MAKALAH
KONDISI
GEOLOGI LINGKUNGAN RAJA AMPAT
Disusun oleh:
Alief
Bagas Oktavian K5412005
Ana
Pangesti K5412008
Daryanti K5412023
Ganang
Eko W K5412033
Izmia
Noor Afianinda K5412036
Khamdiyah K5412039
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Maha Tinggi yang telah
melimpahkan berkat, rahmat serta kasih penyertaannya-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Geologi Indonesia ini dengan lancar.
Didalam pembuatan
Makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak maka laporan ini
dapat terselesaikan dengan maksimal. Maka dengan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen
pembimbing mata kuliah Geologi
Indonesia
2. Teman-teman
yang telah membantu penyelesaian
makalah ini dengan lancar.
Semoga
amal kebaikan dari semua pihak yang telah penulis sebutkan akan mendapatkan
imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Akhirnya penulis berharap semoga
laporan ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Penulis
menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan
karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk kemajuan penulisan laporan ini.
Surakarta, 30
Mei 2013
Penulis
PENDAHULUAN
Secara geografis
Kepulauan Raja Ampat terletak di Prosvinsi Papua Barat. Raja Ampat dinobatkan
menjadi sebuah kabupaten pada tahun 2003 setelah sebelumnya masuk sebagai
distrik atau salah satu kecamatan di Kabupaten Sorong. Raja Ampat sendiri memiliki 610 pulau yang mana shanya terdapat
sekitar 35 pulau yang sudah berpenghuni serta 4 pulau utamanya antara lain
Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Misool dan Pulau Batanta.
Kondisi daripada Kepulauan Raja
Ampat yang amat begitu beragam dalam hal proses pembentukannya serta
keberagaman geologinya. Keberagaman geologi sendiri dapat diaartikan atau
didefinisikan sebagai suatu variasi bentukan-bentukan geologi yang meliputi
batuan, mineral, fosil, air dan juga struktur geologi, bentang alam serta
proses geologi.
Latar Belakang
Kepulauan Raja Ampat
adalah merupakan daerah yang memiliki kondisi geologi yang unik dan luar biasa.
Bagaimana tidak, Kepulauan yang terdiri dari empat pulau utama, yakni Pulau
Misool, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Waigeo ini terdsusun atas
batuan-batuan karst yang mana karst sendiri adalah merupakan hasil dari
pelapukan-pelapukan organisme bawah laut seperti kerang. Ini berarti pada zaman
sebelum terbentuknya Kepulauan Raja Ampat, kondisi Raja Ampat adalah berada di
dalam perairan yang kemudian terjadi pergerakan yang mengakibatkan timbulnya
pengangkatan terhadap Kepulauan Raja Ampat hingga seperti sekarang ini.
Keberadaan Kepualauan Raja Ampat
merupakan cerminan yang menarik dri proses geologi yang panjang pad awal proses
pembentukannya. Secara geologi, terbentuknya kepulauan Raja Ampat tidak terlepas
dari prmbentukan Pulau Papua yang berada pada bagian tepi lempeng
Indo-Australia. Hal ini tentu saja menjadi ketertarikan tersendiri untuk lebih
mendalami keadaan atau kondisi Kepulauan Raja Ampat dari awal terbentuk hingga
seperti sekarang ini.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang di ambil
dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut :
-
Bagaimana proses
daripada terjadinya atau terbentuknya Kepulauan Raja Ampat ?
-
Bagaimana kondisi
Kepulauan Raja Ampat ?
-
Bagaimana struktur
batuan (litologi) yang menyusun Kepulauan Raja Ampat ?
PEMBAHASAN
Proses Pembentukan
Kepulauan Raja Ampat terbentuk oleh pergerakan
lempeng Pasifik dan pembentukan laut dalam sekitar 231-163 juta tahun lalu atau
lebih tepatnya pada Zaman Jura. Pada sekitar 125 juta tahun yang lalu atau pada
Zaman Kapur Akhir benua Australia bergerak menuju arah utara dan membentuk
busur kepulauan (Supriatna, 1995). Gerakan lempeng India-Australia bergerak
sekitar 8 cm/tahun kea rah utara-timur laut dan lempeng Pasifik bergerak
sekitar 10 cm/tahun ke barat-barat laut yang kemudian membentuk Sesar Sorong
yang membelah Pulau Batanta dan Pulau Salawati. Zona atau Kawasan terdiri dari
Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Misool, Pulau Kofiau, Pulau Salawati, Pulau
Sayang, Pulau Gag, Pulau Kawe, Pulau Gam, Pulau Manuran, Pulau Mansuar dan
pulau-pulau kecil lainnya disekitar zona tersebut, serta juga beberapa selat
yaitu, Selatdampier, Selat Sagawin dan Selat Bougainville serta teluk-teluk
antara lain Teluk Mayalibit, Teluk Kabui, Teluk Lilinta, Teluk Tomolol dan
Teluk Nukari. Kawasan tersebut dikelilingi oleh Laut Seram di sebelah selatan,
Laut Halmahera di sebelah barat serta Samudera Pasifik di sebelah barat dan
timur.
Kedalaman laut (batimetri) terdalam, yaitu lebih
dari 200 meter, terletak atau terdapat di tengah-tengah laut lepas antara Pulau
Waigeo, Kofiau dan Misool (Dishidros, 1992). Sedangkan laut antara Pulau Misool
dengan Salawati dan pulau-pulau disekitarnya memiliki kedalaman kurang dari 200
meter, sedangkan laut di sekitar Pulau Waigeo pada daerah teluk berkisar antara
3 hingga 55 meter dan pada daerah tanjung yang bertebing kedalamannya dapat
mencapai 118 meter.
Karakteristik Pantai
Berdasarkan karakteristik pantai yang berupa
kenampakan bentuk, lereng, batuan penyusun, relief serta proses-proses
geodinamis yang terjadi, pantai Raja Ampat dibagi menjadi :
1) Pantai
Berpasir ; dicirikan dengan relief yang rendah, melengkung halus, pasir halus
hingga kasar, pecahan cangkang kerang, karonat, berwarna putih, ditumbuhi oleh
terumbu karang dan proses sedimentasi yang dominan. Tipe pantai seperti ini
ditemukan di kampung-kampung antara Saonek, Waisai, Urbiansopen, Kapadiri,
Selpele, Mutus dan Arborek di Pulau Waigeo serta Waigama, Atkari, Tomolol dan
Lilinta di Pulau Misool.
2) Pantai
Bertebing ; dicirikan dengan relief sedang-tinggi, batu gamping putih, batuan
beku basal, masif dan keras. Tinggi tebing dimulai dari 2 meter hingga 100
meter dengan kemiringan 20% hingga terjal. Proses geodinamis yang terjadi
adalah pengangkatan, patahan, karstifikasi serta abrasi. Daerah pantai seperti
ini dominan terdapat di Pulau Waigeo dan sekitarnya memanjang dari Teluk Kabui,
Teluk Mayabilit, daerah antara Urbinasopen hingga Selpele dan juga dominan
mengelilingi Pulau batanta, Pulau Batangpele, Pulau Kawe, Pulau Gag, Pulau
Mansuar, Pulau Misool bagian selatan.
3) Pantai
Berlumpur ; dicirikan dengan relief rendah, berbentuk bersifatt deltaic,
tersusun atas lumpur, lempung pasiran, organik, berwarna coklat hingga hitam,
lunak dan basah. Pantai yang seperti ini antara lain ditemukan di Kalitoko di
teluk Mayabilit, Kabare di Pulau Waigeo dan pantai antara Waigama hingga Atkari
di Pulau Misool. Pada pantai yang seperti ini yang dominan adalah proses
pengendapan serta hutan mangrove.
4) Pantai
Kerikil Pasiran ; dicirikan dengan relief yang rendah hingga sedang, tipe
pantai berteluk dan bertanjung, batuan tersusun atas kerikil, pasir halus
hingga kasar, batuan beku, berwarna hitam
keabu-abuan dan terletak tersebar di kaki perbukitan gunungapi purba.
Tipe pantai ini dapat ditemukan di daerah Yensawai, Arefi dan Wailebet di Pulau
Batanta dan Kalyam di Pulau Salawati.
Geomorfologi
Geomorfologi merupakan bentangalam mulai dari garis
pantai hingga perbukitan di daratan diperlihatkan dalam bentuk kemiringan
lereng, geometri, batuan, iklim dan curah hujan serta aktifitas dari manusia.
Berdasarkan geomorfologinya, Raja Kepulauan Ampat dapat dibagi menjadi :
1) Satuan
Daratan Alluvial ; terdiri dari dataran pantai, rawa dan sungai. Kemiringan
lereng kurang dari 15%, batuan tersusun atas lempung, lanau, pasir dan kerikil.
Elevasi 0-10 meter, relief relief rendah, proses yang dominan adalah
sedimentasi. Penggunaan lahan pada umumnya untuk permukiman serta ditumbuhi
bakau. Dataran ini dapat ditemukan di Saonek, Waisai, Urbinasopen, Lamlam,
Selpele, Mutus dan Arborek di Pulau Waigeo dan sekitarnya, Yensawai dan Arefi
di Pulau Batanta, serta Waigama, Atkari, Tomolol dan Lilinta di Pulau Misool.
2) Satuan
Topografi Karst ; terdiri dari batuan batu gamping, terumbu karang dan
kalkarenit. Kemiringan lereng sekitar 8% hingga terjal. Elevasi 0-650 meter,
relief kasar, membulat, terdapat rekahan, celahan, gua-gua, sungai bawah tanah
dan dolina-dolina. Proses alam yang terjadi adalah pengangkatan, patahan,
karstifikasi. Pada beberapa tempat terdapat sungai bawah tanah antara lain
Sungai Werabia di Pulau Waigeo dan Sungai Wartandip di Pulau Batanta. Pola
antar sungai saling sejajar dan hanya berair ketika musim hujan. Tutupan lahan
pada umumnya hutan lebat seperti di Pulau Waigeo sekeliling Teluk Mayalibit,
Pulau Gam, Pulau Batanta dan bagian tengah dan timur dari Pulau Misool serta
pulau-pulau kecil lainnya.
3) Satuan
Perbukitan Batuan Beku ; terdiri dari batuan ultrafamik yang bersifat palagos
dan retas, kemiringan lereng 30% hingga terjal. Elevasi 0-920 meter, relief
tingi, mempunyai gawir terjal. Proses goedinamis dominan yag terjadi adalah
patahan, erosi serta pelapukan. Lahan gersang dan tidak tertutup oleh vegetasi.
Penyebaran meluas pada bagian utara Waigeo, Pulau Kawe, Pulau Gag, Pulau Batang
Pele dan Pulau Manyaifun.
4) Satuan
Perbukitan Rendah Hingga Tinggi ; terdiri dari batuan sedimen dan interusi
gunungapi. Kemiringan lereng 8% hingga lebih dari 30%, elevasi 0-500 meter,
bentangalam bergelombang, relief rendah hingga kasar. Proses geodinamis yang
paling dominan terjadi adalah patahan, erosi serta pelapukan intensif. Tersebar
di Pulau Batanta, Pulau Misool bagian selatan dan Pulau Kofiau.
Tanah
Tanah merupakan hasi dari pelapukan batuan dan
endapan transportasi yang terdapat pada bagian atas dari batuan (Top Soil).
Hasil pelapukan dapat diklasifikasikan menjadi lapuk ringan, sedang dan lanjut.
Tanah di Kepulauan Raja Ampat dapat dibagi menjadi beberapa jenis :
1) Pasir
Kerikil ; terdiri dari batuan gamping. Mempunyai vegetasi mengisi celahan
batuan. Ketebalan 0-20 cm, ikatan semen terdiri dari pasir kerikil, berwarna
coklat kekuningan, bersifat lepas-lepas, porositas sedang, daya dukung baik.
Tersebar di sekeliling Teluk Mayalibit di Pulau Waigeo, Pulau Gam, Pulau
Batanta dan bagian tengah dan timur dari Pulau Misool.
2) Pasir
Pantai dan Sungai ; berwarna putih dan hitam, berukuran halus sampai kasar,
kerikil, bersifat lepas-lepas, porositas tinggi, terdapat cangkang kerang,
mengandung karbonat, kuarsa dan batuan beku. Daya dukung sedang. Tersebar di
permukiman-permukiman Saonek, Waisai, Urbinasopen, Lamlam, Selpele, Mutus dan
Arborek di Pulau Waigeo dan sekitarnya, Yensawai dan Arefi di Pulau Batanta,
Waigama, Atkari, Tomolol dan Lilinta di Pulau Misool.
3) Lempung
Lanauan Pasiran ; merupakan tempat terdapatnya substrat hutan rawa dan
mangrove, berwarna hitam, lunak, plastisitas tinggi, mengandung bahan organic,
berbau, jenuh air, bersifat tanah gambut dan daya dukung rendah. Penyebarannya
terdapat disekitar garis pantai dan muara-muara sungai seperti Teluk Mayabilit,
Lamlam dan Selpele di Pulau Waigeo, Yensawai di Pulau Batanta, Deer di Kofiau
serta Waigama dan Usaha Jaya di Pulau Misool.
4) Pasir
Lempungan ; merupakan pelapukan lanjut dari batuan beku basa, serpentinit,
rinjang, berwarna coklat kuning kemerahan, porositas sedang, tebal 0,5 sampai
20 meter. Lahan terlihat gersang vegetasi. Tersebar di bagian utara Pulau
Waigeo, Pulau Kawe, Pulau Gag, Pulau Batangpele dan Pulau Manyaifun.
5) Lempung
Lanauan ; dicirikan dengan warna coklat kekuningan, lunak sampai agak padat,
porositas sedang hingga tinggi, tebal antara 1 hingga 10 meter, tufaan, fragmen
pecahan batu gamping, daya dukung sedang hingga baik. Lahan ditutupi hutan
lebat. Tersebar di Waisai, Warsamdin, Urbinasopen di Pulau Waigeo dan meluas di
Lilinta, Gamta, dan Usaha Jaya di Pulau Misool.
6) Pasir
Kerikilan bongkah ; merupakan produk dari batuan gunungapi, warna coklat tua,
agak padat, porositas sedang hingga tinggi, tebal antara 1 hingga 5 meter,
tufaan, breksi vulkanik, fragmen batuan beku, daya dukung sedang hingga baik.
Tersebar di Pulau Batanta.
Batuan
Pengelompokkan batuan didasarkan atas
survey tinjau (2006) dan disebandingkan dengan peneliti terdahulu yaitu Rusmana
(1989), Amri (1990) dan Supriatna (1995). Berdasarkan studi aini penyeban dari batuan di pulau-pulau Raja AMpat dibagi
menjadi:
1)
P.
Kofiau, Batanta, Salawati dan sekitarnya, dimana pada pulau-pulau tersebut
tersusun atas endapan Aluvium dan litoral, endapan danau. Kelompok batugamping
Waigeo, Kais, Klamogun, Sagawin, Dayang, Koor dan Faumai. Batuan gunungapi Dore
dan Batanta. Batuan konglomerat Sele dan Asbakin. Batuan ultramafik Sesar
Sorong. Breksi Yefman. Formasi Klasaman, Klasafet, Arefi. Batupasir Formasi
Sirga. Serpih Formasi Saranami, Waiyar, Tamrau dan Kemum. Ofiolit Gag.
ArokosaKelompok Aifam. Granit Melariurna.
2)
P.
Waigeo dan sekitarnya, pada beberapa pulau di sana tersusun atas batuan
alluvium. Konglomerat Aneka Bahan dan Formasi Lamlam. Batugamping Waigeo, Puri
dan Terumbu. Arkosa Formasi Yeben. Batulanau Rumai dan Tanjnng Bomas. Batuan
gunungapi. Batuan Ultarmik.
3)
P.
Misool dan sekitarnya, pada pulau ini tersusun atas batuan alluvium litoral.
Betugamping Atkari, Openta, Zaag, Facet, Demu, Bogal. Anggota Batunapal Lios.
Batupasir Daram. Batulanau Formasi Fafanlap. Formasi Serpih Keskain, Serpih
Lilinta dan Yefbi. Batu Malihan Ligu.
Air Tanah
Air tanah adalahh air yang terdapat di
bawah permukaan tanah. Berdasarkan keberadaannya air tanah di Kepulauan Raja
Ampat dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu air tanah bebas, tertekan dan mata
air.
1)
Air
tanah bebas
Dapat dilihat pada sumur-sumur penduduk.
Muka air tanah berkisar antara 0,5 hingga 2m di bawah muka tanah setempat.
Ketebalan kolom air sekitar 0,5 hingga 1m. kualitas baik, berwarna bening dan
terasa tawar. Air tanah bebas terdapat di beberapa daerah seperti Saonek, Waisai,
Yensawai, Arefi di Pulau Batanta dan Waigana, Atkari, Tomolol dan Lilinta di
Pulau Misool.
2)
Air
tanah tertekan
Hingga saat ini masih belum dapat
diketahui secara pasti bagaimana karakteristik air tanah tertekan ini. Dan
masih belum diketahui pula data sekunder sehingga kita perlu adanya penelitian
khusus tentang potensi air tanah.
3)
Mata
Air
Adalah air tanah yang keluar ke
permukaan tanah karena akuifer terpotong oleh topografi. Mata air ini ditemukan
pada batas antara pelapukan tanah dengan batuan dasar. Beberapa mata air
terdapat di Kabare, Warsamdin di Pulau Waigeo dan Kaliam di Pulau Salawati.
Struktur Geologi
Tekanan tumbukan antara lempeng Indo-Australia denga
lempeng Pasifik menghasilkan patahan dan lipatan yang disertai dengan
pengangkatan serta penurunan. Hal ini terjadi pada Zaman Kapur akhir atau 125
juta tahun yang lalu. Proses Geologis ini terlihat jelas disekitar Teluk
Mayalibit di Pulau Waigeo dan Teluk Tomolol hingga Teluk Lilinta di Pulau
Misool yang dicirikan dengan kelurusan bukit-bukit, tebing dengan dinding yang
terjal, retakan dan celahan batuan serta pulau-pulau kecil yang terpotong
batuannya. Patahan-patahan ini merupakan jalan air masuk ke dalam batuan masif
sehingga terbentuk cadangan air tanah dan juga tempat tumbuhnya tanaman. Tetapi
patahan ini juga menjadi zona yang lemah dan retakan dimana batuan dapat
bergerak.
Pengankatan, Penurunan
dan Pelapukan
Di Pulau Waigeo, Pulau Kofiau, Pulau Misool dan pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya
terdapat batuan laut dan juga fosil terumbu karang yang muncul menjulang ke
atas daratan dan membentuk bukit-bukit. Cekungan yang ada yaitu Cekungan
Salawati yang mengandung hidrokarbon terbentang dari ujung Pulau Papua di
sekitar kepala burung, Pulau Salawati hingga lepas pantai utara Pulau Misool.
Sedangkan pelapukan dipengaruhi oleh kondisi iklim, cuaca serta sifaat mineral
batuan dasar. Pelapukan yang khas terjadinya endapan Nikel yang bernilai
ekonomi tinggi yang berasal dari endapan laterit dari batuan beku ultra basa
dengan ketebalan mencapai 20 meter. Tanah pelapukan ini pula merupakan media
yang baik bagi tanaman sehingga dapat tumbuh subur.
Kegempaan
Pergerakan subduksi lempeng Indo-Australia yang
menyusup lempeng Pasifik menjadikan atau menyebabkan wilayah Kepulauan Raja
Ampat sebagai zona sumber gempa bumi lajur penunjaman Indonesia Timur. Besarnya
intensitas atau tingginya tingkat kerusakan akibat gempa bumi sangat bergantung
kepada jarak tempat tersebut terhadap sumber gempa bumi serta kondisi dari
geologi setempat.
PENUTUP
Berdasarkan telaah-telaah tentang
geologi Kepulauan Raja Ampat, maka dapat disimpulkan bahwa :
1) Kepulauan
Raja Ampat terbentuk oleh pergerakan lempeng Pasifik dan pembentukan laut dalam
sekitar 231-163 juta tahun lalu atau lebih tepatnya pada Zaman Jura.
2) Kepulauan
Raja Ampat terbentuk karena adanya pergerakan tektonik dari lempeng
Indo-Australia yang bertemu dengan lempeng Pasifik.
3) Struktur
batuan atau kondisi batuan yang dominan yang terdapat pada Kepulauan Raja Ampat
pada umumnya terdiri dari batu gamping atau karst dan memiliki tebing-tebing
yang curam yang disebabkan karena proses abrasi terhadap batuan kapur.
4) Secara
geografis, letak dari Kepulauan Raja Ampat adalah berada diantara pertemuan
lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik sehingga Kepulauan Raja Ampat
merupakan daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
-
Anonim.2006. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten
Raja Ampat, Propinsi Irian Jaya Barat. Waigeo: Konsorsium Atlas Sumberdaya
Pesisir Kabupaten Raja Ampat.
-
http://misteriusnya.blogspot.com/2012/07/sejarah-terbentuknya-pulau-papua.html?m
-
http://geologialampapua.blogspot.com/2010/13/12/kondisi-geologi-raja-ampat.html!r
-
Anonim.2004. Keunikan Kepulauan Raja Ampat. General
Pustaka. Surabaya
-
http://www.keberagamangeologirajaampat.blogspot.com/2009/07/keunikan-fisiografis-raja-ampat.html