MODEL PERTUMBUHAN INTERREGIONAL
Dosen
pengampu: Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Geografi Ekonomi
Disusun oleh:
1.
Agung Sulismiyanto K5412004
2.
Alvi Yasin Martindo K5412006
3.
Ana Pangesti K5412008
4.
Ella Septiami K5412028
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perjalanan pembangunan ekonomi telah menimbulkan berbagai
macam perubahan terutama pada struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi
merupakan salah satu karakteristik yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada
hampir setiap negar maju. Berdasarkan catatan sejarah, tingkat pertumbuhan
sektoral ini termasuk pergeseran secara perlahan dan kegiatan-kegiatan pertanian
menuju ke kegiatan non pertanian dan akhir-akhir ini dari sektor industri ke
sektor jasa (Arsyad, 1995:75). Pembangunan daerah sebagai integral dari
pembangunan nasional merupakan suatu proses perubahan yang terencana dalam
upaya mencapai sasaran dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang didalamnya melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan
masyarakat di berbagai sektor. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi
potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila
pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing daerah, maka kemanfaatan sumber daya yang ada
menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses
pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.
Proses
lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dituunjukkan dengan menggunakan
tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga tingkat
perkembangan PDRB per kapita yang dicapai masyarakat seringkali sebagai ukuran
kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan
ekonomi. Secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun
merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan daerah yang dapat
dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi yaitu: Pertanian, Pertambangan dan
penggalian, Industri pengolahan, Listrik, gas dan air bersih, Bangunan,
Perdagangan, perhotelan dan restoran, Pengangkutan dan komunikasi, Keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, Sektor jasa lainnya.
Semakin besar sumbangan yang
diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB suatu daerah maka
akan dapat melaksanakan pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik. Pertumbuhan
ekonomi di lihat dari PDRB merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui indikator
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berarti pula akan meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
daerah-daerah peran pemerintah sangat diperlukan yaitu dalam pembuatan strategi
dan perencanaan pembangunan daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor
ekonomi dari tahun ke tahun.
PEMBAHASAN
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dapat dijelaskan menggunakan dua
pandangan, yaitu yang pertama, pandangan pembangunan lama atau tradisional.
Pembangunan dalam pandangan ini diartikan sebagai berbagai upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada level tertentu.
Penggunaan indikator PDRB ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam
mencerminkan tingkat kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini
memungkinkan kita untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi sebuah negara
untuk dikonsumsi oleh penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi.
Selain penggunaan indikator PDB sebagai tolok ukur pertumbuhan di suatu negara,
beberapa ahli ekonomi pembangunan lain menggunakan indikator produksi dan
penyerapan tenaga kerja (employement)
di negara tersebut.
Dalam pandangan tradisional ini, pembangunan yang dilakukan
difokuskan pada sebuah sektor ekonomi atau sebuah lokasi yang dinilai
strategis. Dengan fokus pembangunan di satu titik ini, diharapkan hasil dari
titik tersebut menjadi pusat perhatian proses pembangunan akan dapat dirasakan
oleh sektor ekonomi lain atau daerah lain yang berhubungan dengan titik
tersebut baik secara langsung mapun tidak langsung dalam bentuk perluasan
kesempatan kerja serta berbagai peluang ekonomi lainnya. Proses tersebut
disebut juga dengan istilah tricle down
effect (efek penetesan ke bawah).
Pembangunan Ekonomi dalam sudut pandang kedua atau disebut
dengan istilah pembangunan modern tidak lagi menitikberatkan pada pencapaian
PDRB sebagai tujuan akhir melainkan, menghilangkan/menghapuskan tingkat
kemiskinan yang terjadi, penanaggulangan ketimpangan pendapatan serta
penyediaan lapangan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja produktif.
Perbaikan kualitas kehidupan masyarakat seperti tingkat pendidikan yang lebih
baik, peningkatan standar kesehatan, pemberantasan kemiskinan hingga penyegaran
kehidupan budaya termasuk aspek penting pembangunan ekonomi.
Pembangunan tidak hanya dapat dilakukan di tingkat negara
maupun di tingkat nasional. Namun pembangunan dapat dilaksnanakan dalam ruang
lingkup yang lebih kecil dan seringkali pembangunan yang dilakukan di wilayah
yang lebih kecil ini memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang
dilakukan di wilayah yang lebih besar. Pada tingkat yang lebih kecil
pembangunan dilakukan setingkat propinsi, maupun setikngkat kabupataen dan
kota. Dari dua definisi di atas, baik dari pandangan tradisional maupun dari
pandangan modern, proses pembangunan yang dilakukan haruslah memiliki tiga
tujuan berikut (Todaro, 1997):
1. Peningkatan ketersediaan serta
peruasan distribusi barang kebutuhan pokok. Barang yang dimaksud berupa
kebutuhan sandang, pangan dan papan serta kebutuhan lain yang mendukung seperti
kesehatan, pendidikan hingga keamanan.
2. Peningkatan standar hidup. Tujuan
kedua ini tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan semata namun juga harus
meliputi penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan dan kehidupan
masyarakat baik secara materiil maupun menumbuhkan jati diri yang terkandung di
dalam setiap bangsa.
3. Perluasan pilihan ekonomis dan
sosial bagi setiap individu. Perluasan kesempatan ini mencakup pembebasan
masyarakat dari sifat menghamba kepada seseorang serta kepada segala sesuatu
yang mungkin merendahkan martabat kehidupan masyarakat tersebut.
Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi
mempunyai empat sifat penting pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang
berarti perubahan yang terjadi terus-menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan
perkapita, kenaikkan pendapatan perkapita tersebut harus terus berlangsung
dalam jangka panjang, perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya
ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya).
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan
sebagai kenaikan PDRB tanpa memndang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih
kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi
terjadi atau tidak. (Arsyad, 1997:13). Jika ingin mengetahui tingkat
pertumbuhan ekonomi kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke
tahun. Dalam membandingkannya harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan
yang nasional yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan oleh dua faktor yaitu
perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Adanya pengaruh
dari faktor yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian pendapatan nasional
menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai lebih tinggi dari sebelumnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain (Sadono Sukirno) :
a. Tanah dan kekayaan alam lain
Kekayaan alam akan mempermudah usaha
untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan
dari proses pertumbuhan ekonomi.
b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan
mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan
penduduk kepada pertambahan ekonomi terjadi ketika jumlah penduduk tidak
sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
c. Barang-barang modal dan tingkat
teknologi
Barang-barang modal penting artinya
dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang
sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern
memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemampuan ekonomi yang lebih
tinggi.
d. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sikap masyarakat akan menentukan
sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.
e. Luas pasar sebagai sumber
pertumbuhan.
Adam Smith telah menunjukkan bahwa
spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas
menghambat pertumbuhan ekonomi.
Model Pertumbuhan
Ekonomi
Tujuan dari pertumbuhan ekonomi
adalah meningkatkan pendapatkan perkapita penduduk. Pendapatan perkapita
kemudian akan memperluas pilihan-pilihan (enlarging
choices) penduduk untuk mencapai kesejahteraan-nya. Dengan demikian
pertumbuhan ekonomi adalah faktor yang penting untuk mencapai tingkat
kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu salah satu fokus dalam ilmu ekonomi
adalah mengenai teori-teori pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teori pertumbuhan
pada umumnya berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pertumbuhan dan
prilakunya.
Secara umum teori-teori
pertumbuhan ekonomi menyebutkan bermacam-macam sumber pertumbuhan ekonomi,
diantaranya:
a.
Perdagangan
b.
Spesialisasi
c.
pertumbuhan penduduk
d.
tabungan
e.
investasi
f.
akumulasi kapital
g.
proporsi faktor produksi
h.
teknologi sampai dengan teori baru yang berfokus pada
keunggulan sumber daya manusia.
Model Pertumbuhan
Ekonomi Regional dan Interregional.
Model
ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah
faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu, model basis ekspor hanya
membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daereah tetangga.
Model ini memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya maka
dinamakan model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor
pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu
terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan
erat.Model ini memiliki dua model
skenario tentang pertumbuhan antar daerah, yaitu :
a.
Surplus
impor karena kenaikan pendapatan
Investasi masuk Ă tenaga kerja masuk Ă mendorong ekspor daerah sekitarnya Ă impor daerah sekitarnya meningkat Ă ekspor daerah i meningkat Ă pemerataan pembangunan.
b.
Surplus
impor karena produksi merosot
Investasi keluar Ă migrant tenaga kerja keluar Ă impor daerah luar meningkat Ă ekspor daerah i meningkat Ă menjadi sadle-point untuk daerah i tetapi dengan tingkat
pendapatan yang lebih rendah Ă pembangunan daerah semakin pincang.
Masalah kunci untuk daerah i adalah pada saat impor daerah
sekitarnya meningkat, seberapa jauh kebutuhan impor dapat dipenuhi di daerah i.
Apabila ekspor daerah i hanya meningkat sedikit, daerah akan tertinggal.
Sebaliknya apabila ekspor daerah i naik cukup tinggi maka pendapatan daerah i
akan meningkat mengejarndaerah sekitarnya. Dalam model interregional terlihat
bahwankemampuan untuk meningkatkan ekspor sangat berpengaruh dan menjamin
kelangsungan pertumbuhan suatu daerah dan menciptakan pemerataan pertumbuhan
antar daerah.
Pertumbuhan
regional pada dasarnya mengunakan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi secara
agregat. Hanya saja titik tekanan analisis pertumbuhan regional lebih diletakan
pada perpindahan faktor (factor movements).
Arus
modal dan tenaga kerja yang mengalir dari suatu daerah ke daerah lain membuka
peluang bagi perbedaan tingkat pertumbuhan anta daerah. Dalam analisis dinamik,
tingkat pertumbuhan suatu daerah dapat jauh lebih tinggi dari tingkat normal
yang dicapai oleh perekonomian nasional ataupun sebaliknya.
Pertumbuhan
ekonomi regional adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan
yang terjadi di regional tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Perhitungan
pendapatan regional pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat
melihat pertambahan dari satu kurun
waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya
dinyatakan dalam harga konstan.
Kemakmuran
suatu regional selain ditentukan oleh
besarnya nilai tambah yang tercipta di regional
tersebut juga oleh seberapa besar
terjadi transfer payment, yaitu bagian
pendapatan yang mengalir ke luar regional atau mendapat aliran dana dari luar
wilayah. (Boediono 1999) "Pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang," jadi, persentase
pertambahan output itu haruslah lebih
tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam
jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.
Teori
ekonomi regional menyatakan, kemakmuran suatu regional selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah
yang tercipta di regional tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang
mengalir ke luar regional atau mendapat aliran dana dari luar wilayah.
Berdasarkan terori ekonomi regional tersebut maka dalam model pertumbuhan
ekonomi interregional memasukan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya
dinamakan model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor
pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu
terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan
erat.
sumber-sumber
perubahan pendapatan regional meliputi :
1.
Perubahan pengeluaran otonom regional (misalnya investasi
dan pengeluaran pemerintah)
2.
Perubahan
tingkat pendapatan suatu daerah atau beberapa daerah lain yang berada dalam
suatu sistem yang akan terlihat dari perubahan ekspor dari daerah i
3.
Perubahan salah satu di antara parameter-parameter
model (hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan interregional, atau
tingkat pajak marginal)
Richardson ( dalam .Boediono 1999) dengan memanipulasi rumus
pendapatan yang dikemukakan pertama kali oleh Keynes, merumuskan model interregional
ini sebagai berikut:
Pendapatan daerah adalah
Yi = Ci + Ii + Gi + X i - Mi
Keterangan:
Yi = regional income
Ci = regional consumption
Ii = regional investment
Gi = regional government expenditure
X i = regional exports
M i = import
Pendapatan = konsumsi + investasi + pengeluaran
pemerintah + ekspor – impor
Dalam model pertumbuhan interregional, ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah yaitu :
1. Investasi
2. pengeluaran
pemerintah
3. perdagangan
antara daerah (ekspor-impor).
Dalam model pertumbuhan
interregional terlihat bahwa kemampuan untuk meningkatkan ekspor sangat
berpengaruh demi menjamin kelangsungan pertumbuhan suatu daerah dan menciptakan pemerataan pertumbuhan
antara daerah, menjelaskan
hubungan yang terjadi antara daerah yang lebih maju (sebut saja dengan istilah
kota) dengan daerah lain yang lebih terbelakang, sebagai berikut :
1.
Generatif
Yaitu hubungan
yang saling menguntungkan atau saling mengembangkan antara daerah yang lebih
maju dengan daerah yang ada di belakangnya. Daerah kota dapat menyerap tenaga
kerja atau memaparkan produksi dari daerah pedalaman (daerah yang lebih
terbelakang). Sementara itu, daerah pedalaman berfungsi sebagai tempat untuk
memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh industri perkotaan, dan sekaligus
dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut. Selain itu, kota merupakan
tempat inovasi dan modernisasi yang dapat diserap oleh daerah pedalaman. Adanya
pertukaran dan saling ketergantungan ini, akan menyebabkan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan sejajar antara
daerah kota dengan daerah yang ada di belakangnya.
2.
Parasitif
Yaitu hubungan yang terjadi
dimana daerah kota (daerah yang lebih maju (tidak banyak membantu atau menolong
daerah belakangnya, dan bahkan bisa mematikan berbagai usaha yang mulai tumbuh
di daerah belakangnya. Kota parasitif umumnya adalah kota yang belum banyak
berkembang industrinya, dan masih memiliki sifat daerah pertanian tetapi juga
perkotaan sekaligus.
3.
Enclave (tertutup),
Dimana daerah kota (daerah yang
lebih maju) seakan-akan terpisah sama sekali dengan daerah sekitarnya yang
lebih terbelakang. Buruknya prasarana, perbedaan taraf hidup dan pendidikan
yang mencolok dan faktor-faktor lainnya dapat menyebabkan kurangnya hubungan
antara kedua daerah di atas. Untuk menghindari hal ini, daerah-daerah
terbelakang perlu didorong pertumbuhannya, sedangkan daerah yang lebih maju
dapat berkembang atas kemampuannya
sendiri.
Pertumbuhan memiliki empat
ciri yaitu :
1.
Adanya hubungan
internal
Adanya hubungan internal dari berbagai macam
kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, hubungan
internal sangat menentukan dinamika sebuah daerah. Ada keterkaitan antara
satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor
lainnya, karena saling terkait. Pertumbuhan tidak terlihat pincang, dan sektor
yang tumbuh cepat tetapi ada sektor lainnya yang tidak terkena imbas sama
sekali. Berbeda halnya dengan kota perantara (transit), hanya berfungsi
mengumpulkan berbagai macam komoditi dari daerah di belakangnya dan menjual ke
kota lain yang lebih besar, selanjutnya membeli berbagai macam kebutuhan
masyarakat dari kota lain untuk didistribusikan ke daerah yang ada di
belakangnya.
2. Ada efek pengganda (multiplier effect)
Keberadaan sektor-sektor
yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sektor di suatu
wilayah mengalami kenaikan permintaan yang berasal dari luar wilayah, maka
produksi sektor tersebut akan meningkat. Karena ada keterkaitan dengan
sektor-sektor lain, maka produksi sektor-sektor lainnya juga meningkat dan
terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan, sehingga total kenaikan
produksi bisa beberapa kali lipat
dibandingkan dengan kenaikan permintaan awal yang berasal dari luar wilayah
tersebut. Unsur efek pengganda sangat berperan dalam membuat kota itu memacu
pertumbuhan daerah dibelakangnya. Karena terjadi peningkatan produksi berbagai
sektor di daerah yang lebih maju, akan memacu dan meningkatkan permintaan bahan
baku dari daerah-daerah yang ada di belakangnya.
3.
Adanya
konsentrasi geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai
sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attractiveness)
dari wilayah yang lebih maju tersebut. Orang yang datang ke wilayah tersebut
dapat bisa memperoleh berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Dengan
demikian dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Hal inilah yang menjadi daya
tarik wilayah maju untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang semakin
meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi
lanjutan.
4.
Bersifat
mendorong pertumbuhan daerah di belakangnya
Hal ini berarti antara wilayah yang
lebih maju dengan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Daerah
yang lebih maju membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan selanjutnya
menyediakan berbagai macam kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat
mengembangkan diri. Apabila wilayah yang lebih maju memiliki hubungan yang harmonis dengan daerah
belakangnya dan juga memiliki ketiga karakteristik di atas, maka wilayah
tersebut akan berfungsi mendorong daerah belakangnya.
Perdagangan Interregional
Menurut
Nopirin (1995). Menyangkut
hubungan antara negara ataupun antara wilayah dalam saut negara,
maka pada prinsipnya secara teoritis perdagangan antara wilayah dapat saling
menguntungkan satu sama lain. Dengan menggunakan asumsi dua wilayah A dan B ;
dan hanya satu barang yang
diperdagangan; dapat dilakukan analisis secara parsial untuk melihat terjadinya
perdagangan antara wilayah. Karena harga keseimbangan yang terjadi di wilayah A
berbeda (lebih rendah) dengan harga keseimbangan di daerah B maka perbedaan ini
membuka peluang untuk terjadinya perdagangan antara wilayah (interregional).
Barang akan mengalir (diekspor) dari wilayah A ke wilayah B. Harga barang di
wilayah A akan naik karena jumlahnya berkurang, sementara harga barang di wilayah B akan turun karena jumlahnya bertambah banyak.
Demikian seterusnya sampai pada satu titik dimana harga barang pada kedua
wilayah adalah sama.
Selanjutnya,
dalam teori basis ekspor (base export
theory) yang menganggap ekspor satu-satunya kegiatan untuk mendorong
tumbuhnya jenis pekerjaan baru. Jadi pertumbuhan ekonomi regional sangat
tergantung kepada aktivitas ekspor.
Dalam
model pertumbuhan interregional, menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi
regional terjadi tidak semata-mata
disebabkan oleh aktivitas ekspor tetapi juga disebabkan oleh variabel lainnya antara
lain
:
1. Investasi dan pengeluaran pemerintah
2. Pertumbuhan daerah lain yang berada dalam satu sistem
3. Pertumbuhan dalam hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan
interregional, dan tingkat pajak marginal.
DAFTAR
PUSTAKA
Setiawan, Darma (2006). Peranan
Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah : Pendekatan Input-Output Multiregional Jawa Timur ,
Bali dan Nusa Tenggara Barat. Disertasi S2 Institut Pertanian Bogor:
tidak diterbitkan.
Ekonomi Daerah : Pendekatan Input-Output Multiregional Jawa Timur ,
Bali dan Nusa Tenggara Barat. Disertasi S2 Institut Pertanian Bogor:
tidak diterbitkan.
http://kusumad3wi.blogspot.com/2012/05/proposal-skripsi-ekonomi-regional.html.
(HTML:25 September 2013)
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40668/2006idm.pdf;jsessionid=DACAF71B987F8EFC86AE3D3DCBFF5A92?sequence=12.
(HTML:25 September 2013)
http://abstraksiekonomi.blogspot.com/2013/07/teori-teori-tentang-pertumbuhan-ekonomi.html.
(HTML:25 September 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar