagogik, yang terjadi adalah pengajaran.  Terjadinya proses pendidikan harus ada kebebasan peserta didik sebagai subjek didik, bukan sebagai objek.
Fungsi “peradaban bangsa”, dipahami bahwa pendidikan itu selalu dikaitkan dengan pembangunan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa. Pendidikan berfungsi untuk menjadikan manusia menjadi terdidik. Manusia terdidik akan menjadikan bangsa yang beradab. Bangsa yang beradab merupakan dampak dari pendidikan yang menghasilkan manusia terdidik.
Platform pendidikan karakter bangsa Indonesia telahdipelopori oleh tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang tertuang dalam tiga kalimat yang berbunya:
Ing ngarsa sung tuladha
Ing madya mbangun karsa
Tut wuri handayani
 Ing ngarsa sung tuladha  (Di depan memberikan teladan). Ketika berada di depan seorang guru memberikan contoh, teladan, dan panutan  kepada peserta didiknya. Karena guru adalah sebagai seorang yang terpandang dan terdepan atau berada di depan para peserta didiknya, guru senantiasa memberikan panutan-panutan yang baik sehingga dapat di jadikan teladan bagi para peserta didiknya.
Ing madya mbangun karsa (Ditengah membangun kehendak). Ketika berada di tengah seorang guru penyatu tujuan dan cita-cita peserta didiknya. Seorang guru diantara peserta didiknya berkonsolidasi memberikan bimbingan dan mengambil keputusan dengan musyawarah dan mufakat yang mengutamakan kepentingan peserta didik di masa depannya.
Tut wuri handayani (Di belakang memberikan dorongan). Guru yang memiliki makna “digugu lan ditiru”(dipercaya dan dicontoh) secara tidak langsung juga memberikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya. Oleh karena itu, profil dan penampilan guru seharusnya memiliki sifat-sifat yang dapat membawa peserta didiknya kearah pembentukan karakter yang kuat. dalam konteks ini guru berperan sebagai teladan peserta didiknya.
  C.     Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan peserta menjadi hal penting yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan proses internalisasi di sekolah.
Secara sederhana, Seifert & Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person’s growth, feelings, patterns of thinking, social relationships, and motor skills.” Sementara itu, Chaplin (2002)mengartikan perkembangan sebagai:
1.      Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati
2.      Pertumbuhan
3.      Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah kedalam bagian-bagian fungsional
4.      Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi  (2001), “perkembangan secara luas menu juk pada keseluruhan proses  perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Di dalam istilah perkembangan juga tercangkup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”
Dari beberapa pengertian perkembangan diatas menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa, perkembangan adalah pertumbuhan yang secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap pematangan melalui pertumbuhan, pemasakn dan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain:
1.      Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
Faktor –faktor di dalam diri yang berpengaruh terhadap perkembangan individu antara lain, bakat atau pembawaan, sifat-sifat keturunan, dorongan dan insting.
2.      Faktor-Faktor yang berasal dari luar diri individu
Diantara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah makanan, iklim, kebudayaan, ekonomi dan kedudukan anak dalam lingkungan keluarga.
Dalam menanamkan pendidikan karakter diperlukan pemahaman tentang perkembangan peserta didik. Seorang pendidik yang baik dapat memahami perkembangan peserta didiknya. Dengan mengetahui perkembangan peserta didiknya, seorang guru akan mudah dalam menyampaikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya.

   D.    Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 336).
Internalisasi diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standart tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian. Freud yakin bahwa superego, atau aspek moral kepribadian berasal dari internalisasi sikap-sikap parental (orang tua). (Chaplin, 2002 : 256).
Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi (Muhaimin, 1996 : 153), yaitu:
a.       Tahap Transformasi Nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh.
b.      Tahap Transaksi Nilai : Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.
c.       Tahap Transinternalisasi : Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif (Muhaimin, 1996 : 153).

Nilai-nilai yang diinternalisasikan adalah yang berkaitan dengan olah pikir (agar anak cerdas), olah hati (religius, jujur, bertanggung jawab), olahraga (bersihdan sehat), olah rasa dan karsa, peduli dan kreatif yang muaranya menuju nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter.

Proses internalisasi pendidikan karakter di sekolah tidak dapat dilakukan secara instan, namun secara bertahap sedikit demi sedikit dan dilakukan secara terus- menerus atau secara berkelanjutan. Dalam mengiternalisasi pendidikan karakter di sekolah-sekolah dapat dilakukan berbagai cara, tergantung dari sekolah tersebut dalam mengemasnya.

Contoh sekolah-sekolah yang menginternalisasikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya, diataranya:

1.      Sekolah Dasar Insan Teladan, Bogor

Program- program SD Insan Teladan yang sangat berpengaruh terhadap perubahan karakter adalah duduk hening, integrasi nilai kemanusiaan kedalam mata pelajaran, dan kelas integrasi khusus yang menghubungkan satu tema tertentu dengan banyak mata pelajaran.

Setiap pagi, sebelum memulai pelajaran seluruh siswa wajib mengikuti pelajaran, seluruh siswa wajib mengikuti kegiatan duduk hening. Seperti namanya, siswa diajak duduk tenang bersila. Dalam keadaan mata terpejam, mereka mengatur nafas sembari meresapi makna kalimat-kalimat yang diungkapkan guru pembimbing mereka. Acara ini berlangsung selama sekitar 10 menit.

Dalam duduk hening tersebut, siswa diminta menegakkan badan dan mengatur nafas  secara perlahan-lahan dan berkosentasi.

2.      MTs Negeri Kebumen 1

Salah satu sekolah menengah berbasis agama yang berada di kota Kebumen ini, menerapkan pendidikan karakter. Internalisasi pendidikan karakter pada sekolah ini melalui peraturan-peraturan baik tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Selain melalui peraturan, dilakukan  melalui para pendidiknya atau para guru dengan memasukan pendidikan karakter saat pelajaran, namun secara tersirat sehingga para peserta didik tidak menyadarinya.

Diantara proses internalisasi pendidikan karakter di MTs N Kebumen 1 adalah sebelum pelajaran dimulai berdoa terlebih dahulu dilanjutkan pembacaan juz amma. Hal ini dilakukan secara terus-menerus. Sehingga peserta didik akan terbiasa berdoa ketika hendak melakukan apapun. Ketika pelajaran guru disamping menyampaikan materi juga memberikan pendidikan karakter berupa nilai-nilai moral kehidupan yang diselipkan pada saat penyampaian materi.

Pendidikan karakter banyak disampaikan para guru kepada peserta didiknya. Dengan demikian para guru menjadi contoh para peserta didiknya.

3.      MAN Insan Cendekia Serpong

Sekolah yang berbasis agama ini, mananankan dan mengembangkan pendidikan karakter yang kuat. Kebiasaan yang ditanamkan para siswa MAN Insan Cendekia yang sudah menjadi karakter diantara adalah salam, senyum dan sapa. Karakter itu ditanamkan sejak awal masuk menjadi siswa MAN Insan Cendekia, setiap bertemu dengan teman, guru, CS atau siapa pun harus memberi salam, senyum dan menyapa.  Di awal-awal banyak siswa yang masih kaku karena belum terbiasa, namun seiring dengan berjalannya waktu dan di lakukan setiap hari, salam, senyum dan sapa  melekat kuat pada siswa. Tidak hanya di sekitar sekolah saja diluar sekolah ketika berada dilingkungan masyarakat karakter itu terbawa.

MAN Insan Cendekia merupakan sekolah yang menerapkan sekolah dengan wajib berasrama. Setiap siswa yang diterima sekolah disana wajib berasrama dan mematuhi semua peraturan yang ditetapkan. Pada sekolah ini terdapat peraturan-peraturan yang bertujuan untuk membentuk karakter siswanya.

Beberapa peraturan yang di tetapkan pada MAN Insan Cendekia  antara lain:

1.      Wajib mengikuti pembelajaran selama jam pelajaran berlangsung. Bagi siswa yang asben tidak mengikuti pelajaran, mudah untuk mengontrol keberadaan siswa tersebut karena termasuk lingkungan berasrama.

2.      Saat ulangan dilarang mencontek baik pekerjaan teman ataupun mencontek dari buku. Jika mencontek konsekuensinya nilainya nol (0). Sehingga siswa akan berfikir panjang dulu jika mau menyontek saat ulangan. Peraturan ini berhasil diterapkan di MAN Insan Cendekia. Peraturan ini membuat suasana saat ulangan berlangsung tenang, gurupun tidak perlu lagi menunggu siswanya yang sedang ulangan, karena nilai tidak mencontek sudah menjadi karakter yang membudaya. Guru sudah memberi kepercayaan kepada siswanya, begitupun siswanya memegang kapercayaan itu.

3.      Sebelum masuk jam pelajaran, semua siswa berkumpul dulu di depan asrama untuk melakukan apel pagi. Apel pagi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengecek apakah semua siswa sudah berangkat atau belum. Peraturan yang seperti ini demi membentuk karakter disiplin bagi siswa.

4.      Reguler atau izin keluar diberikan sekali setiap dua minggu dengan berselang seling laki-laki dan perempuan. Peraturan ini dibuat dengan tujuan agar para siswanya disiplin, dan mencegah pertemuan laki-laki dan perempuan.

5.      Menghormati orang yang lebih tua, dengan memberi salam jika bertemu, menyapa dan tersenyum.

6.      Setiap hari siswa ditanamkan karakter dengan wajib solat lima waktu bejamaah dimasjid. Jika melanggar peraturan itu akan mendapat sanksi yang sudah ditetapkan.

Selain internalisasi karakter seperti yang dicontohkan diatas dalam bentuk peraturan umumnya, proses internalisasi dapat dilakukan dengan menyelipkan saat pelajaran berlangsung tanpa siswa diketahui oleh para siswanya, jika sang guru sedang memberikan pendidikan karakter. Untuk contoh: ketika sedang pelajaran geografi, tugas guru selain menyampaikan materi juga memberikan pendidikan karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan.

Pendidikan karakter di sekolah memili tujuan sebagai berikut:
1.      Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2.      Mengoreksi perilaku peserta didik yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
3.      Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

 

BAB III
PENUTUP
   A.    Kesimpulan
Proses internalisasi pendidikan karakter disekolah-sekolah sangat penting dan diperlukan bagi peserta didik. Pendidik berperan penting dalam pendidikan karakter dengan didukung orang tua para peserta didik. Pendidikan karakter disesuaikan dengan tingkat sekolahnya. Diperlakukan sesuai dengan tingkatannya. Pendidikan karakter di sekolah-sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan karakter keluarga. Pendidikan karakter bersifat berkelanjutan dan dilakukan tahap demi tahap.


DAFTAR PUSTAKA

Samani, Muchlas dan hariyanto.2012.Konsep dan Model Pendidikan
            Karakter
.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 

Aqib, Zainal.2011.Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak
            Bangsa
.Bandung: Yrama  Widya

 

Desmita.2009.PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK.Bandung:

            PT Remaja Rosdakarya

 

Kesuma, Dharma; Triatna, Cepi; Permana, Johar.2011. Pendidikan Karakter.
           
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 

Asrori Ardiansyah.2011. Proses Internalisasi Nilai.
           
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/proses-internalisasinilai.html

 

Sutrisno, Agus.2012. Internalisasi Pendidikan Karakter.
           
http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/cetak/2012/02/20/17777
            7/Internalis
asi-Pendidikan-Karakter

 


Kamis, 30 Mei 2013

Kondisi Lingkungan Raja Ampat



MAKALAH
KONDISI GEOLOGI LINGKUNGAN RAJA AMPAT




Disusun oleh:
                                    Alief Bagas Oktavian                     K5412005          
                                    Ana Pangesti                                  K5412008
                                    Daryanti                                          K5412023
                                    Ganang Eko W                              K5412033
                                    Izmia Noor Afianinda                   K5412036
                                    Khamdiyah                                     K5412039



PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013


KATA PENGANTAR

                                                                           
            Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Maha Tinggi  yang telah melimpahkan berkat, rahmat serta kasih penyertaannya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Geologi Indonesia ini dengan lancar.
            Didalam  pembuatan  Makalah  ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak maka laporan ini dapat terselesaikan dengan maksimal. Maka dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Dosen pembimbing mata kuliah Geologi Indonesia
2.      Teman-teman yang telah membantu penyelesaian makalah ini dengan lancar.
Semoga amal kebaikan dari semua pihak yang telah penulis sebutkan akan mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
            Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kemajuan penulisan laporan ini.


                                                                                            Surakarta,  30 Mei 2013

                                                                                                          Penulis

PENDAHULUAN

            Secara geografis Kepulauan Raja Ampat terletak di Prosvinsi Papua Barat. Raja Ampat dinobatkan menjadi sebuah kabupaten pada tahun 2003 setelah sebelumnya masuk sebagai distrik atau salah satu kecamatan di Kabupaten Sorong. Raja Ampat sendiri  memiliki 610 pulau yang mana shanya terdapat sekitar 35 pulau yang sudah berpenghuni serta 4 pulau utamanya antara lain Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Misool dan Pulau Batanta.
            Kondisi daripada Kepulauan Raja Ampat yang amat begitu beragam dalam hal proses pembentukannya serta keberagaman geologinya. Keberagaman geologi sendiri dapat diaartikan atau didefinisikan sebagai suatu variasi bentukan-bentukan geologi yang meliputi batuan, mineral, fosil, air dan juga struktur geologi, bentang alam serta proses geologi.
Latar Belakang
            Kepulauan Raja Ampat adalah merupakan daerah yang memiliki kondisi geologi yang unik dan luar biasa. Bagaimana tidak, Kepulauan yang terdiri dari empat pulau utama, yakni Pulau Misool, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Waigeo ini terdsusun atas batuan-batuan karst yang mana karst sendiri adalah merupakan hasil dari pelapukan-pelapukan organisme bawah laut seperti kerang. Ini berarti pada zaman sebelum terbentuknya Kepulauan Raja Ampat, kondisi Raja Ampat adalah berada di dalam perairan yang kemudian terjadi pergerakan yang mengakibatkan timbulnya pengangkatan terhadap Kepulauan Raja Ampat hingga seperti sekarang ini.
            Keberadaan Kepualauan Raja Ampat merupakan cerminan yang menarik dri proses geologi yang panjang pad awal proses pembentukannya. Secara geologi, terbentuknya kepulauan Raja Ampat tidak terlepas dari prmbentukan Pulau Papua yang berada pada bagian tepi lempeng Indo-Australia. Hal ini tentu saja menjadi ketertarikan tersendiri untuk lebih mendalami keadaan atau kondisi Kepulauan Raja Ampat dari awal terbentuk hingga seperti sekarang ini.
Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah yang di ambil dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut :
-          Bagaimana proses daripada terjadinya atau terbentuknya Kepulauan Raja Ampat ?
-          Bagaimana kondisi Kepulauan Raja Ampat ?
-          Bagaimana struktur batuan (litologi) yang menyusun Kepulauan Raja Ampat ?


PEMBAHASAN


Proses Pembentukan
Kepulauan Raja Ampat terbentuk oleh pergerakan lempeng Pasifik dan pembentukan laut dalam sekitar 231-163 juta tahun lalu atau lebih tepatnya pada Zaman Jura. Pada sekitar 125 juta tahun yang lalu atau pada Zaman Kapur Akhir benua Australia bergerak menuju arah utara dan membentuk busur kepulauan (Supriatna, 1995). Gerakan lempeng India-Australia bergerak sekitar 8 cm/tahun kea rah utara-timur laut dan lempeng Pasifik bergerak sekitar 10 cm/tahun ke barat-barat laut yang kemudian membentuk Sesar Sorong yang membelah Pulau Batanta dan Pulau Salawati. Zona atau Kawasan terdiri dari Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Misool, Pulau Kofiau, Pulau Salawati, Pulau Sayang, Pulau Gag, Pulau Kawe, Pulau Gam, Pulau Manuran, Pulau Mansuar dan pulau-pulau kecil lainnya disekitar zona tersebut, serta juga beberapa selat yaitu, Selatdampier, Selat Sagawin dan Selat Bougainville serta teluk-teluk antara lain Teluk Mayalibit, Teluk Kabui, Teluk Lilinta, Teluk Tomolol dan Teluk Nukari. Kawasan tersebut dikelilingi oleh Laut Seram di sebelah selatan, Laut Halmahera di sebelah barat serta Samudera Pasifik di sebelah barat dan timur.
Kedalaman laut (batimetri) terdalam, yaitu lebih dari 200 meter, terletak atau terdapat di tengah-tengah laut lepas antara Pulau Waigeo, Kofiau dan Misool (Dishidros, 1992). Sedangkan laut antara Pulau Misool dengan Salawati dan pulau-pulau disekitarnya memiliki kedalaman kurang dari 200 meter, sedangkan laut di sekitar Pulau Waigeo pada daerah teluk berkisar antara 3 hingga 55 meter dan pada daerah tanjung yang bertebing kedalamannya dapat mencapai 118 meter.


Karakteristik Pantai
Berdasarkan karakteristik pantai yang berupa kenampakan bentuk, lereng, batuan penyusun, relief serta proses-proses geodinamis yang terjadi, pantai Raja Ampat dibagi menjadi :
1)      Pantai Berpasir ; dicirikan dengan relief yang rendah, melengkung halus, pasir halus hingga kasar, pecahan cangkang kerang, karonat, berwarna putih, ditumbuhi oleh terumbu karang dan proses sedimentasi yang dominan. Tipe pantai seperti ini ditemukan di kampung-kampung antara Saonek, Waisai, Urbiansopen, Kapadiri, Selpele, Mutus dan Arborek di Pulau Waigeo serta Waigama, Atkari, Tomolol dan Lilinta di Pulau Misool.
2)      Pantai Bertebing ; dicirikan dengan relief sedang-tinggi, batu gamping putih, batuan beku basal, masif dan keras. Tinggi tebing dimulai dari 2 meter hingga 100 meter dengan kemiringan 20% hingga terjal. Proses geodinamis yang terjadi adalah pengangkatan, patahan, karstifikasi serta abrasi. Daerah pantai seperti ini dominan terdapat di Pulau Waigeo dan sekitarnya memanjang dari Teluk Kabui, Teluk Mayabilit, daerah antara Urbinasopen hingga Selpele dan juga dominan mengelilingi Pulau batanta, Pulau Batangpele, Pulau Kawe, Pulau Gag, Pulau Mansuar, Pulau Misool bagian selatan.
3)      Pantai Berlumpur ; dicirikan dengan relief rendah, berbentuk bersifatt deltaic, tersusun atas lumpur, lempung pasiran, organik, berwarna coklat hingga hitam, lunak dan basah. Pantai yang seperti ini antara lain ditemukan di Kalitoko di teluk Mayabilit, Kabare di Pulau Waigeo dan pantai antara Waigama hingga Atkari di Pulau Misool. Pada pantai yang seperti ini yang dominan adalah proses pengendapan serta hutan mangrove.
4)      Pantai Kerikil Pasiran ; dicirikan dengan relief yang rendah hingga sedang, tipe pantai berteluk dan bertanjung, batuan tersusun atas kerikil, pasir halus hingga kasar, batuan beku, berwarna hitam  keabu-abuan dan terletak tersebar di kaki perbukitan gunungapi purba. Tipe pantai ini dapat ditemukan di daerah Yensawai, Arefi dan Wailebet di Pulau Batanta dan Kalyam di Pulau Salawati.


Geomorfologi
Geomorfologi merupakan bentangalam mulai dari garis pantai hingga perbukitan di daratan diperlihatkan dalam bentuk kemiringan lereng, geometri, batuan, iklim dan curah hujan serta aktifitas dari manusia. Berdasarkan geomorfologinya, Raja Kepulauan Ampat dapat dibagi menjadi :
1)      Satuan Daratan Alluvial ; terdiri dari dataran pantai, rawa dan sungai. Kemiringan lereng kurang dari 15%, batuan tersusun atas lempung, lanau, pasir dan kerikil. Elevasi 0-10 meter, relief relief rendah, proses yang dominan adalah sedimentasi. Penggunaan lahan pada umumnya untuk permukiman serta ditumbuhi bakau. Dataran ini dapat ditemukan di Saonek, Waisai, Urbinasopen, Lamlam, Selpele, Mutus dan Arborek di Pulau Waigeo dan sekitarnya, Yensawai dan Arefi di Pulau Batanta, serta Waigama, Atkari, Tomolol dan Lilinta di Pulau Misool.
2)      Satuan Topografi Karst ; terdiri dari batuan batu gamping, terumbu karang dan kalkarenit. Kemiringan lereng sekitar 8% hingga terjal. Elevasi 0-650 meter, relief kasar, membulat, terdapat rekahan, celahan, gua-gua, sungai bawah tanah dan dolina-dolina. Proses alam yang terjadi adalah pengangkatan, patahan, karstifikasi. Pada beberapa tempat terdapat sungai bawah tanah antara lain Sungai Werabia di Pulau Waigeo dan Sungai Wartandip di Pulau Batanta. Pola antar sungai saling sejajar dan hanya berair ketika musim hujan. Tutupan lahan pada umumnya hutan lebat seperti di Pulau Waigeo sekeliling Teluk Mayalibit, Pulau Gam, Pulau Batanta dan bagian tengah dan timur dari Pulau Misool serta pulau-pulau kecil lainnya.
3)      Satuan Perbukitan Batuan Beku ; terdiri dari batuan ultrafamik yang bersifat palagos dan retas, kemiringan lereng 30% hingga terjal. Elevasi 0-920 meter, relief tingi, mempunyai gawir terjal. Proses goedinamis dominan yag terjadi adalah patahan, erosi serta pelapukan. Lahan gersang dan tidak tertutup oleh vegetasi. Penyebaran meluas pada bagian utara Waigeo, Pulau Kawe, Pulau Gag, Pulau Batang Pele dan Pulau Manyaifun.
4)      Satuan Perbukitan Rendah Hingga Tinggi ; terdiri dari batuan sedimen dan interusi gunungapi. Kemiringan lereng 8% hingga lebih dari 30%, elevasi 0-500 meter, bentangalam bergelombang, relief rendah hingga kasar. Proses geodinamis yang paling dominan terjadi adalah patahan, erosi serta pelapukan intensif. Tersebar di Pulau Batanta, Pulau Misool bagian selatan dan Pulau Kofiau.


Tanah
Tanah merupakan hasi dari pelapukan batuan dan endapan transportasi yang terdapat pada bagian atas dari batuan (Top Soil). Hasil pelapukan dapat diklasifikasikan menjadi lapuk ringan, sedang dan lanjut. Tanah di Kepulauan Raja Ampat dapat dibagi menjadi beberapa jenis :
1)      Pasir Kerikil ; terdiri dari batuan gamping. Mempunyai vegetasi mengisi celahan batuan. Ketebalan 0-20 cm, ikatan semen terdiri dari pasir kerikil, berwarna coklat kekuningan, bersifat lepas-lepas, porositas sedang, daya dukung baik. Tersebar di sekeliling Teluk Mayalibit di Pulau Waigeo, Pulau Gam, Pulau Batanta dan bagian tengah dan timur dari Pulau Misool.
2)      Pasir Pantai dan Sungai ; berwarna putih dan hitam, berukuran halus sampai kasar, kerikil, bersifat lepas-lepas, porositas tinggi, terdapat cangkang kerang, mengandung karbonat, kuarsa dan batuan beku. Daya dukung sedang. Tersebar di permukiman-permukiman Saonek, Waisai, Urbinasopen, Lamlam, Selpele, Mutus dan Arborek di Pulau Waigeo dan sekitarnya, Yensawai dan Arefi di Pulau Batanta, Waigama, Atkari, Tomolol dan Lilinta di Pulau Misool.
3)      Lempung Lanauan Pasiran ; merupakan tempat terdapatnya substrat hutan rawa dan mangrove, berwarna hitam, lunak, plastisitas tinggi, mengandung bahan organic, berbau, jenuh air, bersifat tanah gambut dan daya dukung rendah. Penyebarannya terdapat disekitar garis pantai dan muara-muara sungai seperti Teluk Mayabilit, Lamlam dan Selpele di Pulau Waigeo, Yensawai di Pulau Batanta, Deer di Kofiau serta Waigama dan Usaha Jaya di Pulau Misool.
4)      Pasir Lempungan ; merupakan pelapukan lanjut dari batuan beku basa, serpentinit, rinjang, berwarna coklat kuning kemerahan, porositas sedang, tebal 0,5 sampai 20 meter. Lahan terlihat gersang vegetasi. Tersebar di bagian utara Pulau Waigeo, Pulau Kawe, Pulau Gag, Pulau Batangpele dan Pulau Manyaifun.
5)      Lempung Lanauan ; dicirikan dengan warna coklat kekuningan, lunak sampai agak padat, porositas sedang hingga tinggi, tebal antara 1 hingga 10 meter, tufaan, fragmen pecahan batu gamping, daya dukung sedang hingga baik. Lahan ditutupi hutan lebat. Tersebar di Waisai, Warsamdin, Urbinasopen di Pulau Waigeo dan meluas di Lilinta, Gamta, dan Usaha Jaya di Pulau Misool.
6)      Pasir Kerikilan bongkah ; merupakan produk dari batuan gunungapi, warna coklat tua, agak padat, porositas sedang hingga tinggi, tebal antara 1 hingga 5 meter, tufaan, breksi vulkanik, fragmen batuan beku, daya dukung sedang hingga baik. Tersebar di Pulau Batanta.


Batuan
Pengelompokkan batuan didasarkan atas survey tinjau (2006) dan disebandingkan dengan peneliti terdahulu yaitu Rusmana (1989), Amri (1990) dan Supriatna (1995). Berdasarkan studi aini penyeban dari batuan di pulau-pulau Raja AMpat dibagi menjadi:
1)      P. Kofiau, Batanta, Salawati dan sekitarnya, dimana pada pulau-pulau tersebut tersusun atas endapan Aluvium dan litoral, endapan danau. Kelompok batugamping Waigeo, Kais, Klamogun, Sagawin, Dayang, Koor dan Faumai. Batuan gunungapi Dore dan Batanta. Batuan konglomerat Sele dan Asbakin. Batuan ultramafik Sesar Sorong. Breksi Yefman. Formasi Klasaman, Klasafet, Arefi. Batupasir Formasi Sirga. Serpih Formasi Saranami, Waiyar, Tamrau dan Kemum. Ofiolit Gag. ArokosaKelompok Aifam. Granit Melariurna.
2)      P. Waigeo dan sekitarnya, pada beberapa pulau di sana tersusun atas batuan alluvium. Konglomerat Aneka Bahan dan Formasi Lamlam. Batugamping Waigeo, Puri dan Terumbu. Arkosa Formasi Yeben. Batulanau Rumai dan Tanjnng Bomas. Batuan gunungapi. Batuan Ultarmik.
3)      P. Misool dan sekitarnya, pada pulau ini tersusun atas batuan alluvium litoral. Betugamping Atkari, Openta, Zaag, Facet, Demu, Bogal. Anggota Batunapal Lios. Batupasir Daram. Batulanau Formasi Fafanlap. Formasi Serpih Keskain, Serpih Lilinta dan Yefbi. Batu Malihan Ligu.

Air Tanah
Air tanah adalahh air yang terdapat di bawah permukaan tanah. Berdasarkan keberadaannya air tanah di Kepulauan Raja Ampat dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu air tanah bebas, tertekan dan mata air.
1)      Air tanah bebas
Dapat dilihat pada sumur-sumur penduduk. Muka air tanah berkisar antara 0,5 hingga 2m di bawah muka tanah setempat. Ketebalan kolom air sekitar 0,5 hingga 1m. kualitas baik, berwarna bening dan terasa tawar. Air tanah bebas terdapat di beberapa daerah seperti Saonek, Waisai, Yensawai, Arefi di Pulau Batanta dan Waigana, Atkari, Tomolol dan Lilinta di Pulau Misool.
2)      Air tanah tertekan
Hingga saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti bagaimana karakteristik air tanah tertekan ini. Dan masih belum diketahui pula data sekunder sehingga kita perlu adanya penelitian khusus tentang potensi air tanah.
3)      Mata Air
Adalah air tanah yang keluar ke permukaan tanah karena akuifer terpotong oleh topografi. Mata air ini ditemukan pada batas antara pelapukan tanah dengan batuan dasar. Beberapa mata air terdapat di Kabare, Warsamdin di Pulau Waigeo dan Kaliam di Pulau Salawati.
                           
Struktur Geologi
Tekanan tumbukan antara lempeng Indo-Australia denga lempeng Pasifik menghasilkan patahan dan lipatan yang disertai dengan pengangkatan serta penurunan. Hal ini terjadi pada Zaman Kapur akhir atau 125 juta tahun yang lalu. Proses Geologis ini terlihat jelas disekitar Teluk Mayalibit di Pulau Waigeo dan Teluk Tomolol hingga Teluk Lilinta di Pulau Misool yang dicirikan dengan kelurusan bukit-bukit, tebing dengan dinding yang terjal, retakan dan celahan batuan serta pulau-pulau kecil yang terpotong batuannya. Patahan-patahan ini merupakan jalan air masuk ke dalam batuan masif sehingga terbentuk cadangan air tanah dan juga tempat tumbuhnya tanaman. Tetapi patahan ini juga menjadi zona yang lemah dan retakan dimana batuan dapat bergerak.

Pengankatan, Penurunan dan Pelapukan
Di Pulau Waigeo, Pulau Kofiau, Pulau Misool dan  pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya terdapat batuan laut dan juga fosil terumbu karang yang muncul menjulang ke atas daratan dan membentuk bukit-bukit. Cekungan yang ada yaitu Cekungan Salawati yang mengandung hidrokarbon terbentang dari ujung Pulau Papua di sekitar kepala burung, Pulau Salawati hingga lepas pantai utara Pulau Misool. Sedangkan pelapukan dipengaruhi oleh kondisi iklim, cuaca serta sifaat mineral batuan dasar. Pelapukan yang khas terjadinya endapan Nikel yang bernilai ekonomi tinggi yang berasal dari endapan laterit dari batuan beku ultra basa dengan ketebalan mencapai 20 meter. Tanah pelapukan ini pula merupakan media yang baik bagi tanaman sehingga dapat tumbuh subur.

Kegempaan
Pergerakan subduksi lempeng Indo-Australia yang menyusup lempeng Pasifik menjadikan atau menyebabkan wilayah Kepulauan Raja Ampat sebagai zona sumber gempa bumi lajur penunjaman Indonesia Timur. Besarnya intensitas atau tingginya tingkat kerusakan akibat gempa bumi sangat bergantung kepada jarak tempat tersebut terhadap sumber gempa bumi serta kondisi dari geologi setempat.



PENUTUP
           
            Berdasarkan telaah-telaah tentang geologi Kepulauan Raja Ampat, maka dapat disimpulkan bahwa :
1)      Kepulauan Raja Ampat terbentuk oleh pergerakan lempeng Pasifik dan pembentukan laut dalam sekitar 231-163 juta tahun lalu atau lebih tepatnya pada Zaman Jura.
2)      Kepulauan Raja Ampat terbentuk karena adanya pergerakan tektonik dari lempeng Indo-Australia yang bertemu dengan lempeng Pasifik.
3)      Struktur batuan atau kondisi batuan yang dominan yang terdapat pada Kepulauan Raja Ampat pada umumnya terdiri dari batu gamping atau karst dan memiliki tebing-tebing yang curam yang disebabkan karena proses abrasi terhadap batuan kapur.
4)      Secara geografis, letak dari Kepulauan Raja Ampat adalah berada diantara pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik sehingga Kepulauan Raja Ampat merupakan daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

-          Anonim.2006. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Irian Jaya Barat. Waigeo: Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten Raja Ampat.
-          http://misteriusnya.blogspot.com/2012/07/sejarah-terbentuknya-pulau-papua.html?m
-          http://geologialampapua.blogspot.com/2010/13/12/kondisi-geologi-raja-ampat.html!r
-          Anonim.2004. Keunikan Kepulauan Raja Ampat. General Pustaka. Surabaya
-          http://www.keberagamangeologirajaampat.blogspot.com/2009/07/keunikan-fisiografis-raja-ampat.html