Senin, 07 Oktober 2013

Model Pertumbuhan Interregional



MODEL PERTUMBUHAN INTERREGIONAL
Dosen pengampu: Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Ekonomi




Disusun oleh:
1.      Agung Sulismiyanto          K5412004
2.      Alvi Yasin Martindo         K5412006
3.      Ana Pangesti                     K5412008
4.      Ella Septiami                     K5412028



JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN  ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
 2013 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perjalanan pembangunan ekonomi telah menimbulkan berbagai macam perubahan terutama pada struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu karakteristik yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap negar maju. Berdasarkan catatan sejarah, tingkat pertumbuhan sektoral ini termasuk pergeseran secara perlahan dan kegiatan-kegiatan pertanian menuju ke kegiatan non pertanian dan akhir-akhir ini dari sektor industri ke sektor jasa (Arsyad, 1995:75). Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional merupakan suatu proses perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang didalamnya melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka kemanfaatan sumber daya yang ada menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.
            Proses lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dituunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang dicapai masyarakat seringkali sebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan ekonomi. Secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan daerah yang dapat dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi yaitu: Pertanian, Pertambangan dan penggalian, Industri pengolahan, Listrik, gas dan air bersih, Bangunan, Perdagangan, perhotelan dan restoran, Pengangkutan dan komunikasi, Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, Sektor jasa lainnya.
            Semakin besar sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB suatu daerah maka akan dapat melaksanakan pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi di lihat dari PDRB merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berarti pula akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah peran pemerintah sangat diperlukan yaitu dalam pembuatan strategi dan perencanaan pembangunan daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor ekonomi dari tahun ke tahun.
PEMBAHASAN
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dapat dijelaskan menggunakan dua pandangan, yaitu yang pertama, pandangan pembangunan lama atau tradisional. Pembangunan dalam pandangan ini diartikan sebagai berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada level tertentu. Penggunaan indikator PDRB ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini memungkinkan kita untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi sebuah negara untuk dikonsumsi oleh penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi. Selain penggunaan indikator PDB sebagai tolok ukur pertumbuhan di suatu negara, beberapa ahli ekonomi pembangunan lain menggunakan indikator produksi dan penyerapan tenaga kerja (employement) di negara tersebut.
Dalam pandangan tradisional ini, pembangunan yang dilakukan difokuskan pada sebuah sektor ekonomi atau sebuah lokasi yang dinilai strategis. Dengan fokus pembangunan di satu titik ini, diharapkan hasil dari titik tersebut menjadi pusat perhatian proses pembangunan akan dapat dirasakan oleh sektor ekonomi lain atau daerah lain yang berhubungan dengan titik tersebut baik secara langsung mapun tidak langsung dalam bentuk perluasan kesempatan kerja serta berbagai peluang ekonomi lainnya. Proses tersebut disebut juga dengan istilah tricle down effect (efek penetesan ke bawah).
Pembangunan Ekonomi dalam sudut pandang kedua atau disebut dengan istilah pembangunan modern tidak lagi menitikberatkan pada pencapaian PDRB sebagai tujuan akhir melainkan, menghilangkan/menghapuskan tingkat kemiskinan yang terjadi, penanaggulangan ketimpangan pendapatan serta penyediaan lapangan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja produktif. Perbaikan kualitas kehidupan masyarakat seperti tingkat pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan, pemberantasan kemiskinan hingga penyegaran kehidupan budaya termasuk aspek penting pembangunan ekonomi.
Pembangunan tidak hanya dapat dilakukan di tingkat negara maupun di tingkat nasional. Namun pembangunan dapat dilaksnanakan dalam ruang lingkup yang lebih kecil dan seringkali pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih kecil ini memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih besar. Pada tingkat yang lebih kecil pembangunan dilakukan setingkat propinsi, maupun setikngkat kabupataen dan kota. Dari dua definisi di atas, baik dari pandangan tradisional maupun dari pandangan modern, proses pembangunan yang dilakukan haruslah memiliki tiga tujuan berikut (Todaro, 1997):
1.      Peningkatan ketersediaan serta peruasan distribusi barang kebutuhan pokok. Barang yang dimaksud berupa kebutuhan sandang, pangan dan papan serta kebutuhan lain yang mendukung seperti kesehatan, pendidikan hingga keamanan.
2.      Peningkatan standar hidup. Tujuan kedua ini tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan semata namun juga harus meliputi penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan dan kehidupan masyarakat baik secara materiil maupun menumbuhkan jati diri yang terkandung di dalam setiap bangsa.
3.      Perluasan pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu. Perluasan kesempatan ini mencakup pembebasan masyarakat dari sifat menghamba kepada seseorang serta kepada segala sesuatu yang mungkin merendahkan martabat kehidupan masyarakat tersebut.
Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai empat sifat penting pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikkan pendapatan perkapita tersebut harus terus berlangsung dalam jangka panjang, perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya).
Pertumbuhan Ekonomi
            Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDRB tanpa memndang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad, 1997:13). Jika ingin mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Dalam membandingkannya harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan yang nasional yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan oleh dua faktor yaitu perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Adanya pengaruh dari faktor yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain (Sadono Sukirno) :
a.       Tanah dan kekayaan alam lain
Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.
b.       Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertambahan ekonomi terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
c.       Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemampuan ekonomi yang lebih tinggi.
d.        Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sikap masyarakat akan menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.
e.       Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan.
Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas menghambat pertumbuhan ekonomi.
Model Pertumbuhan Ekonomi
Tujuan dari pertumbuhan ekonomi adalah meningkatkan pendapatkan perkapita penduduk. Pendapatan perkapita kemudian akan memperluas pilihan-pilihan (enlarging choices) penduduk untuk mencapai kesejahteraan-nya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi adalah faktor yang penting untuk mencapai tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu salah satu fokus dalam ilmu ekonomi adalah mengenai teori-teori pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teori pertumbuhan pada umumnya berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pertumbuhan dan prilakunya. 
Secara umum teori-teori pertumbuhan ekonomi menyebutkan bermacam-macam sumber pertumbuhan ekonomi, diantaranya:
a.       Perdagangan
b.      Spesialisasi
c.       pertumbuhan penduduk
d.      tabungan
e.       investasi
f.       akumulasi kapital
g.      proporsi faktor produksi
h.      teknologi sampai dengan teori baru yang berfokus pada keunggulan sumber daya manusia.
Model Pertumbuhan Ekonomi Regional dan Interregional.
Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu, model basis ekspor hanya membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daereah tetangga. Model ini memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat.Model ini memiliki dua model skenario tentang pertumbuhan antar daerah, yaitu :
a.       Surplus impor karena kenaikan pendapatan
Investasi masuk Ă  tenaga kerja masuk Ă  mendorong ekspor daerah sekitarnya Ă  impor daerah sekitarnya meningkat Ă  ekspor daerah i meningkat Ă  pemerataan pembangunan.
b.      Surplus impor karena produksi merosot
Investasi keluar Ă  migrant tenaga kerja keluar Ă  impor daerah luar meningkat Ă  ekspor daerah i meningkat Ă  menjadi sadle-point untuk daerah i tetapi dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah Ă  pembangunan daerah semakin pincang.
Masalah kunci untuk daerah i adalah pada saat impor daerah sekitarnya meningkat, seberapa jauh kebutuhan impor dapat dipenuhi di daerah i. Apabila ekspor daerah i hanya meningkat sedikit, daerah akan tertinggal. Sebaliknya apabila ekspor daerah i naik cukup tinggi maka pendapatan daerah i akan meningkat mengejarndaerah sekitarnya. Dalam model interregional terlihat bahwankemampuan untuk meningkatkan ekspor sangat berpengaruh dan menjamin kelangsungan pertumbuhan suatu daerah dan menciptakan pemerataan pertumbuhan antar daerah.
Pertumbuhan regional pada dasarnya mengunakan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi secara agregat. Hanya saja titik tekanan analisis pertumbuhan regional lebih diletakan pada perpindahan faktor (factor movements). Arus modal dan tenaga kerja yang mengalir dari suatu daerah ke daerah lain membuka peluang bagi perbedaan tingkat pertumbuhan anta daerah. Dalam analisis dinamik, tingkat pertumbuhan suatu daerah dapat jauh lebih tinggi dari tingkat normal yang dicapai oleh perekonomian nasional ataupun sebaliknya.      
Pertumbuhan ekonomi regional adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di regional tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Perhitungan pendapatan regional pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar  dapat  melihat pertambahan dari  satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan.
Kemakmuran suatu regional  selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di regional  tersebut  juga oleh seberapa besar terjadi  transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar regional atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. (Boediono 1999) "Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang," jadi, persentase pertambahan  output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.
Teori ekonomi regional menyatakan, kemakmuran suatu regional  selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di regional  tersebut  juga oleh seberapa besar terjadi  transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar regional atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Berdasarkan terori ekonomi regional tersebut maka dalam model pertumbuhan ekonomi interregional memasukan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya dinamakan model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat.
sumber-sumber perubahan pendapatan regional meliputi :
1.             Perubahan pengeluaran otonom regional (misalnya investasi dan pengeluaran   pemerintah)
2.             Perubahan tingkat pendapatan suatu daerah atau beberapa daerah lain yang berada dalam suatu sistem yang akan terlihat dari perubahan ekspor dari daerah i
3.             Perubahan salah satu di antara parameter-parameter model (hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan interregional, atau tingkat pajak marginal)
Richardson ( dalam .Boediono 1999) dengan memanipulasi rumus pendapatan yang dikemukakan pertama kali oleh Keynes, merumuskan model interregional ini sebagai berikut:
Pendapatan daerah adalah
 Yi = Ci + Ii + Gi + X i  - Mi
Keterangan:
Yi   = regional income
Ci = regional consumption
Ii     = regional investment
Gi = regional government expenditure
X i = regional exports
M i = import

Pendapatan = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor – impor
  Dalam model pertumbuhan interregional, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah yaitu :
1.      Investasi
2.      pengeluaran pemerintah
3.      perdagangan antara daerah (ekspor-impor).
Dalam model pertumbuhan interregional terlihat bahwa kemampuan untuk meningkatkan ekspor sangat berpengaruh demi menjamin kelangsungan pertumbuhan suatu  daerah dan menciptakan pemerataan pertumbuhan antara daerah, menjelaskan hubungan yang terjadi antara daerah yang lebih maju (sebut saja dengan istilah kota) dengan daerah lain yang lebih terbelakang, sebagai berikut :
1.             Generatif
Yaitu hubungan yang saling menguntungkan atau saling mengembangkan antara daerah yang lebih maju dengan daerah yang ada di belakangnya. Daerah kota dapat menyerap tenaga kerja atau memaparkan produksi dari daerah pedalaman (daerah yang lebih terbelakang). Sementara itu, daerah pedalaman berfungsi sebagai tempat untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh industri perkotaan, dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut. Selain itu, kota merupakan tempat inovasi dan modernisasi yang dapat diserap oleh daerah pedalaman. Adanya pertukaran dan saling ketergantungan ini, akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan sejajar antara  daerah kota dengan daerah yang ada di belakangnya.
2.             Parasitif
Yaitu hubungan yang terjadi dimana daerah kota (daerah yang lebih maju (tidak banyak membantu atau menolong daerah belakangnya, dan bahkan bisa mematikan berbagai usaha yang mulai tumbuh di daerah belakangnya. Kota parasitif umumnya adalah kota yang belum banyak berkembang industrinya, dan masih memiliki sifat daerah pertanian tetapi juga perkotaan sekaligus.
3.             Enclave (tertutup),
Dimana daerah kota (daerah yang lebih maju) seakan-akan terpisah sama sekali dengan daerah sekitarnya yang lebih terbelakang. Buruknya prasarana, perbedaan taraf hidup dan pendidikan yang mencolok dan faktor-faktor lainnya dapat menyebabkan kurangnya hubungan antara kedua daerah di atas. Untuk menghindari hal ini, daerah-daerah terbelakang perlu didorong pertumbuhannya, sedangkan daerah yang lebih maju dapat  berkembang atas kemampuannya sendiri.
Pertumbuhan memiliki empat ciri  yaitu :
1.    Adanya hubungan internal
            Adanya  hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, hubungan  internal sangat menentukan dinamika sebuah daerah. Ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang  tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. Pertumbuhan tidak terlihat pincang, dan sektor yang tumbuh cepat tetapi ada sektor lainnya yang tidak terkena imbas sama sekali. Berbeda halnya dengan kota perantara (transit), hanya berfungsi mengumpulkan berbagai macam komoditi dari daerah di belakangnya dan menjual ke kota lain yang lebih besar, selanjutnya membeli berbagai macam kebutuhan masyarakat dari kota lain untuk didistribusikan ke daerah yang ada di belakangnya.
2.    Ada efek pengganda (multiplier effect)
            Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek  pengganda. Apabila ada satu sektor di suatu wilayah mengalami kenaikan permintaan yang berasal dari luar wilayah, maka produksi sektor tersebut akan meningkat. Karena ada keterkaitan dengan sektor-sektor lain, maka produksi sektor-sektor lainnya juga meningkat dan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan, sehingga total kenaikan produksi  bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan awal yang berasal dari luar wilayah tersebut. Unsur efek pengganda sangat berperan dalam membuat kota itu memacu pertumbuhan daerah dibelakangnya. Karena terjadi peningkatan produksi berbagai sektor di daerah yang lebih maju, akan memacu dan meningkatkan permintaan bahan baku dari daerah-daerah yang ada di belakangnya.
3.             Adanya konsentrasi geografis
                  Konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi  di antara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attractiveness) dari wilayah yang lebih maju tersebut. Orang yang datang ke wilayah tersebut dapat bisa memperoleh berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Dengan demikian dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Hal inilah yang menjadi daya tarik wilayah maju untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang semakin meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi lanjutan.
4.      Bersifat mendorong pertumbuhan daerah di belakangnya
                  Hal ini berarti antara wilayah yang lebih maju dengan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Daerah yang lebih maju membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan selanjutnya menyediakan berbagai macam kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Apabila wilayah yang lebih maju memiliki  hubungan yang harmonis dengan daerah belakangnya dan juga memiliki ketiga karakteristik di atas, maka wilayah tersebut akan berfungsi mendorong daerah belakangnya.
Perdagangan Interregional
Menurut Nopirin (1995). Menyangkut hubungan  antara negara  ataupun antara wilayah dalam saut negara, maka pada prinsipnya secara teoritis perdagangan antara wilayah dapat saling menguntungkan satu sama lain. Dengan menggunakan asumsi dua wilayah A dan B ; dan hanya satu barang  yang diperdagangan; dapat dilakukan analisis secara parsial untuk melihat terjadinya perdagangan antara wilayah. Karena harga keseimbangan yang terjadi di wilayah A berbeda (lebih rendah) dengan harga keseimbangan di daerah B maka perbedaan ini membuka peluang untuk terjadinya perdagangan antara wilayah (interregional). Barang akan mengalir (diekspor) dari wilayah A ke wilayah B. Harga barang di wilayah A akan naik karena jumlahnya berkurang, sementara  harga barang di wilayah B akan  turun karena jumlahnya bertambah banyak. Demikian seterusnya sampai pada satu titik dimana harga barang pada kedua wilayah adalah sama.
Selanjutnya, dalam teori basis ekspor (base export theory) yang menganggap ekspor satu-satunya kegiatan untuk mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan baru. Jadi pertumbuhan ekonomi regional sangat tergantung kepada aktivitas ekspor. 
Dalam model pertumbuhan interregional, menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi regional  terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh aktivitas ekspor tetapi juga disebabkan oleh variabel lainnya antara lain :
1.      Investasi dan pengeluaran pemerintah
2.      Pertumbuhan daerah lain yang berada dalam satu sistem
3.      Pertumbuhan dalam hasrat konsumsi  marginal, koefisien perdagangan interregional, dan tingkat pajak marginal. 

DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Darma (2006). Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan
             Ekonomi Daerah : Pendekatan Input-Output Multiregional Jawa Timur ,
             Bali dan Nusa Tenggara Barat. Disertasi S2 Institut Pertanian Bogor:
             tidak diterbitkan.


Tidak ada komentar: