Tampilkan postingan dengan label MMPG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MMPG. Tampilkan semua postingan

Minggu, 31 Juli 2016

RESUME SKRIPSI

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN LINGKUNGAN HIDUP DI KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006” (HEMA SUSILAWATI (K5401022))
Dosen pengampu: Drs Sugiyanto M.Si, M.Si
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Pembelajaran Geografi

oleh: Ana Pangesti

JUDUL
EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN LINGKUNGAN HIDUP DI KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006

Peneliti
HEMA SUSILAWATI
K5401022

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sekolah Menengah Atas Majlis Tafsir Al-Qur’an (SMA MTA) Surakarta merupakan bagian dari kegiatan pendidikan pada umumnya. Dalam kegiatan belajar mengajar guru masih banyak menggunakan metode mengajar yang didominasi metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Guru SMA MTA Surakarta memilih lebih sering menggunakan metode ceramah karena alokasi waktu yang tersedia lebih sedikit daripada pokok bahasan yang harus diajarkan kepada siswa.

B.     Identifikasi Masalah
Metode pembelajaran geografi yang diterapkan selama ini pada umumnyamenggunakan metode ceramah yang cenderung monoton dan kurang bervariasisehingga berakibat rendahnya hasil belajar geografi. Dominasi guru dalamkegiatan belajar mengajar masih sangat kuat yang seringkali mengabaikan proses  belajar melalui interaksi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa di dalam kelas.

C.    Pembatasan Masalah
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar geografi di kelas X SMA MTA Surakarta.

D.    Perumusan Masalah
”Apakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah?”

E.     Tujuan Penelitian
untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah.

F.     Manfaat Penelitian
1.      Guru: guru dapat sedikit mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi dapat diminimalkan.
2.      Siswa : meningkatkan hasil belajar geografi.
3.      Sekolah : perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umumnya.


BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Tinjauan Pustaka
Pengertian hasil belajar, Penilaian hasil belajar, Belajar, hakikat mengajar, efektivitas pembelajaran, hakikat pengajaran geografi, metode pembelajaran, teori belajar konstruktivisme, pembelajaran kooperatif, STAD, metode Ceramah, materi ajar lingkugan hidup.
B.     Penelitian yang relevan
Nama
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Sukeksi
(2002)
Efektivitas
Penggunaan Metode
STAD Terhadap
Prestasi Belajar Fisika
Sub Pokok Bahasan
Getaran Kelas 1 Cawu
III SMU Negeri
Tawangsari Sukoharjo
Tahun Ajaran
2001/2002
Untuk
mengetahui
yang lebih
efektif antara
metode
STAD dengan
demonstrasi
pada sub
pokok
bahasan
getaran untuk
kelas 1 cawu
III
Eksperi
men
Penggunaan
metode
STAD lebih
efektif dari
metode
demonstrasi
dengan
melihat
perbedaan
rerata (thitung
= 1,928 > t
tabel = 1,66)
Rukoyah
(2003)
Efektivitas Metode
Pembelajaran
Kooperatif STAD
Berdasarkan Nilai UUB Cawu III Dan
Sikap Ilmiah Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMU Assalam Sukoharjo Pada Materi Termokimia
Tahun Pelajaran
2002/2003
Untuk
mengeta hui
mana yang
lebih efektif  metode
pembelajaran
STAD atau
metode
konven
sional dalam
meningkatkan
prestasi
belajar
Eksperi
men
Metode
pembelajaran
STAD lebih
Efektif  dibandingka
n dengan
metode
pembelajaran
konvensional
(thitung =
6,167 > t tabel
= 1,66)
C.    Kerangka Pemikiran








Skema kerangka pemikiran:
D.    Pengujian Hipotesis
“Penggunaan metode STAD (Student Teams Achievement Divisons) lebih efektif daripada penggunaan metode ceramah terhadap hasil belajar siswa
Geografi pada pokok bahasan lingkungan hidup di kelas X semester genap SMA MTA Surakarta tahun pelajaran 2005/2006”.


BAB III

METODOLOGI

1.      Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA MTA Surakarta semester genap tahun
ajaran 2005/2006 pada bulan Mei 2006.

2.      Metode Penelitian
Randomized Control Group Pretest Postest Design”.

3.      Variabel Penelitian
1.      Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperasi model STAD dan metode ceramah.
2.      Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pokok bahasan lingkungan hidup.

4.      Populasi dan Sampel
1.       Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA MTA Surakarta sejumlah 233 , tahun ajaran 2005/2006 yang terbagi menjadi enam kelas.
2.       Sampel penelitian diambil secara acak sebanyak 2 kelas dengan perincian satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas sebagai kelas eksperimen.

3.      Teknik Sampling
teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan secara acak, karena seluruh anggota populasi dianggap homogen.

4.      Teknik pengumpulan data dan instrument
Ă˜  pengumpulan data hasil belajar kognitif siswa dilakukan dengan memberikan tes tertulis sebelum dan sesudah materi lingkungan hidup yang disampaikan oleh guru. Data berupa data kuantitatif yang menggambarkan hasil belajar siswa. Selanjutnya data diolah dengan statistika uji-t pihak kanan.
Ă˜  Instrumen penelitian disusun relevan dengan variabel penelitian dan metode pengumpulan data, yakni berupa tes obyektif. Tes obyektif tersebut  igunakan untuk mengungkapkan hasil belajar kognitif siswa terhadap materi  ingkungan hidup.

5.      Teknik Analisis Data
1.       Uji Prasyarat Analisis (Uji normalitas dan uji homogenitas )
2.       Uji hipotesis

BAB IV HASIL PEELITIAN
a.       Deskripsi SMA MTA Surakarta
b.      Deskripsi Proses Pembelajaran Dengan Metode STAD danMetode Ceramah di Kelas X-4 dan Kelas X-6 SMA MTA Surakarta
c.       Deskripsi Data
d.      Hasil Pengujian Persyaratan Analisis
e.       Teknik Pengujian Hipotesis
f.       Pembahasan Hasil Analisis Data


BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.    Kesimpulan
harga thitung lebih besar daripada harga ttabel (4,0156 > 1,645) maka dapat disimpulkan bahwa matode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah guna meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X SMA MTA Surakarta pada materi lingkungan hidup tahun pelajaran 2005/2006.

B.     Implikasi
Penerapan metode pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan lingkungan hidup. Dengan pendekatan ini siswa akan mempunyai keterampilan kooperatif karena terbiasa memecahkan segala permasalahan dan berkomunikasi untuk menyampaikan ide/pikirannya.

C.    Saran
1.       Guru geografi SMA hendaknya mengembangkan strategi pembelajarangoegrafi  dengan mengacu pada teori belajar kontruktivisme, salah satunya menggunakan metode STAD.
2.       Perlu penerapan metode STAD untuk pokok bahasan lain terutama yang banyak memerlukan kerja kelompok.

Materi MMPG

Dosen pengampu: Drs Sugiyanto M.Si, M.Si










Tugas MMPG

oleh: Ana, Ninda, Catur, Firman

1.      Jelaskan prosedur penyusunan instrumen soal test!
Jawab:
Menurut (Arikunto: 2006) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimilik oleh individu atau kelompok. Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan intrumen berupa tes atau soal-soal tes tertentu. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variable. Keunggulan metode ini adalah:
a).    Lebih akurat karena test berulang-ulang direvisi.
b).    Insttrumen penelitian yang objektif.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah:
a)      Hanya mengukur satu aspek data.
b)      Memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang.
c)      Hanya mengukur keadaan siswa pada saat test itu dilakukan .
Dalam penulisan soal penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan atau kaidah penulisan soal. Kaidah tersebut adalah:
a)      Pilihan Ganda
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah:
1)      Soal harus sesuai dengan indik2ator.
2)      Setiap soal hanya ada satu jawaban.
3)      Pengecoh harus berfungsi.
4)      Rumusan soal tegas dan jelas.
5)      Pokok soal jangan memberi petunjuk kepada jawaban.
6)      Pokok soal jangan mengandung pernyataan negatif ganda.
7)      Pilihan jawaban harus homogen dan logis.
8)      Jawaban diurutkan dengan kaidah dari kecil ke besar; dari a ke z.
9)      Rumusan jawaban seharusnya relatif sama panjang.
10)  Gunakan bahasa yang sesuai dengan EYD.
b)      Esai/ bentuk isian
Kaidah penulisan soal esai yang baik adalah:
1)      Soal harus sesuai dengan indikator.
2)      Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan jawaban.
3)      Pernyataan disusun dengan bentuk pertanyaan langsung agar siswa lebih mudah merumuskan jawaban.
4)      Hindari pernyataan yang menggunakan kata-kata yang langsung mengutip dari buku.
5)      Jika jawaban yang dikehendaki adalah mentut satuan urutan, maka ungkapkanlah secara rinci dengan pernyataan.
6)      Bahasa harus komunikatif sesuai dengan jenjang pendidikan siswa.
7)      Gunakan bahasa yang sesuai dengan EYD.

2.      Buatlah contoh soal tes sebagai instrument penelitian

3.      Jelaskan prosedur penyusunan angket dan buatlah contoh instrument angket!
Jawab:
Angket sering disebut sebagai kuesioner.  Angket merupakan teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung. Instrument atau alat penumpulan datanya juga disebut sebagai angket. Jenis angket sama dengan wawancara. Bentuknya bisa berupa  pertanyaan trebuka, pertanyaan berstruktur dan pertanyaan tertutup.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan instrument angket atau kuesioner adalah:
a)      Buatlah pengantar atau petunjuk pengisian sebelum butir pertanyaan.
b)      Butir pertanyaan dirumuskan secara jelas.
c)      Untuk setiap pertanyaan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban.

Contoh instrument angket

ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA

Tujuan             : untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap matapelajaran geografi
Petunjuk          :
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan memberi ceklis ( √ )  pada pilihan yang tersedia. Lembar angket ini tidak mempengaruhi nilai mata pelajaran yang bersangkutan.
Keterangan      : SL (selalu), SR (sering), K (kadang-kadang), TP (tidak pernah)

No
Uraian
Tanggapan
SL
SR
K
TP
1
Jika besok ada pelajaran geografi, apakah pada malam harinya anda akan berusaha belajar geografi ?




2
Apakah anda merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru geografi?




3
Apakah anda memperhatikan contoh soal yang diberikan oleh guru geografi?




4
Jika guru geografi menyuruh anda mengerjakan soal didepan kelas, apakah anda mau mengerjakan soal tersebut?




5
Ketika guru menerangkan materi pelajaran, kemudian anda kurang begitu jelas dengan materi yang disampaikan, apakah anda akan diam saja karena malu bertanya?




6
Setelah menerima materi pelajaran geografi, apakah anda mempelajarinya lagi dirumah?




7
Apakan anda membuat catatan yang berisi ringkasan yang berisi materi geografi?




8
Jika dalam belajar anda menemukan soal geografi yang sulit, apakah anda meninggalkan soal tersebut?




9
Jika ada soal geografi yang sulit dan anda belum mampu menjawabnya, apakah anda akan bertanya pada teman anda?




10
Apakah anda mencoba menyelesaikan setiap soal latihan atau tugas geografi dari guru?




11
Agar dapat belajar geografi, apakah anda akan berusaha mengikuti les pelajaran geografi?




12
Jika menjumpai soal geografi yang sulit, apakah anda penasaran pada cara penyelesaiaanya?




13
Jika buku acuan belajar geografi anda hanya LKS, apakah anda hanya mengerjakan soal latihan LKS saja?




14
Jika jawaban soal anda berbeda dengan jawaban teman yang lain, apakah anda ingin membuktikan jawaban mana yang benar?




15
Apakah anda hanya mengerjakan soal yang diberikan guru geografi anda?




16
Apakah anda sudah mempersiapkan dari awal dengan belajar yang rajin materi geografi yang akan diujikan pada akhir semester?




17
Jika guru geografi terkenal galak atau killer apakah anda sudah merasa takut terlebih dahulu?




18
Jika guru geografi anda berhalangan hadir, apakah anda meminta pada guru piket?




19
Jika guru geografi anda berhalangan hadir kemudian guru piket memberikan tugas pada anda, apakah anda akan mengerjakan dan mengumpulkannya?




20
Pada saat jam geografi kosong apakah anda merasa senang?




21
Jika disekolah ada kegiatan ekstrakurikuler seperti praktek computer yang berhubugan dengan geografi seperti SIG apakah anda akan mengikutinya?




22
Bila ada pekerjaan rumah pelajaran geografi, apakah anda akan mengerjakannya sendiri?




23
Dalam belajar geografi dirumah, apakah anda disuruh oleh orang tua anda?




24
Jika ada pekerjaan rumah geografi, apakah anda mengerjakannya dirumah?




25
Bila ada tugas geografi yang dikerjakan secara kelompok, apakah anda hanya akan mencontek jawaban yang sudah selesai dikerjakan teman sekelompok?




26
Apakah anda tetap mengerjakan PR geografi, walaupun anda dalam keadaan capek?




27
Jika guru geografi anda selalu member tugas yang banyak apakah anda akan mengeluh?




28
Jika anda absen karena sakit, apakah anda akan menanyakan materi pelajaran geografi yang telah diberikan kepada teman anda?




29
Jika besok pagi ada PR geografi yang harus dikumpulkan, apakah anda akan mengerjakannya pada malam itu meskipun sudah lama PR itu diberikan?




30
Apakah anda termotivasi belajar untuk belajar jika teman anda mendapat nilai yang lebih baik?





1.      Buatlah contoh pedoman wawancara dan observasi!
Jawab:
Secara garis besar adaa dua macam pedoman wawancara  (Arikunto: 2010):
a)      Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahwa hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini  cocok untuk  penelitian kasus.
b)      Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai.

Pedoman observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan dengan instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadia atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televise, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi tersebut sangat, kurang atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki

2.      Buatlah contoh lembar observasi!
Jawab:
Lembar Observasi Kegiatan Kelompok Metode NHT
Petunjuk pengisian: berilah tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dan berilah keterangan bila perlu pada kolom catatan

No.
Kegiatan Peserta Didik
Pertemuan ke 1 – 3
Catatan
A
B
C
D
E
F
G
H
1.
Semua didik berkelompok untuk mendapatkan nomor (numbering)









2.
Semua peserta didik aktif, saling berdiskusi apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas (heads together).









3.
Peserta didik dari satu kelompok, dipanggil nomornya untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas (answering).









4.
Semua kelompok mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas tepat waktu.










Surakarta,…………..2014
Observer
……………

Lembar Observasi Kegiatan Kelompok Metode STAD
Petunjuk pengisian : Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai dan berilah keterangan bila perlu pada kolom catatan
No
Kegiatan Peserta Didik
Pertemuan 1-3
Catatan
A
B
C
D
E
F
G
H
1
Seluruh peserta didik berkumpul dan membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan









2
Seluruh peserta didik dalam kelompok aktif bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok









3
Seluruh peserta didik dalam kelompok bertanggung jawab dalam tugasnya masing-masing









4
Seluruh peserta didik dalam kelompok mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas tepat waktu









5
Seluruh peserta didik dalam kelompok menghitung skor perkembangan kemajuan individu









6
Seluruh peserta didik dalam kelompok menghitung skor kemajuan kelompok pada lembar rangkuman kelompok









Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Metode Pembelajaran NHT, STAD Ceramah
Hari/Tanggal                         :……………….
Metode Pembelajaran           :……………….
Pertemuan ke-                       :……………….
Petunjuk pengisian: Isilah pada kolom yang sesuai dan berilah keterangan bila perlu pada kolom catatan.
No.
Kegiatan peserta didik
Jumlah
Presensi
Catatan
1.
Ada peserta didik yang tidak masuk sekolah/kelas



2.
Ada peserta didik yang datang terlambat



3.
Ada peserta didik yang belajar materi lain/mengerjakan tugas lain saat guru menerangkan materi



4.
Ada peserta didik yang tidak mengerjakan tugas/diskusi kelompok



5.
Ada peserta didik yang tidak kondusif/tidak memperhatikan guru/berbicara dengan teman sampingnya saat guru menerangkan



6.
Ada peserta didik yang aktif bertanya selama pelajaran berlangsung



7.
Ada peserta didik yang menjawab pertanyaan guru



8.
Ada peserta didik yang memberikan pendapat/pertanyaan ketika berdiskusi



9.
Ada peserta didik yang mencatat hal-hal penting penjelasan guru pada buku catatan



1.      Jelaskan prosedur melakukan wawancara!
Jawab:
Ada beberapa faktor penentu wujud metode dan teknik yang dapat digunakan pada tahapan penyediaan data dalam wawancara, yaitu:
a)      Pandangan peneliti terhadap dirinya dalam berhadapan dengan objek ilmiahnya (bahasa).
b)      Jenis objek ilmiah (bahasa) yang diteliti.
c)      Watak objek dan tujuan penelitian.
Faktor yang pertama lebih bersifat subjektif karena menyangkut penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa yang diteliti oleh peneliti itu sendiri. Ada dua macam pandangan yang muncul berhubungan dengan faktor yang pertama, yaitu:
a)      Peneliti dapat memandang dirinya hanya sebagai pengamat, dalam arti tidak perlu terlibat dalam peristiwa penggunaan bahasa yang diteliti.
b)      Peneliti dapat memandang dirinya di samping sebagai pengamat juga terlibat dalam penggunaan bahasa yang diteliti karena dia sendiri memang menguasai dan dapat menggunakan dalam bahasa yang diteliti.
Faktor kedua lebih bersifat objektif karena menyangkut penguasaan bahasa secara aktif oleh peneliti. Kadar penguasaan tersebut bukan menurut anggapan si peneliti, melainkan menurut kenyataan yang sesungguhnya, artinya bisa diteliti. Setidaknya ada tiga jenis bahasa yang diteliti, yaitu:
a)      Bahasa yang diteliti cukup dekat, artinya bahasa tersebut sudah dikuasai aktif oleh peneliti. Hal ini bisa berkaitan dengan bahasa ibu atau bahasa kedua yang telah dikuasai oleh si peneliti.
b)      Bahasa yang diteliti cukup jauh, artinya bahasa tersebut belum dikuasai oleh peneliti, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dikuasai. Hal ini bisa berkaitan dengan bahasa asing yang belum dikuasai oleh peneliti.
c)      Bahasa yang diteliti sangat jauh, artinya bahasa tersebut tidak mungkin dikuasai oleh peneliti. Hal ini berkaitan dengan penelitian bahasa kuno yang dapat diambil dari naskah-naskah kuno.
Faktor ketiga berkaitan dengan ihwal perilaku structural satuan lingual yang menjadi objek penelitian tersebut, misalnya untuk objek penelitian adverbia yang memiliki perilaku kurang wajar (letaknya bisa berpindah-pindah dalam deretan struktur).

2.      Jelaskan teknik pengambilan sample
Teknik Pengambilan Sampel (sampling) adalah proses pemilihan individu-individu dari sebuah populasi yang akan dijadikan sebagai sampel yang akan berpartisipasi dalam sebuah penelitian.
Alasan dilakukan sampling:
1.      Ukuran populasi, populasi yang tak terhingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pencacahan sehingga diperlukan sampling.
2.      Factor biaya, makin banyak obyek yang diteliti maka makin banyak pula biaya yang diperlukan.
3.      Factor waktu, pencacahan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan sampling selain itu analisis sampling sangat menghemat waktu.
4.      Factor kecermatan peneliti, makin banyak obyek yang diteliti memberikan peluang untuk terjadinya ktidakcermatan penelitian
Jenis-jenis teknik pengambilan sampel
1.      Teknik sampel acak, adalah teknik sampling yang dilakukan dengan memeberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik sampling acak dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.       Teknik acak sederhana (random sampling), dapat dilakukan jika populasi sudah jelas seragam dan jumlahnya terbatas. Proses penarikannya dilakukan dengan undian.
b.      Teknik sampel acak sistematis (systematic sampling), dilakukan untuk menghindari sampel yang mengelompok. Proses penarikannya dengan cara mengambil nomor urut yang kesekian dari daftar populasi.
c.       Teknik sampel acak proporsional (proporsonal sampling), dilakukan jika populasi terdiri dari kelompok-kelompok. Proses penarikannya dapat dilakukan dengan cara undian atau sistematis.
d.      Teknik sampel acak bertingkat, dilakukan jika populasi terdiri dari kelompok-kelompok namun bersifat bertingkat. Proses penarikannya dilakukan sama seperti teknik sampel acak proporsional.
e.       Teknik sampel kluster (cluster sampling), dilakukan jika populasi tersebar di wilayah yang luas. Cara penarikannya hanya dilakukan penentuan sampel wilayah kemudian memilih wakil tiap-tiap wilayah.
2.      Teknik non acak, adalah teknik pengambilan sampel yang ditentukan oleh peneliti sendiri atau menurut pertimbangan pakar.  Teknik pengambilan sampel non-acak adalah sebagai berikut:
a.       Tekik sampel bertujuan (purposive sampling),dilakukan jika sampel dianggap benar-benar mewakili populasi. Cara penarikan sampel yang dilakukan dengan memilih subyek berdasarkan criteria spesifik yan diterapkan peneliti.
b.      Teknik sampel bola salju (snowball sampling), dilakukan jika besaran populasi tidak diketahui. Cara penarikan sampel dengan menentukan sampel pertama, sampel berikutnya berdasarkan informasi dari sampel kedua dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin besar seperti bola salju.
c.       Teknik sampel kuota (quota sampling), pemilihan sampel berdasarkan proporsi tertentu untuk menghindari bias. Cara penarikan sampel berdasarkan jumlah atau jatah yang ditentukan.
d.      Teknik sampel kebetulan (accidental sampling), dilakukan jika peneliti tidak mengetahui jumlah sampel. Cara penarikan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa smpel kebetulan muncul.

3.      Jelaskan desain-desain penelitian kuantitatif
Desain-desain penelitian kuantitatif
            Desain eksperimen dirancang sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal dengan memperhatikan faktor efisiensi, disamping kondisi yang menyangkut subjek dan pelaksanaan eksperimen. Dengan mengenal keunggulan dan keterbatasan suatu desain, peneliti dapat memilih desain yang paling sesuai dengan kondisi subjeknya untuk mencapai validitas internal yang tinggi, tetapi dapat pula lebih memahami keterbatasan kesimpulan hasil dan generalisasinya. Macam-macam desain eksperimen:
a.      Control Group Posttest-Only Design
Dalam Control Group Posttest-Only Design kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibentuk dengan prosedur random sehingga keduanya dapat dianggap setara. Apabila kelompok eksperimen dan kelompok control telah ditentukan maka perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen. Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap variabel dependen pada kedua kelompok untuk dibandingkan perbedaannya. Setiap perbedaan yang terjadi pada kedua kelompok akan dikembalikan penyebabnya pada perbedaan perlakuan yang diberikan.
Desain ini sangat bermanfaat pada kondisi yang tidak memungkinkan adanya pretes, atau ketika dikhawatirkan akan adanya interaksi antara pretes dengan perlakuan X. Namun, walaupun desain ini dapat mengendalikan efek factor histori, maturasi, dan pretes akan tetapi besarnya efek factor-faktor tersebut tetap dapat diukur.
b.      Pretest-posttest Control Group Design
Dalam desain ini efek suatu perlakuan terhadap variabel dependen akan diuji dengan cara membandingkan keadaan variabel dependen pada kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan dengan kelompok control yang tidak dikenai perlakuan.
Contoh : Suatu eksperimen yang didesain untuk mengetahui efek pemberian sugesti terhadap kemampuan orang untuk menganngkat benda. Variabel independennya adalah sugesti dan variabel dependennya adalah kemampuan menganngkat benda. Variabel kemampuan mengangkat benda dalam contoh eksperimen ini dioperasionalkan sebagai berat beban yang dapat diangkat.
Dua kelompok subjek dibentuk secara random. Misalnya terdapat 20 orang subjek, maka masing-masing subjek diundi satu persatu untuk menentukan siapa yang masuk kedalam kelompok 1 dan siapa yang masung anggota kelompok 2. Randomisasi ini akan mendukung asumsi mengenai kesetaraan keadaan kedua kelompok tersebut sebelum eksperimen dilakukan. Dengan contoh eksperimen diatas, randomisasi membolehkan kita untuk berasumsi bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 setara dalam hal rata-rata kemampuan mengangkatnya sehingga apabila tidak dilakukan pemberian perlakuan apapun juga maka berat benda yang mampu mereka angkat secara rata-rata akan sama. Kemudian, kedua kelompok diundi lagi untuk menentukan kelompok mana yang akan dikenai perlakuan (sebagai kelompok eksperimen) dan kelompok yang tidak dikenai perlakuan (sebagai kelompok kontrol).
Setelah prosedur penempatan random, dilakukan prosedur pretest. Selesai pretest, eksperimen dapat dimulai dengan pemberian sugesti terhadap kelompok eksperimental selama jangka waktu yang telah dilakukan. Kelompok control sepanjang waktu tersebut, dibiarkan tanpa perlakuan apa-apa. Setelah pemberian sugesti selesai, kemudian kedua kelompok diukur kembali kemampuannya untuk mengangkat benda. Pengukuran kedua ini adalah posttest.
Untuk mengetahui efek sugesti, maka perbedaan hasil postes dari kedua kelompok dapat dibandingkan melalui analisis kovarians dengan menggunakan skor pretes sebagai kovarriabel. Dalam hal ini variabel dependen dalam eksperimen dioperasionalkan sebagai skor Postes.
Selain cara itu, variabel dependennya dapat juga dioperasionalkan sebagai Perubahan Skor atau Selisih antara Skor Postes dan Pretes. Dengan cara ini, efek perlakuan dapat dianalisis memakai t-test.

c.       Solomon Four-group Design
Desain ini menutut penempatan subjek secara random kedalam empat kelompok. Dari keempat kelompok tersebut hanya kelompok 1 dan 2 yang dikenai pretes dan postes, dan hanya kelompok 1 dan 3 yang dikenai perlakuan eksperimental.
Dengan desain ini peneliti dapat melihat efek pretes terhadap variabel dependen, yaitu apabila terjadi perubahan yang relative sama besar antara kelompok 1 dan 2, yang artinya perubahan pada variabel dependen berlangsung lepas dari ada-tidaknya perlakuan yang diberikan. Perbedaan yang sesungguhnya diakibatkan oleh perlakuan dapat dilihat dari perbandingan kelompok 1 dan 3 dengan kelompok 2 dan 4 setelah postes dilakukan, karena perbandingan ini merupakan perbandingan antara kelompok yang diberi perlakuan dengan kelompok kontrol.
Apabila perbedaan yag terjadi cukup signifikan secara statistic, maka dapat disimpulkan bahwa variabel dependen (dalam hal ini perilaku kelompok) dipengaruhi oleh variabel independennya (dalam hal ini perlakuan yang diberikan oleh peneliti)
Apabila jenis perlakuan atau kategori variabel independennya lebih banyak, maka desain tersebut dapat diperluas dengan menetapkan beberapa kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dapat dianalisis sekaligus.