Murobbi adalah orang yang memimpin jalannya suatu
halaqoh. Istilah lain dari murobbi dapat disebut dengan ustadz, mentor,
pembina, naqib, mas’ul ataupun qiyadah. Halaqoh itu sendiri adalah suatu
kumpulan orang-ornag dalam jumlah tidak terlalu banyak atau lebih tepatnya
berjumlah sedikit biasanya tidak lebih dari 15 orang. Suatu halaqoh ada yang
memimpin yang disebut dengan murobbi dan adek-adek yang dibimbingnya. Halaqoh
banyak di temui di kampus-kampus, yang diadakan atau dipelopori oleh para
aktifis kampus. Sedangkan tujuan dari diadakanya suatu halaqoh yang dipimpin
oleh murobbi untuk membentuk kader-kader dakwah yang berkualitas.
Dilihat dari tujuan diadakanya halaqoh yaitu,
membentuk kader-kader dakwah yang berkualitas, peran murobbi menjadi paling dominan.
Murobbi bertugas untuk mewujudkan tujuan dari halaqoh, membentuk kader-kader
dakwah yang berkualitas. Untuk membentuk kader-kader dakwah yang berkualitas di
butuhkan para murobbi yang berkualitas pula.
Murobbi yang berkualitas menjadi idaman bagi umat
islam. Oleh karena itu lebih tepat murobbi yang berkualitas sebagai murobbi
idaman. Murobbi idaman diharapkan mampu membentuk kader-kader dakwah yang
berkualitas.
Ukuran berkualitas tidakya murobbi bukan dilihat
dari berapa banyak ilmu yang dimiliki. Memang memiliki banyak ilmu juga penting
bagi para murobbi, namun hal itu tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan
murobbi berkualitas atau tidak berkualitas. Murobbi idaman yang mempunyai
kualitas mampu membentuk kader-kader dakwah yang berkualitas dengan membentuk
pribadi adek-adek binaannya, mampu mewariskan nilai, mengontrol dan melakukan
evaluasi. Oleh karena itu murobbi yang berkualitas tidak hanya membentuk
kader-kader dakwah hanya dengan menyampaikan materi tentang agama kepada
adek-adek yang menjadi binaannya.
Kader-kader dakwah yang berkualitas yang sudah
terbentuk di siapkan sebagai generasi penerus dakwah yang nantinya akan menjadi
murobbi. Para kader-kader yang sudah menjadi murobbi akan membina dalam suatu
halaqoh dan di harapkan dapat mencetak
kader-kader dakwah, begitu seterusnya secara berkelanjutan. Sehingga dakwah
islam tidak berhenti , namun berkelanjutan dengan terus membentuk kader-kader
dakwah yang memiliki kualitas dari masa ke masa. Dengan begitu stok atau
persediaan murobbi tidak akan habis, dan pada saat pergantian masa baru selalu
ada generasi peerus yang baru pula.
Penjelasan dan paparan sekilas diatas mungkin
terdengar menyeramkan bagi para kader-kader dakwah yang akan melanjutkan
menjadi murobbi. Biasanya para kader-kader dakwah yang akan menjadi murobbi
merasa dirinya belum pantas karena beberapa alasan, diantaranya merasa dirinya
tidak banyak memiliki banyak ilmu agama, merasa belum pantas karena belum dapat
menjalankan ajara dan amalan-amalan agaman dengan sempurna serta alasan-alasan
lainnya. Alasan-alasan itu yang menjadikan para calon murobbi meragukan dirinya
sendiri. Hal ini banyak dialami oleh para calon murobbi yang menjadi generasi
penerus. Rasa ragu dan merasa belum pantas yang dialami para calon murobbi
karena mereka belum berani mencobanya.
Perlu diketahui, menjadi murobbi berkualitas yang
menjadi idaman umat tidak terbentuk secara instan. Memang murobbi yang
berkualitas terlahir dari murobbi yang berkualitas. Dalam membentuk
murobbi-murobbi generasi penerus yang berkualitas yang menjadi idaman umat,
dibentuk dengan kerja keras dari murobbi dan ada kemauan untuk dibentuk dari
adek-adek yang dibinanya. Pembentukan dilakukan melalu tahap demi tahap.
Pembentukan kader-kader dakwah atau generasi penerus
murobbi yang berkualitas tidak cukup hanya dengan satu tahap saja misal dengan
hanya menyampaikan materi saja tanpa mewariskan nilai-nilai. Proses pembentukan
melalui beberapa tahap yang dilakukan setahap demi setahap, sehingga
membutuhkan waktu yang tidak singkat. Proses tahapannya minimal terdapat
pembentukan pribadi adek-adek binaannya, memberikan pewarisan nilai, melakukan
kontrol untuk mengetahui seberapa jauh perkembangannya dan selalu melakukan
evaluasi dengan tujuan mengalami peningkatan kemajuan bukan sebaliknya.
Pribadi-pribadi yang baik tidak terbawa sejak lahir,
namun perlu adanya proses pembentukan agar menjadi pribadi-pribadi yang
diharapkan. Pribadi-pribadi yang diharapkan yaitu pribadi yang mempunyai
kualitas dengan kata lain pribadi yang berkarakter. Dalam melakukan pembentukan
pribadi-pribadi yang berkarakter , dapat diawali dari murobbinya yaitu dengan
memberikan contoh yang baik-baik kepada adek-adek binaanya. Adapun jika seorang
murobbi belum menjadi pribadi yang berkarakter sempurna, dapat sekalian belajar
dengan adek-adek binaannya untuk menjadi lebih baik. Pembentukan
pribadi-pribadi yang berkarakter, sering kali mendapat kesan pertama yang
sedikit memaksa. Kesan awal yang sedikit memaksa, apabila dilakuakn secara
terus menerus akan menjadi sebuah kebiasaan. Setelah menjadi kebiasaan barulah
akan terbentuk pribadi-pribadi yang berkatakter.
Dapat diambil contoh, penanaman alamalan yaumi atau
amalan sehari-hari. Misalnya ditarger membaca Alquran dalam sehari berapa
halaman, solat berjama’ah berapa kali, melakukan kebaikan dan sebagainya. Bagi
orang yang belum terbiasa dengan amalan yaumi tersebut akan terasa berat
melakukannya. Awalnya harus sedikit dipaksakan untuk melakukan amalan yaumi
dengan targetan yang rendah-rendah dahulu. Targetan yang sudah tercapai terus
ditingkatkan sehingga semakin mengalami peningkatan. Amalan yaumi yang awalnya
dikerjakan dengan sedikit paksaan lama-kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan
dan menjadikan terbentuknya pribadi-pribadi yang berkarakter.
Selain pembentukkan pribadi yang berkarakter,
murobbi idaman mampu mewariskan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama
islam. Nilai-nilai dapat diwaliskan secara tersirat maupun secara tersurat,
tergantung kreatif dari para murobbi. Namun, pewarisan nilai secara tersirat
lebih efektif. Penyampaian yang secara tersirat dalam penyampaiannya tidak
langsung to the point membutuhkan pemahaman dari adek-adek binaannya
masing-masing. Misalnya ketika murobbi menyampaikan materi disertai dengan
menyelipkan nilai-nilai, secara otomatis adek-adeknya akan memahami sendiri
tanpa diberi tahu secara langsung. Dengan demikian murobbi tidak terkesan
sedang menggurui.
Pembentukan pribadi yang berkarakter dan pewarisan
nilai-nilai tidak akan terbentuk secara sempurna tanpa adanya pengawasan dari murobbinya
masing-masing. Selama proses pembentukan pribadi dan pewarisan nilai seorang
murobbi dapat melakukan pengawasan dengan mengontrol dan memberikan evaluasi
agar terjadi perubahan yang lebih baik.
Murobbi idaman dalam membina kader-kader dakwah penuh
dengan kesabaran. Pembentukan dari tahap awal sampai akhir dilakukan dengan
kesabaran dan penuh dengan keikhlasan. Semua dilakukan hanya semata-mata
mengharap ridho sang Maha Pencipta sehingga rela berkorban demi memperjuangkan
agama Allah agar terus berkembang luas dan berjaya.
Murobbi idaman berperan dalam menyambung mata rantai
dakwah, dengan pembentukan pribadi yang berkarakter, pewarisan nilai-nilai,
melakukan kontrol dan memberi evaluasi. Oleh karena itu para murobbi idaman
memberikan kontribusi yang besar terhadap dakwah dalam menyebarkan agama Islam.
BY: ANA PANGESTI
PEND. GEOGRAFI/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar