Tampilkan postingan dengan label SM 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SM 2. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Oktober 2013

Analisis Bengawan Solo



ANALISIS BENGAWAN SOLO




Disusun oleh:
Nama               : Ana Pangesti
NIM                : K5412008
Prodi               : Pendidikan geografi


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN  ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN 2013

BENGAWAN SOLO

A.    Kondisi Sungai Bengawan Solo
Sungai Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah krang lebih 12% dari seluruh wilayah Pulau Jawa yang merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa. Sungai ini sebagai sumber air yang sangat potensial bagi usaha-usaha pengelolaan dan pengembangan sumber daya air (SDA), sungai Bengawan Solo digunakan untuk kebutuhan domestik, air baku air minum dan industri, irigasi dan lain-lain.
Luas keseluruhan sungai Bengawan Solo kurang lebih 19.778 km2 yang terdiri dari empat Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo dengan luas 16.100 km2 , DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan seluas 1.517 km2, DAS kecil dikawasan pantai utara seluas 1.441 km2 dan DAS Kali Lamong seluas km2 .
DAS Bengawan Solo merupakan Das terluas di sungai Begawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Begawan Solo Hilir. Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing 6.072 km2 dan 3.755 km2 . Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung  berbentuk kerucut yaitu Gunung Merapi (2.914 m), Gunung Merbabu (3.142 m) dan Gunung Lawu (3.265 m), sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo Hilir adalah 6.273 km2  .
Secara administratif sungai Bengawan Solo mencangkup 17 kabupaten dan tiga kota. Tujuh belas kabupaten meliputi, Boyolali, Sukaharjo, Wonogiri, Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Pacitan. Sedangkan tiga kota yaitu kota Surakarta, Madiun dan Surabaya.
Untuk pengelolaan sumber daya air,  maka dibuat suatu kebijakan yang ditetapkan dalam pengelolaan sungai Bengawan Solo, yaitu:
1.      Memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, pengelolaan kuantitas dan kualitas air untuk menjamin ketersediaan air baik untuk saat ini maupun masa datang.
2.      Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir dilakukan dengan pendekatan konstruksi dan non-konstruksi.
3.      Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air memerlukan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan.
a.       Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Sungai Bengawan Solo
Perubahan Bengawan Solo secara alami. Dahulu aliran sungai Bengawan Solo ini keselatan dan sekarang mengalir ke utara. Perubahan aliran sungai bengawan solo ini diperkirakan terjadi sekitar 2 atau paling tidak sejuta tahun lalu.
Sebelumnya arah aliran sungai Bengawan Wonogiri Solo ini mengalir ke arah selatan. Sungai ini bermuara di Samodra Hindia Indonesia. Proses tektonik tentunya sejak dulu juga ada. Lempeng Indo-Australia di sebelah kanan (selatan) ini menabrak dan menghunjam ke bawah Pulau Jawa.
Karena adanya kerak Indo-Australia menghunjam kebawah dan menybabkan bagian pinggir (bag selatan) Pulau Jawa akan terangkat. Sehingga lama kelamaan aliran air permukaan yg melalui sungai akan terganggu. Sampai akhirnya ketika pengangkatannya sudah cukup tinggi, maka airpun tidak dapat mengalir ke arah selatan, dan “berbalik” ke utara. Saat ini kita hanya dapat mengamati adanya endapan-endapan sungai Bengawan Wonogiri Solo purba.
b.      Kondisi Hulu, Tengah dan Hilir Sngai Bengawan Solo
Wilayah hulu sungai Bengawan Solo berada dikawasan wonogiri dan ponogoro dan kawasan wonogiri terdapat bendungan waduk gajah mungkur sebagai pengendalian banjir, irigasi untuk kepentingan pembangunan pertanian. Kawasan hulu bengawan ini dikembangkan menjadi lahan pertanian. Wilayah hulu sungai bengawan banyak dijumpai tebing-tebing sungai yang curam dampak eksplorasi pertanian yang merajalela berakibat sering terjadi erosi dan banjir.
Wilayah tengah sungai bengawan berupa DAS sungai Bengawan yang dipadati pemukiman penduduk dan perkotaan modern. Pada daerah tengah sungai ini seringkali terjadi banjir setiap musim hujan menerjang kota-kota dipesisir bengawan.
Wilayah hilir atau muara /delta sungai bengawan Solo juga menjadi pemukiman padat penduduk hingga membentuk kota-kota delta dipulau jawa yakni kota Bojonegoro, tuban, lamongan dan gresik sebagai muara sungai bengawan. Wilayah muara sungai bengawan solo dewasa ini sering terjadi langganan banjir akibat meluapnya sungai bengawan terutama kota bojonegoro, tuban, lamongan setiap musim hujan tiba tiap tahunnya karena pendangkalan.
B.     Pemanfaatan Sungai Bengawan Solo
Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006 Juni 2006, wilayah sungai Bengawan Solo dikategorikan sebagai wilayah sungai lintas propinsi pada penilaian:
1.      Wilayah sungai Bengawan Solo adalah wilayah sungai lintas propinsi, yaitu berada di wilayah propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2.      Ukuran dan besarnya potensi sumber daya air yang tersedia, ketersediaan air sebesar 18,61 milyar km2 .
3.      Banyaknya sektor yang terkait dengan sumber daya air wilayah sungai Bengawan Solo jumlah penduduk mencapai 16,03 juta jiwa pada tahun 2005.
4.      Besarnya dampak sosial, lingkungan dan ekonomi terhadap pembangunan nasional.
5.      Basarnya dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan regional.
Wilayah sungai Bengawan Solo yang dipandang sebagai wilayah sungai lintas propinsi, maka pengelolaan sumber daya air berada di dalam kewenangan Pemerintah Pusat. Meskipun demikian, pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai Bengawan Solo tetap memperhatikan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya di sekitarnya, yang telah dikompilasi dalam RTRW provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagai berikut:
Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah kerusakan fungsi lingkunagan. Sedangkan pengelolaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, menjaga kelestarian lingkungan serta menghadiri konflik pemanfaatan ruang.
a)      Kawasan Perlindungan Bawahan
Kawasan perlindungan bawahan diperuntukan untuk menjamin terselenggaranya fungsi lindung hidrologis bagi kegiatan pemanfaatan lahan. Kawasan ini meliputi kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.
b)      Kawasan Suaka Alam
Beberapa sub kawasan termasuk di dalam kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, suaka alam laut dan perairan, kawasan pantai berhutan bakau, taman wisata serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
c)      Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam, diantaranya kawasan rawan banjir, rawan bencana longsor, rawan bencana gunung berapi dan rawan bencana gempa.
Kawasan rawan bajir adalah tempat-tempat yang setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan normal. Kawasan banjir terdapat di kabupaten Sragen dan kaupaten Blora.
Kawasan rawan bencana longsor merupakan wilayah yang kondisi permukaan tanahnya mudah longsor karena terdapat zona yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah. Wilayah kawasan yang rawan bencana longsor diaantaranya pada lereng timur gunung merbabu dan lereng timur gunung merapi di kabupaten Boyolali.
Kawasan rawan bencana gunug berapi merupakan wilayah sekitar puncak gunung berapi yang rawan terhadap luncuran gas beracun, lahar panas dan dingin, luncuran awan panas dan semburan api, dan tempat lalunya tumpahan benda-benda lain akibat letusan gunung berapi. Lokasi kawasan ini di sekitar gunung lawu, gunung liman dan gunung wilis.
Kawasan rawan becana gempa yaitu kawasan yang berpotensi dan rentan terkena gempa, lokasi kawasan ini di kabupaten Boyolali, Ngawi, Maagetan, Madiun dan Ponorogo.
Selain pemanfaatan diatas, sungai Bengawan Solo juga dapat digunakan sebagai:
·         Jalur Transportasi dan Tempat Rekreasi. Aliran air tenang, tepi sungai masih ada tumbuhan-tumbuhan dan pohon-pohon besar.
·         Untuk mengairi ribuan hektar sawah disepanjang aliran sungai.
·         Sebagai penyuplai air baku untuk kebutuhan setiap hari, air industri dan sebagai sarana PLTA (PLTA Gajah Mungkur Wonogiri).
Sungai Bengawan Solo mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat disekitarnya, selain sebagai sumber kehidupan, sungai ini berfungsi sebagai Tempat Tujuan Wisata. Hal ini dikarenakan oleh keindahan pemandangan alam yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong untuk menyusuri sungai. Selain sebagai tempat wisata, sungai Bengawan Solo juga dimanfaatkan masyarakat untuk mengairi ribuan hektar sawah disepanjang aliran sungai. Sungai ini juga menyuplai air baku untuk kebutuhan setiap hari, air industri dan sebagai sarana PLTA (PLTA Gajah Mungkur Wonogiri ). Pemanfaatan Sungai Bengawan Solo, tampaknya sudah mencapai tingkat pengembangan, hal ini dapat di lihat dengan adanya bangunan perairan seperti bendungan, bendung, tanggul, jaringan irigasi. Pengembangan tersebut memperoleh manfaat yang besar yakni:
Ă˜  Pengendalian banjir untuk periode ulang 10 tahunan dan 5 tahunan.
Ă˜  Penyediaan air irigasi
Ă˜  Pembangkit energi listrik
Ă˜  Penyediaan air minum
Ă˜  Penyediaan air baku untuk industri
Ă˜  Perikanan waduk dengan sistem tebar bebas
Ă˜  Potensi pariwisata dan olahraga.

C.    Permasalahan di Sungai bengawan Solo
Bengawan solo termasuk sungai besar yang idealnya memiliki lebar 300 meter, namun kondisi saat ini lebar sungai hanya 160-180 meter. Hal ini karena sungai tersebut mengalami permasalahan. Pinggiran sungai di hulu Bengawan Solo yang kemiringannya 30-40 persen kini menjadi lahan pertanian, hampir tidak ada lahan yang tersisa untuk hutan atau daerah resapan yang penting untuk kelestarian sumber mata air Bengawan Solo. 
Daerah sempadan Bengawan Solo yang luasnya mencapai 1,9 juta hektare, kini hilang karena dihuni oleh 7,1 jiwa. Dari jumlah penduduk yang mendiami sempadan Bengawan Solo. Karena kurangnya pengetahuan penduduk terhadap kelestarian lingkungan Bengawan Solo, mereka tak peduli dan merusak sungai terbesar di Pulau Jawa itu. Dari 1,9 juta hektare luas sempadan sungai, 1,13 juta hektare di antaranya dipakai untuk lahan pertanian.
Bengawan Solo meluap setiap musim hujan. Penyebabnya diantaranya, aliran sungai mulai dangkal karena ada sedimentasi dari lahan pertanian dan hilangnya sempadan sungai menyebabkan air hujan yang jatuh, langsung menuju sungai. Padahal, jika sempadan itu asli (berupa hutan), jatuhan air hujan tak langsung menyentuh permukaan tanah. Hujan mengenai daun pepohonan, lalu jatuh ke tanah, dan diserap akar-akar pohon. Akar-akar pohon ini, di samping bisa menyimpan air hujan (menghambat banjir), juga dapat memasok air untuk Bengawan pada musim kemarau.
Pada sepanjang hulu dan sempadan Bengawan Solo terjadi erosi. Hal ini di sebabkan karena pada sungai bengawan solo marak berbagai penambangan pasir, terutama yang diusahakan secara besar-besaran dengan mesin penyedot. Lubang-lubang besar di dalam sungai menyebabkan ketidakstabilan tebing yang menimbulkan longsor. (Sumber: Harian Republika, Sabtu 14 Maret 2009)
Beberapa permasalahan yang terjadi di wilayah sungai Bengawan Solo, diantaranya:
1.      Kerusakan Ekologi Sungai Bengawan Solo
Akhir - akhir  ini terjadi pendangkalan sungai akibat adanya penggelontoran lumpur, endapan yang masuk cukup besar sehingga menutup rongga-rongga. Hal ini menjadikan debit air menjadi tidak stabil. Saat ini, sungai Bengawan Solo layaknya sebagai tempat pembuangan sampah yang paling praktis. Adanya pencemaran sungai Bengawan Solo dalam kondisi yang parah. Aktivitas perindustrian memberikan dampak negatif terjadinya pencemaran sungai. Pembuangan limbah beracun kesungai mengakibatkan sungai tidak layak dikonsumsi dan membunuh organisme yang ada di dalamnya.
Akibat pendangkalan di kawasan muara bengawan, dapat merambah hingga hutan bakau dan hutan bakaupun akan menjadi dangkal, ini akan menyebabkan kematian bagi biota sungai (ikan, udang) yang tidak mempunyai tempat berlindung.
Jika terus berlanjut, kawasan akan menjadi delta atau tanah timbul. Akibatnya selain ekosistem hancur, dampak besarnya dapat terjadi sengketa. Semakin terjadinya pendangkalan sungai berakibat luapan air sungai yang berpotensi banjir pada musim hujan dengan curah hujan tinggi.
2.      Sedimentasi Sungai Bengawan Solo
Hasil studi penanganan sedimentasi yang dilakukan Japan International Cooperation Agency (JICA) dikatahui bahwa rata-rata sedimen tahunan dalam periode 1993-2004 sebesar 3,18 juta m3 (Mahyaya).
Sumber sedimentasi itu berasal dari erosi permukaan tanah, penebangan pohon di daerah tangkapan air, dan kerusakan DAS yang merupakan lahan pasang surut.
Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang tersangkut ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air atau angin (Arsyad, 1983). Proses hidrologi secara langsung dan tidak langsung akan berhubungan dengan terjadinya erosi, transportasi sedimen, deposisi sedimen di daerah hilir, serta mempengaruhi karakter fisik, biologi, dan kimia. Terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor iklim (intensitas hujan, topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah, dan tata guna lahan
3.      Delta Sungai Bengawan Solo
Delta Sungai Bengawan Solo berada di daerah Sedayu wilayah kabupaten Gresik. Pada Delta ini sengaja dibuat kanal oleh manusia, tepatnya sejak zaman Hindia Belanda. Delta Bengawan Solo ini menghasilkan sedimentasi sebanyak 17 juta ton lumpur per tahun.
Delta Pangkah merupakan salah satu hasil modifikasi sungai Bengawan Solo di bagian hilir.
Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk mengindari pendangkalan di selat Madura. Endapan dibawa oleh aliran Bengawan Solo dari ujung hingga hilir. Delta buatan yang merupakan hasil rekayasa yang berada di sebelah utara kota Gresik. Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk mengindari pendangkalan di selat Madura. Delta tersebut bernama Delta Pangkah karena berada di wilayah administratif Desa Ujung Pangkah.

SUMBER :

Resma.2013. DEFINISI, PERMASALAHAN, DAN KARAKTERISTIK SUNGAI DI
                 INDONESIA
. http://resmakurosaki12.blogspot.com/2013/04/definis-. 
                 permasalahan-dan-karakteristik.html

Sunny.2013.DELTA SUNGAI BENGAWAN SOLO (DELTA MUARA UJUNG
                  PANGKAH
.http://blogs.unpad.ac.id/sannytriutami/2013/05/29/delta-.
                 sungai-bengawan-solo-delta-muara-ujung-pangkah/

Anonim. PROFIL DAS BENGAWAN SOLO. . http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/Profil%20DAS%20Bengawan%20Solo.PDF

Anny, Batty.2012. MENGENAL KEKAYAAN INDONESIA (SUNGAI
                  BENGAWAN SOLO).
                  
 http://anybatty.blogspot.com/2012/11/mengenal-kekayaan-
                  indonesia-sungai_11.html

Rabu, 19 Juni 2013

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH



INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER 
DI SEKOLAH 






Disusun oleh:
Nama               : Ana Pangesti
NIM                : K5412008
Prodi               : Pendidikan geografi


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN  ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
  A.    Latar Belakang
Baik atau tidak karakter suatu suatu bangsa , dapat dilihat dari para pemudanya. Karena pemuda bangsa atau anak bangsa merupakan aset yang paling berharga bagi suatu bangsa, melebihi berharganya intan dan berlian.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencerdaskan suatu bangsa. Tidak semua pendidikan dapat membawa bangsanya menjadi bangsa yang maju dan mempunyai karakter. Pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang dapat mencerdaskan anak bangsa sekaligus mempunyai karakter. Supaya karakter juga tersampaikan kepada anak bangsa, maka internalisasi karakter di sekolah perlu di adakan disemua sekolah-sekolah.
Dalam proses internalisasi karakter dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Namun proses internalisasi ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, guru, siswa dan orangtua siswa.
Seperti yang kita ketahui, mananamkan karakter tidak dapat dilakukan secara instan atau hanya sekali saja. Penanaman ini perlu dilkukan secara terus-menerus secara berkesinambungan.
Internalisasi karakter di sekolah- sekolah diharapkan mampu mencetak anak bangsa yang cerdas dan berkarakter, serta memiliki nilai dan moral yang tinggi. Apabila hal ini sudah dapat dicapai, suatu bangsa akan menjadi teladan bagi bagi negara-negara lain.
Dengan menjadi negara teladan bagi negara-negara lain, negara tersebut yang bersangkutan akan menjadi pusat perhatian. Setelah menjadi bangsa yang menjadi pusat perhatian, halangan yang menjadi suatu bangsa untuk maju akan dengan mudah teratasi, karena mempunyai relasi yang banyak dari negara-negara lain.
  B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari karakter?
2.      Apakah pengertian dari pendidikan karakter?
3.      Bagaimana internalisasi karakter di sekolah?

  C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian karakter
2.      Mengetahui pengertian pendidikan karakter
3.      Mengetahui internalisasi karakter di sekolah

 
BAB II
PEMBAHASAN
   A.    Pengertian karakter
Character isn’t inherited, One builds its daily by the way one thinks and acts, thought by thought, action by action (Helen G. Douglas)
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dalam Disain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahun nilai kebaikan mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik.
Karakter menurut Sigmund Freud adalah :
“Charancher is a strivingg system which uderly behaviour”
Karakter diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang akan ditampilkan secara mantap.
Menurut Zainal Aqib dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter menyebutkan karakter harus diwijudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai instrinsik dalam diri kita, yang akan melandasi sikap dan perilaku kita. Tentu karakter tidak datang dengan sendirinya melainkan harus kita bentuk. Kita tumbuhkembangkan dan kita bangun secara sadar dan sederhana.
Antonin Scalia (seorang hakim tinggi di Amerika) mengatakan bahwa:
The only thing in the world not for sale is character
Karakter tidak dapat dibeli, padahal itu sangat penting dan diperlukan didalam menentukan arah dan tujuan hidup kita. dengan demikian karakter harus kita tumbuh kembangkan sendiri melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan. Semuanya dilandasi dengan kesadaran dan kemauan kuat untukmengembangkannya.
Scerenko (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental diri seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Sementara itu The Free Dictionary dalam situs onlinenya yang dapat diunduh secara bebas mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. karakter juga didefinisikan sebagai suatu deskripsi dari atribut, ciri-ciri atau kemampuan seseorang.
Robert Marine (1998) mengambil pendekatan yang berbeda terhadap makna karakter, menurut dia karakter adalah gabungan yang samar- samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan, yang membangun pribadi seseorang.
Menurut Muchlas dan Hariyanto (2011), memaknai karakter sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter tertanam pada diri seseorang karena dibentuk tahap demi tahap secara berkelanjutan. Karakter tidak dapat dibentuk hanya dalam hitungan hari. Namun, karakter dibentuk saat masih dalam kandungan. Setelah lahir karakter dibentuk dalam keluarga, orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Karena ketika masih anak-anak akan lebih mudah dalam membentuk karakter daripada ketika anak itu sudah beranjak dewasa.
Karakter mudah dibentuk saat dalam lingkungan keluarga belum ada pengaruh dari lingkungan luar. Ketika karakter terbentuk dalam keluarga, seorang anak tidak mudah terpengaruh ketika berada dalam lingkungan luar.
Pembentukan karakter disesuaikan dengan siapa yang dibentuk. Anak SD dengan SMP tidak diperlakukan sama dalam pembentukan karakter. Disesuaikan dengan umur dan perkembangan jaman.
   B.     Pendidikan Karakter
Winton (2010), pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya.
Burke (2001) pendidikan karakter merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental  dari pendidikan yang baik.
Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungannya dengan Tuhannya. Definisi ini dikembangkan dari definisi yang dimuat oleh Funderstading (2006). Departemen Pendidikan Amerika Serikat mendefinisikan pendidikan karakter sebagai berikut: “ pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan b
Berfikir dan kebiasaan berbuat yang dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, sahabat, tetangga, masyarakat, dan bangsa.” Menjelaskan pengertian tersebut dalam Brosur Pendidikan Karakter( Character Education brochure) dinyatakan bahwa: “ Pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memperdayakan siswa dan orang dewasa didalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan (citizenship), dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain.”
Lickona (1991) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana Lickona (2004) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untukmemperbaiki karakter para siswa. Sementara itu Alfie Kohn, dalam Noll (2006) menyatakan bahwa pada hakikatnya” pandidikan karakter dapat didefinisikan secara luas atau secara sempit. Dalam makna yang luas pendidikan karakter mencangkup hampir seluruh usaha sekolah diluar bidang akademisterutama yang bertujuan untuk membantu siswa tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik.dalam makna yang sempit pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis pelatihan moral yang merefleksikan nilai tertentu”.
Menurut Scerenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong,dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian ( sejarah dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi ( usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).
Sementara itu Arthur dalam makalahnya berjudul Tradisional Approaches to Character Education in Britain dan America (Nucci dan Narvaez, 2008), mengutip Anne Lockwood (1997) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematisbentuk perilaku dari siswa seperti ternyata dalam perkataanya: Pendidikan karakter didefinisikan sebagai setiap rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan mempengaruhi secara eksplisit nilai-nilai kepercayaan non-relativistik (diterima luas), yang dilakukan secara langsung menerapkan niilai-nilai tersebut.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa seharusnya berdampak pada watak/bangsa Indonesia. Fungsi ini amat berat untuk dipikul oleh pendidikan nasional, terutama apabila dikaitkan dengan siapa yang bertanggungjawab untuk keberlangsungan fungsi ini.
“Mengembangkan kemampuan” dapat dipahami peserta didik adalah manusia yang potensial dan dapat dikembangkan secara optimal melalui proses pendidikan. Artinya setiap layanan pendidikan yang ada di Indonesia harus di persepsi secara sama bahwa peserta didik itu memilki potensi yang luar biasa dan perlu difasilitasi melalui proses pendidikan untuk mengembangkan potensinya.
Dalam pendidikan karakter, kemampuan yang dikembangkan pada peserta didik melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan dan mengemban amanah sebagai pemimpin dunia.
“Membentuk watak ” fungsi ini mengandung makna bahwa pendidikan nasional harus diarahkan pada pembentukan watak.pendidikan yang berorientasi pada watak merupakan suatu hal yang tepat. Istilah dalam perlakuan watak disini perlu diperjelas, apakah watak itu harus “dikembangkan”, “dibentuk”, atau “difasilitasi”. Perspektif pedagogik, lebih memandang bahwa pendidikan itu mengembangkan /menguatkan/memfasilitasi watak bukan membentuk watak. Jika watak dibentuk, maka tidak ada proses pendidikan/pedagogik, yang terjadi adalah pengajaran.  Terjadinya proses pendidikan harus ada kebebasan peserta didik sebagai subjek didik, bukan sebagai objek.
Fungsi “peradaban bangsa”, dipahami bahwa pendidikan itu selalu dikaitkan dengan pembangunan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa. Pendidikan berfungsi untuk menjadikan manusia menjadi terdidik. Manusia terdidik akan menjadikan bangsa yang beradab. Bangsa yang beradab merupakan dampak dari pendidikan yang menghasilkan manusia terdidik.
Platform pendidikan karakter bangsa Indonesia telahdipelopori oleh tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang tertuang dalam tiga kalimat yang berbunya:
Ing ngarsa sung tuladha
Ing madya mbangun karsa
Tut wuri handayani
 Ing ngarsa sung tuladha  (Di depan memberikan teladan). Ketika berada di depan seorang guru memberikan contoh, teladan, dan panutan  kepada peserta didiknya. Karena guru adalah sebagai seorang yang terpandang dan terdepan atau berada di depan para peserta didiknya, guru senantiasa memberikan panutan-panutan yang baik sehingga dapat di jadikan teladan bagi para peserta didiknya.
Ing madya mbangun karsa (Ditengah membangun kehendak). Ketika berada di tengah seorang guru penyatu tujuan dan cita-cita peserta didiknya. Seorang guru diantara peserta didiknya berkonsolidasi memberikan bimbingan dan mengambil keputusan dengan musyawarah dan mufakat yang mengutamakan kepentingan peserta didik di masa depannya.
Tut wuri handayani (Di belakang memberikan dorongan). Guru yang memiliki makna “digugu lan ditiru”(dipercaya dan dicontoh) secara tidak langsung juga memberikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya. Oleh karena itu, profil dan penampilan guru seharusnya memiliki sifat-sifat yang dapat membawa peserta didiknya kearah pembentukan karakter yang kuat. dalam konteks ini guru berperan sebagai teladan peserta didiknya.
  C.     Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan peserta menjadi hal penting yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan proses internalisasi di sekolah.
Secara sederhana, Seifert & Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person’s growth, feelings, patterns of thinking, social relationships, and motor skills.” Sementara itu, Chaplin (2002)mengartikan perkembangan sebagai:
1.      Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati
2.      Pertumbuhan
3.      Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah kedalam bagian-bagian fungsional
4.      Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi  (2001), “perkembangan secara luas menu juk pada keseluruhan proses  perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Di dalam istilah perkembangan juga tercangkup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”
Dari beberapa pengertian perkembangan diatas menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa, perkembangan adalah pertumbuhan yang secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap pematangan melalui pertumbuhan, pemasakn dan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain:
1.      Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
Faktor –faktor di dalam diri yang berpengaruh terhadap perkembangan individu antara lain, bakat atau pembawaan, sifat-sifat keturunan, dorongan dan insting.
2.      Faktor-Faktor yang berasal dari luar diri individu
Diantara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah makanan, iklim, kebudayaan, ekonomi dan kedudukan anak dalam lingkungan keluarga.
Dalam menanamkan pendidikan karakter diperlukan pemahaman tentang perkembangan peserta didik. Seorang pendidik yang baik dapat memahami perkembangan peserta didiknya. Dengan mengetahui perkembangan peserta didiknya, seorang guru akan mudah dalam menyampaikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya.

   D.    Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 336).
Internalisasi diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standart tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian. Freud yakin bahwa superego, atau aspek moral kepribadian berasal dari internalisasi sikap-sikap parental (orang tua). (Chaplin, 2002 : 256).
Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi (Muhaimin, 1996 : 153), yaitu:
a.       Tahap Transformasi Nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh.
b.      Tahap Transaksi Nilai : Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.
c.       Tahap Transinternalisasi : Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif (Muhaimin, 1996 : 153).

Nilai-nilai yang diinternalisasikan adalah yang berkaitan dengan olah pikir (agar anak cerdas), olah hati (religius, jujur, bertanggung jawab), olahraga (bersihdan sehat), olah rasa dan karsa, peduli dan kreatif yang muaranya menuju nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter.

Proses internalisasi pendidikan karakter di sekolah tidak dapat dilakukan secara instan, namun secara bertahap sedikit demi sedikit dan dilakukan secara terus- menerus atau secara berkelanjutan. Dalam mengiternalisasi pendidikan karakter di sekolah-sekolah dapat dilakukan berbagai cara, tergantung dari sekolah tersebut dalam mengemasnya.

Contoh sekolah-sekolah yang menginternalisasikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya, diataranya:

1.      Sekolah Dasar Insan Teladan, Bogor

Program- program SD Insan Teladan yang sangat berpengaruh terhadap perubahan karakter adalah duduk hening, integrasi nilai kemanusiaan kedalam mata pelajaran, dan kelas integrasi khusus yang menghubungkan satu tema tertentu dengan banyak mata pelajaran.

Setiap pagi, sebelum memulai pelajaran seluruh siswa wajib mengikuti pelajaran, seluruh siswa wajib mengikuti kegiatan duduk hening. Seperti namanya, siswa diajak duduk tenang bersila. Dalam keadaan mata terpejam, mereka mengatur nafas sembari meresapi makna kalimat-kalimat yang diungkapkan guru pembimbing mereka. Acara ini berlangsung selama sekitar 10 menit.

Dalam duduk hening tersebut, siswa diminta menegakkan badan dan mengatur nafas  secara perlahan-lahan dan berkosentasi.

2.      MTs Negeri Kebumen 1

Salah satu sekolah menengah berbasis agama yang berada di kota Kebumen ini, menerapkan pendidikan karakter. Internalisasi pendidikan karakter pada sekolah ini melalui peraturan-peraturan baik tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Selain melalui peraturan, dilakukan  melalui para pendidiknya atau para guru dengan memasukan pendidikan karakter saat pelajaran, namun secara tersirat sehingga para peserta didik tidak menyadarinya.

Diantara proses internalisasi pendidikan karakter di MTs N Kebumen 1 adalah sebelum pelajaran dimulai berdoa terlebih dahulu dilanjutkan pembacaan juz amma. Hal ini dilakukan secara terus-menerus. Sehingga peserta didik akan terbiasa berdoa ketika hendak melakukan apapun. Ketika pelajaran guru disamping menyampaikan materi juga memberikan pendidikan karakter berupa nilai-nilai moral kehidupan yang diselipkan pada saat penyampaian materi.

Pendidikan karakter banyak disampaikan para guru kepada peserta didiknya. Dengan demikian para guru menjadi contoh para peserta didiknya.

3.      MAN Insan Cendekia Serpong

Sekolah yang berbasis agama ini, mananankan dan mengembangkan pendidikan karakter yang kuat. Kebiasaan yang ditanamkan para siswa MAN Insan Cendekia yang sudah menjadi karakter diantara adalah salam, senyum dan sapa. Karakter itu ditanamkan sejak awal masuk menjadi siswa MAN Insan Cendekia, setiap bertemu dengan teman, guru, CS atau siapa pun harus memberi salam, senyum dan menyapa.  Di awal-awal banyak siswa yang masih kaku karena belum terbiasa, namun seiring dengan berjalannya waktu dan di lakukan setiap hari, salam, senyum dan sapa  melekat kuat pada siswa. Tidak hanya di sekitar sekolah saja diluar sekolah ketika berada dilingkungan masyarakat karakter itu terbawa.

MAN Insan Cendekia merupakan sekolah yang menerapkan sekolah dengan wajib berasrama. Setiap siswa yang diterima sekolah disana wajib berasrama dan mematuhi semua peraturan yang ditetapkan. Pada sekolah ini terdapat peraturan-peraturan yang bertujuan untuk membentuk karakter siswanya.

Beberapa peraturan yang di tetapkan pada MAN Insan Cendekia  antara lain:

1.      Wajib mengikuti pembelajaran selama jam pelajaran berlangsung. Bagi siswa yang asben tidak mengikuti pelajaran, mudah untuk mengontrol keberadaan siswa tersebut karena termasuk lingkungan berasrama.

2.      Saat ulangan dilarang mencontek baik pekerjaan teman ataupun mencontek dari buku. Jika mencontek konsekuensinya nilainya nol (0). Sehingga siswa akan berfikir panjang dulu jika mau menyontek saat ulangan. Peraturan ini berhasil diterapkan di MAN Insan Cendekia. Peraturan ini membuat suasana saat ulangan berlangsung tenang, gurupun tidak perlu lagi menunggu siswanya yang sedang ulangan, karena nilai tidak mencontek sudah menjadi karakter yang membudaya. Guru sudah memberi kepercayaan kepada siswanya, begitupun siswanya memegang kapercayaan itu.

3.      Sebelum masuk jam pelajaran, semua siswa berkumpul dulu di depan asrama untuk melakukan apel pagi. Apel pagi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengecek apakah semua siswa sudah berangkat atau belum. Peraturan yang seperti ini demi membentuk karakter disiplin bagi siswa.

4.      Reguler atau izin keluar diberikan sekali setiap dua minggu dengan berselang seling laki-laki dan perempuan. Peraturan ini dibuat dengan tujuan agar para siswanya disiplin, dan mencegah pertemuan laki-laki dan perempuan.

5.      Menghormati orang yang lebih tua, dengan memberi salam jika bertemu, menyapa dan tersenyum.

6.      Setiap hari siswa ditanamkan karakter dengan wajib solat lima waktu bejamaah dimasjid. Jika melanggar peraturan itu akan mendapat sanksi yang sudah ditetapkan.

Selain internalisasi karakter seperti yang dicontohkan diatas dalam bentuk peraturan umumnya, proses internalisasi dapat dilakukan dengan menyelipkan saat pelajaran berlangsung tanpa siswa diketahui oleh para siswanya, jika sang guru sedang memberikan pendidikan karakter. Untuk contoh: ketika sedang pelajaran geografi, tugas guru selain menyampaikan materi juga memberikan pendidikan karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan.

Pendidikan karakter di sekolah memili tujuan sebagai berikut:
1.      Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2.      Mengoreksi perilaku peserta didik yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
3.      Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

 

BAB III
PENUTUP
   A.    Kesimpulan
Proses internalisasi pendidikan karakter disekolah-sekolah sangat penting dan diperlukan bagi peserta didik. Pendidik berperan penting dalam pendidikan karakter dengan didukung orang tua para peserta didik. Pendidikan karakter disesuaikan dengan tingkat sekolahnya. Diperlakukan sesuai dengan tingkatannya. Pendidikan karakter di sekolah-sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan karakter keluarga. Pendidikan karakter bersifat berkelanjutan dan dilakukan tahap demi tahap.


DAFTAR PUSTAKA

Samani, Muchlas dan hariyanto.2012.Konsep dan Model Pendidikan
            Karakter
.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 

Aqib, Zainal.2011.Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak
            Bangsa
.Bandung: Yrama  Widya

 

Desmita.2009.PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK.Bandung:

            PT Remaja Rosdakarya

 

Kesuma, Dharma; Triatna, Cepi; Permana, Johar.2011. Pendidikan Karakter.
           
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 

Asrori Ardiansyah.2011. Proses Internalisasi Nilai.
           
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/proses-internalisasinilai.html

 

Sutrisno, Agus.2012. Internalisasi Pendidikan Karakter.
           
http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/cetak/2012/02/20/17777
            7/Internalis
asi-Pendidikan-Karakter