Ana Pangesti1*
Wakino & Singgih Prihadi2
1Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi,
FKIP,UNS Surakarta
2Dosen Pendidikan Geografi, FKIP,
UNS Surakarta
ABSTRACT
The purpose
of the research was : (1) knowing the
differentces student’s spatial ability with applying 4MAT model, Learning Cycle
5E model and Ekspositori model, (2) knowing the effectiveness application of
4MAT model and Ekspositori model towards spatial ability, (3) knowing the
effectiveness application of Learning Cycle 5E model and Ekspositori model
towards spatial ability, (4) knowing the effectiveness application of 4MAT model
and Learning Cycle 5E model towards spatial ability on topic of the
Characteristics of the Layer of Earth and Continental Driftinfirst grade of 1
Surakarta Senior High School Terms 2015/2016.
This
research is a Quasy-Experimental Research with “Pre-test – Post-test
Design”.The population used were the X MIA 8, X MIA 9, X IIS 1 and X IIS 2 of 1
Surakarta Senior High Schooland the samples are the students of class X MIA 8
whom treated as experimental class one, X MIA 9 whom treated as experimental 2
and X IIS 1 as the control class. The sampling technique which is used is
Cluster Random Sampling. Collecting data techniques which is used were tests,
documentations and observations. Technique of analyzing data which is used was
one way anova and further Anava test (Scheffe’ test).
Results of
this research showed that (1) there were student’s spatial ability differentces between application of 4MAT
model, Learning Cycle 5E model and Ekspositori model (Fobs = 7,918 > Fα =
3,07), (2) 4MAT model application is more effective towards student’s spatial
ability compared to Ekspositori model
(Fobs = 15,732 > Fα = 3,07) ,(3) Learning Cycle 5E model application
is more effective towards student’s spatial ability compared to Ekspositori
model (Fobs = 4,505 > Fα = 3,07), (4) 4MAT model application is more
effective towards student’s spatial ability compared to Learning Cycle 5E
model (Fobs = 4,079 > Fα = 3,07) on
topic of the Characteristics of the Layer of Earth and Continental Driftinfirst
grade of 1 Surakarta Senior High School Terms 2015/2016.
Keywords:
4MAT, Learning Cycle 5E, Spatial Ability.
PENDAHULUAN
Kecakapan spasial menurut Association
of American Geographers kecakapan
spasial merupakan kompetensi penting dalam memahami lingkungan sekitarnya.
Aspek kecakapan spasial menurut Association
of American Geographers meliputi comparison,
aura, region, transition, analogy, hierarchy, pattern dan association. Kecakapan spasial sangat
dibutuhkan peserta didik untuk mengkaji, mengkaitkan, dan mempresentasikan
fenomena yang ada di permukaan bumi.
Pencapaian dalam mengoptimalkan kecakapan spasial ini membutuhkan sebuah model
pembelajaran yang mampu menghubungkan materi dengan tujuan yang akan dicapai
yaitu topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua dengan
tujuan pencapaian makna pembelajaran serta kecakapan spasial, karena tidak
semua model pembelajaran sesuai untuk materi dengan tujuan yang berbeda.
Penerapan model 4MAT dipilih berdasarkan pertimbangan pendapat ahli, yaitu
menurut McCharthy (2002: 1.18)
menyampaikan:
Dawing
heavily upon these brain studies and grounded in the work of John Dewey, David
Kolb and Carl Jung, has created a pedagogical model which assumes (1) that
individuals learn in different yet identifiable ways, and that (2) engagement
with a variety of diverse learning sets results in higher levels of motivation
and performance.
Menurut McCharthy pada kutipan di
atas, dapat disimpulkan bahwa model 4MAT
merupakan hasil penelitian otak yang didasarkan pada karya John
Dewey, David Kolb dan Carl Jung. Mereka mengasumsikan bahwa individu belajar
dengan cara yang berbeda dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
menghasilkan tingkat motivasi yang lebih tinggi. Model 4MAT merupakan model yang memperhatikan gaya belajar
peserta didik melalui strategi pembelajaran (Ovez, 2012 : 2198). Langkah awal
pada model 4MAT adalah menciptakan suatu pengalaman. Pengalaman tersebut
kemudian dikembangkan konsep dan diaplikasikan hal-hal yang relevan agar dapat
mengerjakan dan menerapkan hal-hal yang kompleks. Mengintegrasikan pengalaman
kedalam penerapan sehari-hari membantu peserta didik berfikir tingkat tinggi
dan berfikir keruangan. Hal tersebut menjadi alasan pemilihan model 4MAT untuk
mencapai tujuan dalam mengoptimalkan kecakapan spasial peserta didik.
Model Siklus Belajar 5E menurut Bybee (2006: 8)
menyatakan bahwa the BSCS model has five
phases: engagement, exploration, explanation, elaboration, and evaluation. Langkah
awal model Siklus Belajar 5E adalah membangkitkan minat peserta didik melalui
pengalaman yang dimiliki peserta didik. Peserta didik dituntut untuk
menjelaskan bedasarkan dengan pengalaman peserta didik. Model Siklus Belajar 5E
ini mendorong peserta didik mengaplikasikan konsep dan keterampilan yang
dimiliki. Hal tersebut membantu peserta didik dalam mengoptimalkan kecakapan
spasial peserta didik.
Dalam penelitian ini
menggunakan tiga model pembelajaran untuk membandingkan keefektivanya yaitu
model 4MAT, model Siklus Belajar 5E dan model Ekspositori pada topik bahasan
karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua. Model Ekspositori mencerminkan
keutamaan guru sehingga menekankan penyampaian materi secara verbal kepada
peserta didik dengan tujuan penguasaan materi secara optimal dan guru
menganggap kemampuan setiap peserta didik sama. Model Ekspositori dalam
penelitian ini diterapkan pada kelompok kontrol. Penelitian dilakukan di SMA
Negeri 1 Surakarta, dengan alasan sekolah tersebut merupakan salah satu Sekolah
Menengah Atas yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 dan di SMA Negeri 1
Surakarta belum pernah diterapkan model 4MAT dan model Siklus Belajar 5E pada
pembelajaran geografi sehingga dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas model
4MAT, Siklus Belajar 5E dan Ekspositori sebagai kontrol yang diujikan pada
topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua.
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui efektivitas antara model 4MAT dengan model Siklus Belajar 5E
terhadap kecakapan spasial peserta didik pada pembelajaran geografi kelas X SMA
Negeri 1 Surakarta pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran
benua. Menurut
Dick & Reiser (1989) dalam Sutikno (2013:
173) mendefinisikan pembelajaran efektif sebagai suatu pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan
sikap serta yang membuat siswa senang. Pembelajaran efektif merupakan suatu
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik untuk mencapai keberhasilan sesuai tujuan
pembelajaran. Efektivitas
pembelajaran melalui penerapan model 4MAT dan Siklus Belajar 5E untuk mengetahui kecakapan spasial peserta
didik.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta.
Berdasarkan hasil observasi, SMA Negeri 1 Surakarta
merupakan salah satu Sekolah Menengah atas yang menerapkan Kurikulum 2013
sehingga dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas tiga model yang diujikan
pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua. Pada SMA
Negeri 1 Surakarta belum pernah diterapkan model 4MAT dan
model Siklus Belajar 5E terhadap
kecakapan spasial pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran
benua. Dari uraian permasalahan yang
telah dikemukakan penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perbedaan antara kecakapan spasial peserta didik dengan menerapan model 4MAT, model Siklus Belajar
5E
dan
model Ekspositori pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran
benua kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
2015/2016, (2) mengetahui
efektivitas penerapan model 4MAT dengan model Ekspositori terhadap kecakapan
spasial peserta didik pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan
pergeseran benua kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
2015/2016, (3) mengetahui
efektivitas penerapan model Siklus Belajar 5E lebih dengan model Ekspositori terhadap
kecakapan spasial peserta didik pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi
dan pergeseran benua kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
2015/2016, (4) mengetahui
efektivitas penerapan model 4MAT dengan model Siklus Belajar 5E terhadap kecakapan spasial peserta
didik pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua
kelas X SMA
Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
METODE
PENELITIAN
Penelitian eksperimen semu (Quasy Experimental) ini menggunakan Nonrandomized control group
pretest-posttet design (desain pretes-pascates kelompok
kontrol tanpa acak). Desain
tersebut termasuk dalam desain eksperimen semu atau Quasi Eksperimen yaitu desain eksperimen yang digunakan karena pada
kenyataanya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian
(Sugiyono, 2013: 77). Populasi yang digunakan adalah peserta didik kelas X MIA 8, X MIA 9, X IIS 1 dan X IIS 2 SMA Negeri 1 Surakarta dan sampel penelitian adalah peserta didik kelas
X MIA 8 sebagai kelas eksperimen 1, kelas X MIA 9 sebagai kelas eksperimen 2
dan kelas X IIS 1 sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, artinya
pengambilan sampel dari populasi yang diambil dari unit dalam populasi yang
mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel, bukan peserta didik secara
individual tetapi rombel.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes, dokumentasi dan
observasi. Tes yang diberikan oleh guru bertujuan untuk
mengetahui kecakapan spasial peserta didik. Dokumentasi ini
digunakan untuk memperoleh data
sekolah, data
identitas peserta didik, jumlah peserta didik , dan dokumen pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Observasi digunakan untuk
memperoleh data keefektivan model
4MAT, model Siklus Belajar 5E
dan model Ekspositori.
Instrumen
dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes kecakapan spasial dan instrumen
observasi. Sebelum digunakan,
instrumen tes diuji validitas butir soal (Pearson korelasi product moment), uji reliabilitas (Kuder-Richardson
20), uji taraf kesukaran dan uji
daya beda. Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas
dan uji homogenitas. Uji hipotesis menggunakan anava satu jalan dilanjutkan
dengan pasca anava (metode scheffe’).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Kecakapan Spasial
Pengukuran kecakapan spasial peserta didik diambil dari hasil pretest maupun posttest yang terdiri dari 15 butir
soal pilihan ganda pada topik
bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua. Jumlah soal tes kecakapan spasial antara kelas kontrol maupun
kelas eksperimen baik dari soal pretest
maupun posttest adalah sama sebanyak 15 soal yang
meliputi 8 komponen kecakapan spasial yaitu comparation,
aura, region, transition, analogy, heirarki, pattern dan association.
Data kecakapan spasial
digunakan untuk menunjukkan perbedaan kecakapan spasial antara kelas eksperimen
1 (model 4MAT), eksperimen 2 (model Siklus Belajar 5E) dan kelas kontrol (model
Ekspositori). Distribusi nilai kecakapan spasial kelas eksperimen dan kontrol
disajikan dalam skala 100 pada Tabel 1.
Tabel 1 Distribusi Nilai
Kecakapan Spasial
Interval Nilai
|
Frekuensi
|
|||||
Eksperimen 1
|
Eksperimen 2
|
Kontrol
|
||||
Pretest
|
Posttest
|
Pretest
|
Posttest
|
Pretest
|
Posttest
|
|
25-36
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
0
|
37-48
|
21
|
0
|
20
|
0
|
13
|
0
|
49-60
|
8
|
5
|
7
|
9
|
4
|
15
|
61-72
|
0
|
8
|
0
|
9
|
0
|
3
|
73-84
|
0
|
16
|
0
|
12
|
0
|
3
|
85-95
|
0
|
5
|
0
|
2
|
0
|
1
|
Mean
|
43,92
|
73,33
|
44,38
|
68,75
|
43,94
|
63,03
|
Standar Deviasi
|
7,89
|
9,71
|
7,11
|
9,03
|
8,14
|
8,66
|
Nilai Min
|
26,67
|
53,33
|
33,33
|
53,33
|
33,33
|
53,33
|
Nilai Maks
|
60
|
93,33
|
60
|
86,67
|
60
|
86,67
|
N
|
34
|
32
|
22
|
Sumber: Hasil Perhitungan Data Penelitian Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki kecakapan spasial yang berbeda. Rata-rata nilai pretest lebih rendah dibandingkan dengan
nilai posttest. Hal ini dikarenakan pretest dilakukan sebelum diberi
perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran terhadap topik bahasan
karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua. Perlakuan yang diberikan akan
memengaruhi pemahaman yang dimiliki terhadap topik bahasan sehingga berpengaruh
dalam menyelesaikan soal posttest.
Kecakapan spasial peserta didik pada ketiga kelompok masih jauh mencai KKM
yang diterapkan SMA Negeri 1 Surakarta. KKM yang digunakan oleh SMA Negeri 1
Surakarta pada mata pelajaran geografi kelas X adalah 80. Berdasarkan nilai KKM
yang diterapkan dapat diketahui presentase ketuntasan kecakapan spasial kelas
eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Presentase Nilai Ketuntasan
Kecakapan Spasial
Kelompok
|
Perlakuan
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
Eksperimen 1 (4MAT)
|
Pretest
|
Tuntas
|
0
|
0
|
Tidak Tuntas
|
34
|
100
|
||
Posttest
|
Tuntas
|
12
|
35
|
|
Tidak Tuntas
|
22
|
65
|
||
Eksperimen 2 (Siklus Belajar
5E)
|
Pretest
|
Tuntas
|
0
|
0
|
Tidak Tuntas
|
32
|
100
|
||
Posttest
|
Tuntas
|
6
|
19
|
|
Tidak Tuntas
|
26
|
81
|
||
Kontrol (Ekspositori)
|
Pretest
|
Tuntas
|
0
|
0
|
Tidak Tuntas
|
22
|
100
|
||
Posttest
|
Tuntas
|
2
|
9
|
|
Tidak Tuntas
|
20
|
91
|
Sumber: Hasil Perhitungan Data Penelitian Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan ketuntasan kecakapan
spasial sebelum dan setelah diberi perlakuan. Pada ketiga kelompok eksperimen
1, eksperimen 2 dan kontrol 100% tidak tuntas ketika pretest. Kelompok eksperimen 1 setelah diterapkan model 4MAT
terdapat 12% peserta didik yang tuntas. Kelompok eksperimen 2 setelah
diterapkan model Siklus Belajar 5E terdapat 6% peserta didik yang tuntas, dan
pada kelompok kontrol setelah diterapkan model Ekspositori terdapat 2% peserta
didik yang tuntas.
Perbandingan ketuntasan setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen1,
eksperimen 2 dan kontrol adalah 12 : 6 : 2. Kelompok eksperimen 1 dengan
perlakuan model 4MAT mengalami kenaikan ketuntasan paling baik dibandingkan
dengan kelompok eksperimen 2 dan kontrol. Kelompok kontrol mengalami perubahan
ketuntasan setelah diberi perlakuan paling rendah diantara kelompok lain yaitu
2%. Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 2 ketuntasan pada pengukuran
kecakapan spasial peserta didik masih jauh dari yang diharapkan. Tabel 2
presentase nilai ketuntasan kecakapan spasial dapat diperjelas dengan Gambar 1.
Gambar 1 Histogram Nilai Ketunntasan Kecakapan
Spasial kelompok Eksperimen 1, Eksperimen 2 dan Kontrol
Data kecakapan spasial apabila dijabarkan menurut 8
komponen dasar kecakapan spasial akan menghasilkan presentase data yang
disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3.
Tabel 3 Presentase Komponen Kecakapan Spasial
Komponen
Kecakapan Spasial
|
4MAT
|
Siklus
Belajar 5E
|
Ekspositori
|
|||||||||
Frekuensi
|
Persen
(%)
|
Frekuensi
|
Persen
(%)
|
Frekuensi
|
Persen
(%)
|
|||||||
Pre
|
Post
|
Pre
|
Post
|
Pre
|
Post
|
Pre
|
Post
|
Pre
|
Post
|
Pre
|
Post
|
|
Comparison
|
22
|
26
|
65
|
76
|
19
|
23
|
59
|
72
|
11
|
15
|
50
|
68
|
Aura
|
3
|
14
|
9
|
41
|
3
|
14
|
9
|
44
|
2
|
7
|
9
|
32
|
Region
|
19
|
28
|
56
|
82
|
20
|
25
|
63
|
78
|
14
|
17
|
64
|
77
|
Transition
|
14
|
26
|
41
|
76
|
11
|
20
|
34
|
63
|
7
|
13
|
32
|
59
|
Analogy
|
30
|
30
|
88
|
88
|
22
|
29
|
69
|
91
|
17
|
18
|
77
|
82
|
Heirarki
|
17
|
24
|
50
|
71
|
13
|
19
|
41
|
59
|
11
|
13
|
50
|
59
|
Pattern
|
3
|
28
|
9
|
82
|
4
|
23
|
13
|
72
|
3
|
16
|
14
|
73
|
Association
|
1
|
21
|
3
|
62
|
9
|
20
|
28
|
63
|
9
|
10
|
41
|
45
|
Sumber: Hasil Perhitungan Data Penelitian Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 3 komponen dasar kecakapan spasial yang
terdiri dari comparation, aura, region, transition, analogy, heirarki,
pattern dan association mengalami perubahan presentase. Perbandingan kecakapan spasial
peserta didik sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi perlakuan dapat
dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan Pretest-Posttest
Kecakapan Spasial
Komponen Kecakapan Spasial
|
Presentase (%)
|
||
4MAT
|
Siklus Belajar 5E
|
Ekspositori
|
|
Comparison
|
11
|
13
|
18
|
Aura
|
32
|
35
|
23
|
Region
|
26
|
15
|
3
|
Transition
|
35
|
29
|
5
|
Analogy
|
0
|
22
|
13
|
Heirarki
|
21
|
18
|
9
|
Pattern
|
73
|
59
|
59
|
Association
|
59
|
35
|
4
|
Sumber: Hasil Perhitungan Data
Penelitian Tahun 2016
Tabel 4 Perbandingan pretest-posttest
kecakapan spasial lebih jelasnya disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Histogram Perbandingan Pretest-Posttest Kecakapan Spasial
Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan perbandingan 8 komponen
dasar kecakapan spasial perubahan sebelum dilakukan perlakuan dan setelah
diberi perlakuan. Delapan komponen dasar kecakapan spasial yang mengalami
perubahan paling baik yaitu pada kelompok eksperimen 1 setelah diberi perlakuan
dengan menerapkan model 4MAT, kemudian kelompok eksperimen 2 setelah diberi
perlakuan dengan menerapkan model Siklus Belajar 5E dan perubahan yang paling
rendah pada kelompok kontrol setelah diberi perlakuan dengan menerapkan model
Ekspositori.
Pengujian Persyaratan Analisis
Uji Normalitas Data
Normalitas data merupakan salah satu syarat yang
harus dilakukan sebelum melakukan uji anava. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Normalitas
suatu data sangat penting karena dengan data yang terdistribusi normal maka
data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Uji normalitas dilakukan dengan
metode Liliefors dengan taraf signifikasn 5%. Hasil uji normalitas pada
masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil
Rangkuman Uji Normalitas Data Pretest-Posttest
No
|
Model
Pembelajaran
|
Kelompok Tes
|
Jumlah Sampel
|
Harga
L
|
||
L Hitung
|
L Tabel
|
Kesimpulan
|
||||
1
|
4MAT
|
Pretest
|
34
|
0,1320
|
0,1519
|
Normal
|
Posttest
|
34
|
0,0882
|
0,1519
|
Normal
|
||
2
|
Siklus Belajar 5E
|
Pretest
|
32
|
0,0801
|
0,1566
|
Normal
|
Posttest
|
32
|
0,0965
|
0,1566
|
Normal
|
||
3
|
Ekspositori
|
Pretest
|
22
|
0,0513
|
0,1889
|
Normal
|
Posttest
|
22
|
0,1247
|
0,1889
|
Normal
|
Sumber:
Hasil Perhitungan Data 2016
Untuk
menentukan normalitas dari data tersebut cukup membaca nilai Lhitung
dibandingkan dengan Ltabel. Jika Lhitung < Ltabel,
maka kesimpulannya adalah data tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 5 dapat
diperoleh informasi nilai Lhitung pada masing-masing kelompok tes
lebih kecil dari Ltabel, sehingga H0 diterima dan dapat
disimpulkan bahwa sampel penelitian yang terdiri dari kelas eksperimen 1, kelas
eksperimen 2, dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Uji Homogenitas
Data
Uji prasyarat lain yang
dilakukan sebelum uji anava adalah uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan
untuk mengetahui varian data berasal dari data yang sama (homogen) atau tidak.
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan metode Bartlett dengan taraf signifikan
5%. Untuk
menentukan homogenitas dari data tersebut cukup membaca nilai X2obs
dibandingkan dengan nilai X2tabel. Jika X2obs
< X2tabel maka data tersebut bersifat tidak homogen.
Hasil rangkuman uji homogenitas data pretest
dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6 Hasil
Rangkuman Uji Homogenitas Data Pretest
Tipe/ Metode Pembelajaran
|
X2obs
|
X2tabel
|
Kesimpulan
|
4MAT
Siklus Belajar 5E
Ekspositori
|
-3384,291
|
5,991
|
Data Homogen
|
Sumber:
Hasil Perhitungan Data 2016
Berdasarkan Tabel 6 dapat dinyatakan bahwa nilai X2obs
sebesar -3384,291 sedangkan nilai X2tabel sebesar 5,991. Hal
tersebut membuktikan bahwa nilai X2obs < X2tabel.
Dengan demikian data pretest pada
kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang homogen. Hasil
rangkuman uji homogenitas data Posttest
dapat dilihat pada Tabel 7 :
Tabel 7 Hasil Rangkuman Uji Homogenitas Data Posttest
Tipe/ Metode Pembelajaran
|
X2obs
|
X2tabel
|
Kesimpulan
|
4MAT
Siklus Belajar 5E
Ekspositori
|
0,21
|
5,991
|
Data Homogen
|
Sumber:
Hasil Perhitungan Data 2016
Berdasarkan
Tabel 7 dapat dinyatakan bahwa nilai X2obs
sebesar 0,21
sedangkan nilai X2tabel sebesar 5,991. Hal
tersebut membuktikan bahwa nilai pembelajaran X2obs <
X2tabel. Dengan demikian data posttest pada kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari
populasi yang homogen.
Pengujian Hipotesis
Pengujian
Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
anava satu jalan. Pengujian
hipotesis pertama dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penerapan model 4MAT, Siklus Belajar 5E dan Ekspositori terhadap
kecakapan spasial peserta didik. Rangkuman hasil perhitungan
anava satu arah dapat dilihat pada Tabel 8 :
Tabel 8 Rangkuman Hasil Perhitungan Anava Satu Arah
Sumber
|
JK
|
dk
|
RK
|
Fobs
|
Fα
|
Metode
|
1344,46
|
2
|
|
7,9176
|
3,07
|
Galat
|
7217,00
|
85
|
|
-
|
-
|
Total
|
8561,46
|
87
|
-
|
-
|
-
|
Sumber:
Hasil Perhitungan Data 2016
Berdasarkan Tabel 8 menjelaskan tentang hasil uji
analisis variansi satu arah dengan sel sama. Untuk menentukan keputusan uji
cukup melihat nilai Fobs dibandingkan dengan nilai Fα. Nilai Fobs
sebesar 7,9176 sedangkan nilai Fα sebesar 3,07. hal ini
dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak apabila Fobs
> Fα (7,9176> 3,07).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
beda skor yang signifikan antara kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan
kelas kontrol terhadap kecakapan spasial
peserta didik. Pernyataan tersebut sejalan
dengan hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa bahwa ada perbedaan kecakapan spasial dengan menggunakan model pembelajaran 4MAT, Siklus Belajar 5E dan model pembelajaran
Ekspositori pada
topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua peserta
didik kelas X SMA Negeri 1
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian
hipotesis kedua dilakukan uji pasca anava, yaitu dengan
menggunakan metode Scheffe’ untuk mengetahui efektivitas model 4MAT dan Ekspositori
terhadap kecakapan spasial peserta didik. Rangkuman
hasil uji pasca anava dengan menggunakan metode Scheffe’ pada kecakapan
spasial peserta didik yang disajikan dalam Tabel 9 :
Tabel 9 Rangkuman
Uji Pasca Anava dengan Metode Scheffe”
Xi
|
4MAT
|
Siklus Belajar 5E
|
4MAT
|
Xj
|
Ekspositori
|
Ekspositori
|
Siklus Belajar 5E
|
Rata-rata
Xi
|
73,33
|
68,75
|
73,33
|
Rata-rata
Xj
|
63,33
|
63,33
|
68,75
|
Ni
|
34
|
32
|
34
|
Nj
|
22
|
22
|
32
|
|
100
|
29,34
|
21,01
|
RKG ()
|
6,36
|
6,51
|
5,15
|
F
hitung
|
15,732
|
4,5053
|
4,0788
|
F table
|
3,07
|
3,07
|
3,07
|
Keputusan
uji
|
H1 diterima
|
H1 diterima
|
H1 diterima
|
Kesimpulan
|
Beda
|
Beda
|
Beda
|
Sumber:
Hasil Perhitungan Data 2016
Berdasarkan Tabel 9 menjelaskan tentang hasil uji pasca anava dengan metode Scheffe”. Untuk menentukan keputusan uji dalam pengujian hipotesis
kedua cukup melihat nilai Fobs dibandingkan dengan nilai Fα. Nilai
Fobs sebesar 15,732 sedangkan nilai Fα sebesar 3,07. Hal ini dapat dilakukan keputusan uji H0
ditolak dengan nilai Fobs > Fα (15,732 > 3,07). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata kecakapan spasial yang berbeda secara signifikan antara model 4MAT dan Ekspositori. Hal tersebut sejalan dengan hipotesis kedua yang
menyebutkan bahwa model 4MAT lebih efektif dibandingkan model Ekspositori
terhadap kecakapan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2015/2016.
Pengujian Hipotesis Ketiga
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan hasil uji pasca anava dengan metode
Scheffe’. Untuk menentukan keputusan uji hipotesis ketiga cukup melihat nilai Fobs
dan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 4,5053 sedangkan nilai Fα sebesar 3,07, apabila dibandingkan maka Fobs>
Fα (4,5053 > 3,07). Berdasarkan
perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata kecakapan spasial yang berbeda secara signifikan antara model Siklus Belajar 5E dan Ekspositori. Hal tersebut sejalan dengan hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa model Siklus
Belajar 5E lebih
efektif dibandingkan model Ekspositori terhadap kecakapan spasial
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
Pengujian Hipotesis Keempat
Berdasarkan Tabel 9 menjelaskan
tentang hasil uji pasca anava dengan
metode Scheffe’. Untuk
menentukan keputusan uji dalam pengujian hipotesis ketiga cukup melihat nilai Fobs
dibandingkan dengan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 4,0788
sedangkan nilai Fα sebesar 3,07. Hal
ini dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak dengan nilai Fobs
> Fα (4,0788 > 3,07).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata kecakapan spasial yang berbeda secara
signifikan antara model 4MAT dan model Siklus Belajar 5E. Hal tersebut sejalan dengan hipotesis keempat
yang menyebutkan bahwa model 4MAT lebih efektif dibandingkan model Siklus Belajar 5E terhadap kecakapan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2015/2016.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan:
(1) ada perbedaan
kecakapan spasial peserta didik antara penerapan model 4MAT, model Siklus
Belajar 5E dan model Ekspositori pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi
dan pergeseran benua kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
2015/2016, (2) model
4MAT lebih efektif dibandingkan dengan model Ekspositori terhadap kecakapan
spasial peserta didik pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan
pergeseran benua kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016, (3) model Siklus Belajar 5E lebih efektif
dibandingkan dengan model Ekspositori terhadap kecakapan spasial peserta didik
pada topik bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua kelas X SMA
Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016, (4) model 4MAT lebih efektif dibandingkan dengan
model Siklus Belajar 5E terhadap kecakapan spasial peserta didik pada topik
bahasan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua kelas X SMA
Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
Saran
Berdasarkan simpulan dapat
dikemukakan saran sebagai berikut: (1) penerapan model 4MAT dan Siklus Belajar 5E
terbukti efektif terhadap kecakapan spasial peserta didik, sebaiknya guru dapat
mengembangkan kedua model pembelajaran tersebut melalui penyempurnaan
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus
pembelajaran serta perangkat pembelajaran dilengkapi dengan media pembelajaran
Geografi (peta, citra, foto/ gambar, video) sesuai dengan materi yang hendak
disampaikan, (2) Guru diharapkan mampu menghadirkan
fenomena-fenomena nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam kelas sehingga
peserta didik memulai pembelajaran dari sebuah permasalahan dan dapat
menggunakan teori-teori yang mereka pelajari untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut, (3) Pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, guru hendaknya selalu memonitoring kegiatan peserta
didik baik kegiatan individu maupun kegiatan kelompok sehingga peserta didik
akan terbantu memahami materi maupun hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran
yang belum tersampaikan ketika presentasi, (4) Perlu
adanya pengembangan hasil penelitian dalam menerapkan model 4MAT dan Siklus
Belajar 5E pada pokok bahasan yang lain yang berkaitan dengan pembelajaran
Geografi maupun pengembangan penelitian lain yang relevan sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Geografi.
DAFTARPUSTAKA
Bybee,
W., Roger, Taylor, Joseph A. 2006. The
BSCS 5E Intructional Model: Origins and Effectiveness- A Report Prepared
for the Office of Science Education National Institutes of Health. Colorado:
BSCS
McCarthy,
Bernice. Germain, Clif St. dan Lippitt, Linda. 2002. The 4MAT Research Guided. About Learning, Incorporated. Wauconda,
Illino.
Ovez,
Filiz Tuba Dikkartin. 2012. The Effect of the 4MAT Model on Student’s Algebra
Achievements and Level of Reaching Attainmens. International Journal. Balikesir University, Education Faculty of
Nacatibey Elementary Mathematics Education Department Balikesir and 10100.
Turkey. Int. J. Contemp. Math. Sciences, Vol. 7, 2012, no. 45, 2197-2205
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar