Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Regional Indonesia
Dosen
Pengampu : Dra. Inna Prihartini MS
oleh :Ana Pangesti
Lamongan Rawan terhadap
Bencana Kekeringan
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang termasuk kedalam kategori
daerah yang rawan bahaya kekeringan. Sebanyak 55 desa di 10 kecamatan di Lamongan
mengalami kekeringan. Kepala Pelaksana BPBD Lamongan Poerbyanto mengatakan dari
55 desa, dihuni 42.253 kepala keluarga (KK) dan jumlah penduduknya mencapai
128.623 orang.
wilayah dengan potensi kekeringan itu adalah 8
desa di Kecamatan Deket, 10 desa di Kecamatan Turi, 7 desa di Kecamatan
Sukodadi dan 6 desa di Kecamatan Glaga. Di Kecamatan Karangbinangun ada 6 desa,
di Kecamatan Tikung sebanyak 9 desa dan di Kecamatan Samben terdapat 3 desa,
sebanyak 3 desa di Modo, 2 desa di Babat dan 1 desa di Kali Tengah.
Akibat
bencana kekeringan:
Debit air waduk
gondang di kabupaten lamongan, saat ini telah berada dalam titik kritis dan
tidak lagi dipergunakan. Hal ini, berdampak terjadinya kekeringan pada tiga
belas kecamatan di lamongan yang sekaligus mengakibatkan petani mengalami gagal
panen.
Akibat kemarau
panjang yang telah terjadi hampir tiga bulan terakhir, membuat debit air
beberapa waduk yang selama ini diandalkan oleh para petani di lamongan kini,
mulai berkurang, bahkan sebagian besar waduk telah mengering.
Kondisi
terparah, terjadi di waduk gondang yang berada di kecamatan sugio kabupaten
lamongan, yang saat ini berada dalam titik kritis, dan tidak lagi dipergunakan
agar kondisi waduk tidak rusak nantinya. Waduk terluas dan terbesar di lamongan
ini, hanya menyisakan debit air sebanyak dua juta lima ratus meter kubik saja,
yang seharusnya debit air di waduk tersebut mencapai dua puluh tiga juta meter kubik.
Dengan kondisi
ini, praktis, pemerintah kabupaten lamongan, menutupnya dan melarang untuk
penggunaan. Baik itu digunakan untuk kebutuhan minum ataupun irigasi pertanian.
Mubarok, kepala badan penanggulangan bencana daerah lamongan, menegaskan,
kemarau yang terjadi tahun 2014, merupakan kemarau yang terparah dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya 55 desa yang berada di tiga belas
kecamatan mengalami kekeringan.
Sementara itu, mengeringnya
sejumlah waduk, khususnya Waduk Gondang, berdampak pada mengeringnya ratusan
hektar tanaman padi yang berada di kawasan tersebut. Kekeringan ini melanda
tanaman padi yang rata-rata berusia sekitar 50 hari banyak yang puso akibat
kekurangan air dan tidak bisa diharapkan lagi untuk dipanen. Keadaan ini,
terang saja menyesakkan para petani. Sebab, sebelum kekeringan ini melanda,
mereka telah dibuat susah dengan gagal panen akibat serangan hama wereng.
Faktor
penyebab kekeringan:
Kekeringan
disebabkan karena proses alamiah dan non alamiah, faktor yang menyebabkan terjadinya
kekeringan di Lamongan umumnya disebabkan oleh antara lain:
1. Terjadinya pergeseran daerah aliran sungai atau DAS utamanya di
wilayah hulu. Hal ini membuat lahan beralih fungsi, dari vegetasi menjadi
non-vegetasi. Efek dari perubahan ini adalah sistem resapan air di atas yang
menjadi kacau dan akhirnya menyebabkan kekeringan.
2. Terjadinya kerusakan hidrologis wilayah hulu sehingga waduk dan juga
saluran irigasi diisi oleh sedimen. Hal ini kemudian menjadikan kapasitas dan
daya tampung menjadi drop. Cadangan air yang kurang akan memicu kekeringan
parah saat musim kemarau tiba.
3.
Penyebab kekeringan
lainnya adalah persoalan agronomis atau dikenal juga dengan nama kekeringan
agronomis. Hal ini diakibatkan pola tanam petani yang memaksakan
penanaman padi pada musim kemarau dan mengakibatkan cadangan air semakin tidak
mencukupi.
Kekeringan
adalah salah satu permasalahan yang berdampak negatif bagi suatu wilayah.
Kekeringan sering dianggap sebagai sebuah bencana yang timbul akibat dari
kurangnya curah hujan. Didalam manajemen bencana, suatu bencana didefinisikan
setidaknya oleh dua pilar utama yang menyebabkan suatu kejadian bencana, yaitu
bahaya dan kerentanan terhadap bahaya. Bahaya sendiri adalah fenomena yang
diakibatkan oleh alam ataupun fenomena akibat dari rekayasa buatan yang
mengancam, baik itu untuk kehidupan manusia, kerugian harta benda, dan atau
kerusakan lingkungan (Bakornas, 2005).
Pada dasarnya kekeringan merupakan fenomena
alam yang umum terjadi sesuai dengan
siklus iklim pada suatu wilayah yang terkait dengan daur hidrologi. Sebagai
sebuah bahaya kekeringan diakibatkan oleh alam dimana terjadi suatu kekurangan
curah hujan dari yang diharapkan turun (Wilhite,2005). Bahaya kekeringan dapat
dilihat tidak hanya dari aspek meteorologi saja, dimana ketika terjadi
kekurangan curah hujan dalam durasi waktu tertentu, maka akan menimbulkan
dampak kekurangan air bagi aspek yang lain, sehingga aspek terdampak dapat
disebut pula mengalami kekeringan. Namun demikian, semua jenis kekeringan
berasal dari kurangnya curah hujan yang turun (Wilhite,1987) dan atau
ketidakcukupan curah hujan yang turun pada suatu periode tertentu (Kodoatie,
2011).
Penanganan
kekeringan:
Kekeringan biasanya terjadi di wilayah pertanian tadah hujan, wilayah irigasi
golongan dan juga titik endemic kekeringan. Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi kekeringan , antara lain:
1. Memperbaharui
paradigma petani terkait kebiasaan memaksakan penanaman padi di musim kemarau.
2. Membangun
atau merehabilitasi jaringan sistem irigasi
3. Membangun
serta memelihara wilayah konservasi lahan juga wilayah resapan air.
4. Mengaplikasikan
juga memperhatikan lebih cermat peta rawa yang mengalami kekeringan.
5. Menciptakan
kalender tanam.
6. Pemerintah
menyediakan informasi perubahan iklim yang lebih akurat.
Pemerintah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, kembali
menganggarkan kembali pengerukan 19 waduk melalui perubahan APBD sehingga total
waduk yang dikeruk untuk antisipasi kekeringan pada tahun ini mencapai 60 waduk.
Supandi Kepala PU Pengairan di Lamongan menjelaskan bila digabung dengan 51
lokasi sebelumnya, pada tahun 2014 Pemkab Lamongan melakukan pengerukan di 60
lokasi.
Tambahan kegiatan pengerukan 19 lokasi itu, di antaranya untuk
Waduk Lembeyan, Desa Doyomulyo, Kecamatan Kembangbahu; Waduk Guminingrejo, Desa
Guminingrejo, Kecamatan Tikung; dan Waduk Balong, Desa Kreteranggon, Kecamatan
Sambeng. Selain itu, juga dilakukan untuk Waduk Desa Puripan dan Desa Bedingin,
Kecamatan Sugio, kemudian Waduk Sumengko, Desa Sumengko, Kecamatan Kedungpring.
Tujuan pengerukan, selain untuk melakukan normalisasi waduk
dari sedimen, untuk meningkatkan volume tampung air hujan. Hal ini merupakan bagian
dari upaya antisipasi kekeringan dengan menyediakan sumber air untuk pertanian
dan air bersih.
Selain melakukan pengerukan waduk, Pemkab Lamongan melalui
Perubahan APBD 2014 juga menambah lokasi pengerukan sungai, yakni 12 lokasi
sungai. Sebelumnya, sudah dilakukan pengerukan delapan sungai. Sungai yang
dikeruk saat kemarau kali ini adalah Kali Desa Miru, Kecamatan Sekaran; Kali
Desa, Sumberaji-Banjarejo, Kecamatan Sukodadi, Saluran Sluis Konang dan
Karangturi di Kecamatan Glagah; Kali Gendongkulon, Kecamatan Babat; dan Kali
Asinan di Kecamatan Brondong.
Untuk mencegah terjadinya
krisis air bersih di musim kemarau ini, BPBD Lamongan sudah mengirimkan 170 rit
tangki air bersih. Selain itu, juga telah didistribusikan 350 buah jurigen air
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Kuswandi,
Heru. 2012. 13 Kecamatan di Lamongan
Alami Kekeringan. http://delapan-nam.blogspot.com/2012/09/13-kecamatan-di-lamongan-alami.html
Lamongankab.
2014. Antisipasi bencana kekeringan.
BPBD. http://lamongankab.go.id/instansi/bpbd/2014/08/07/antisipasi-bencana-kekeringan/
Nurrahman, Fery
Irfan dan Pamungkas, Adjie. 2013. Identifikasi
Sebaran Daerah Rawan Bahaya Kekeringan Meteorologi di Kabupaten Lamongan. Jurnal Teknik Pomits Vol 2, No 2, (2013)
Sekretariat Bakornas Penanggulangan Bencana dan Penanganan
pengungsi. 2005. Panduan Pengenalan
Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Jakarta:
BiroMitigasi,sekretariat BAKORNAS PBP
Sujarwo,
Eko. 2013. 55 Desa di 10 Kecamatan
Lamongan Kekeringan. Detik News. http://news.detik.com/read/2013/10/06/095220/2379033/475/55-desa-di-10-kecamatan-lamongan-kekeringan
Taufik,
Mohamad. 2014. Pemkab Lamongan keruk 60
waduk buat antisipasi kekeringan. Merdeka.com. http://www.merdeka.com/peristiwa/pemkab-lamongan-keruk-60-waduk-buat-antisipasi-kekeringan.html
Wilhite, Donald A., William E. Easterling., and Deborah A. Wood.
1987. Planning for Drought – Toward a
Reduction of Societal Vulnerability. Colorado: Westview Press, Inc.
Wilhite,DA.2005. DroughtandWater Crises:Science, Technology,and ManagementIssues.
Broken Sound ParkwayNW: Taylor&FrancisGroup Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar