Guna memenuhi tugas BK
Disusun
oleh:
Achmad Naa’im K5412001
Alief Bagas
Oktavian K5412005
Ana Pangesti K5412008
Arifia
Mawardani K5412016
Aris Hidayat K5412017
Eka Ernawati K5412027
Enrico Fahmi
Annurriza K5412029
PENDIDIKAN GEOGRAFI 2012, UNS
TRAGEDI
SAMPIT DI KALIMANTAN TENGAH
A.
Identifikasi
Masalah
Tragedi Sampit merupakan tragedi kerusuhan yang
terjadi antara masyarakat Dayak dengan masyarakat Madura di Kalimantan Tengah.
Pada awalnya tragedi ini hanya terjadi dalam lingkup kecil di kota Sampit,
Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh
provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.
Tragedi ini semakin parah karena berubah menjadi genosida berupa pembantaian
yang dilakukan masing-masing pihak.
Mayat-mayat tanpa kepala bergeletakkan di mana-mana. Banyak korban yang
jatuh namun hanya diberitakan sekitar 200 orang yang meninggal dunia akibat
dari tragedi ini.
B.
Sebab-sebab
Terjadinya Tragedi Sampit di Kalimantan Tengah
1. Faktor
Penyebab Tragedi Sampit
a. Perbedaan
Individu
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan
pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya,
setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan
lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang
nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya,
ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi
ada pula yang merasa terhibur. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga
membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu konflik. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
b. Perbedaan
Latar Belakang Kebudayaan dan Kepentingan
Manusia
memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
c. Perubahan-Perubahan
Nilai yang Cepat
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak
dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi
jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut
dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial
sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak
pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi
nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam
organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi
individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak
ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi secara
cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Awal mula terjadinya tragedi Sampit pada dasarnya
belum diketahui secara pasti. Sebab-sebab munculnya tragedi ini juga memiliki
berbagai macam versi sehingga belum bisa dipastikan yang mana penyebab sebenarnya.
Kemungkinan penyebab terjadinya tragedi tersebut adalah sebagai berikut:
· Tahun 1972 di Palangka Raya, seorang gadis Dayak
diperkosa. Terhadap kejadian itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan
perdamaian menurut hukum adat (Entah benar entah tidak pelakunya orang Madura)
· Tahun 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura
atas seorang suku Dayak, pelakunya tidak tertangkap, pengusutan atau
penyelesaian secara hukum tidak ada.
· Tahun 1983, di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan,
seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh. Perkelahian antara satu orang
Dayak yang dikeroyok oleh tigapuluh orang madura. Terhadap pembunuhan warga
Kasongan bernama Pulai yang beragama Kaharingan tersebut, oleh tokoh suku Dayak
dan Madura diadakan perdamaian. Dilakukan peniwahan Pulai itu dibebankan kepada
pelaku pembunuhan, yang kemudian diadakan perdamaian ditanda tangani oleh ke
dua belah pihak, isinya antara lain menyatakan apabila orang Madura mengulangi
perbuatan jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalteng.
· Tahun 1996, di Palangka Raya, seorang gadis
Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan di bunuh dengan kejam dan sadis
oleh orang Madura, ternyata hukumannya sangat ringan.
· Tahun 1997, di Desa Karang Langit, Barito
Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan
2:40 orang, dengan skor orang Madura mati semua. Orang Dayak tersebut diserang
dan mempertahankan diri menggunakan ilmu bela diri, dimana penyerang berhasil
dikalahkan semuanya. Dan tindakan hukum terhadap orang
Dayak adalah dihukum berat.
· Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota Kecamatan
Katingan Tengah, seorang anak laki-laki bernama Waldi mati terbunuh oleh
seorang suku Madura tukang jualan sate. Si belia Dayak mati secara mengenaskan,
tubuhnya terdapat lebih dari 30 tusukan. Anak muda itu tidak tahu menahu
persoalannya, sedangkan para anak muda yang bertikai dengan si tukang sate
telah lari kabur. Si korban Waldi hanya kebetulan lewat di tempat kejadian
saja.
· Tahun 1998, di Palangka Raya, orang Dayak
dikeroyok oleh empat orang Madura hingga meninggal, pelakunya belum dapat
ditangkap karena melarikan diri, kasus inipun tidak ada penyelesaian secara
hukum.
· Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas
Tibum (ketertiban umum) dibacok oleh orang Madura, pelakunya di tahan di
Polresta Palangka Raya, namun besok harinya datang sekelompok suku Madura
menuntut agar temannya tersebut dibebaskan tanpa tuntutan. Ternyata pihak
Polresta Palangka Raya membebaskannya tanpa tuntutan hukum.
· Tahun 1999, di Palangka Raya, kembali terjadi
seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku Madura karena masalah sengketa
tanah. Dua orang Dayak dalam perkelahian tidak seimbang itu mati semua.
Sedangkan pembunuh lolos, malahan orang Jawa yang bersaksi dihukum 1,5 tahun
karena dianggap membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan yang
melarikan diri itu.
· Tahun 1999, di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut
Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku
Madura. Gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas pada saat suku Dayak menambang
emas. Perkelahian itu banyak menimbulkan korban pada kedua belah pihak, tanpa
penyelesaian hukum.
· Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman
terhadap suami-isteri bernama Iba oleh tiga orang Madura. Pasangan itu luka
berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya. Biaya operasi dan
perawatan ditanggung oleh Pemda Kalteng. Namun para pembacok tidak ditangkap,
katanya? sudah pulang ke pulau Madura. Kronologis kejadian tiga orang Madura
memasuki rumah keluarga Iba dengan dalih minta diberi minuman air putih, karena
katanya mereka haus, sewaktu Iba menuangkan air di gelas, mereka membacoknya,
saat istri Iba mau membela, juga di tikam. Tindakan itu dilakukan mereka
menurut cerita mau membalas dendam, tapi salah alamat.
· Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, satu
keluarga Dayak mati dibantai oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa
penyelesaian hukum.
· Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 satu orang suku
Dayak di bunuh oleh pengeroyok suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel,
Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses hukum.
·
Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten
Kotawaringin Timur, terjadi pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung
mati dikeroyok oleh suku Madura, para pelaku kabur, tidak tertangkap, karena
lagi-lagi katanya sudah lari ke Pulau Madura. Proses hukum tidak ada karena
pihak berwenang tampaknya belum mampu menyelesaikannya (tidak tuntas).
· Tahun 2001, di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001)
warga Dayak banyak terbunuh karena dibantai. Suku Madura terlebih dahulu
menyerang warga Dayak.
· Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001)
seorang warga Dayak terbunuh diserang oleh suku Madura. Belum terhitung kasus
warga Madura di bagian Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan. Suku Dayak hidup berdampingan dengan damai dengan Suku Lainnya di
Kalimantan Tengah, kecuali dengan Suku Madura. Kelanjutan peristiwa kerusuhan
tersebut (25 Februari 2001) adalah terjadinya peristiwa Sampit yang mencekam.
Menurut
versi lain, ada juga yang mengatakan bahwa penyebab terjadinya tragedi ini
adalah adanya kecemburuan sosial-ekonomi antar masyarakat Dayak dengan Madura
dan ada juga yang mengatakan akibat adanya etnosentrisme yang kuat di
masing-masing pihak.
Dari
beberapa penjabaran diatas dapat diambil pokok-pokok penyebab terjadinya
tragedi Sampit, antara lain:
1. Peristiwa
ini berakar antara lain pada masalah kesenjangan pendidikan, marginalisasi suku
tertentu dalam menduduki posisi di pemerintahan, kesenjangan ekonomi antara
suku pendatang dan suku asli serta adanya benturan budaya/perilaku sosial.
2. Kerusuhan
massal dipicu oleh adanya perkelahian individu antara suku yang berbeda dan
selanjutnya meluas keseluruh kabupaten Sambas.
3. Masyarakat
Indonesia yang bersifat majemuk seyogyanya selalu saling menghormati adat istiadat
masing-masing dan senantiasa menjaga Persatuan kesatuan.
C.
Solusi
Tragedi Sampit di Kalimantan Tengah
Menurut kelompok kami solusi yang sebaiknya
dilakukan adalah meningkatkan rasa toleransi dan tenggang rasa terhadap satu
sama lain. Suku Madura selaku masyarakat pendatang harus lebih menghormati
budaya masyarakat suku Dayak, begitu pula sebaiknya. Suku Dayak juga harus
menghormati dan menghargai sikap, budaya serta watak dari masyarakat suku
Madura yang cenderung keras.
Diharapkan agar generasi muda Dayak mengubah dirinya
secara sistematis menjadi suku yang disegani, bukan ditakuti. Dengan begitu
orang Dayak akan lebih dihargai bila tidak lagi miskin dan bodoh. Lebih jauh
mungkin perlu ditumbuhkan pemahaman bahwa keberhasilan pembangunan di
Kalimantan Tengah, tidak lagi diukur dari bangunan megah gedung-gedung
pemerintah kabupaten atau banyaknya orang Dayak yang berhasil menjadi pengusaha
kaya atau sukses menjadi pejabat tinggi, namun ditambah parameter lain.
Upaya pengelolaan yang komprehensif dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
etnis di Kalimantan Tengah yang mencakup inventarisasi, rekonsiliasi,
penyusunan strategi pembinaan dan pemeliharaan kondisi yang kondusif dalam
masyarakat Kalimantan Tengah. Untuk itu diperlukan program khusus dan action
plan yang terperinci yang disepakati bersama secara Nasional.
Selain itu, diperlukan upaya mengetuk hati Pemerintah Pusat, bahwa masalah
etnis bukan hanya terdapat di Kalimantan Tengah, melainkan juga menjadi masalah
Nasional. Diperlukan upaya yang berimbang dalam penanganan etnis dengan
menggalakkan berbagai bidang pembangunan di Daerah yang bertumpu kepada entitas
masyarakat setempat sebelum memperluas cakupannya secara Nasional dengan
melibatkan berbagai etnis / komunitas masyarakat lainnya. Masalah kependudukan
dan lapangan kerja Nasional agar dimulai penyelesaiannya pada tingkat lokal,
dimana partisipasi lokal dimaksimalkan sebelum melibatkan unsur-unsur lainnya
yang bersifat menunjang secara Nasional. Diupayakan agar masalah Nasional
jangan dibebankan pemecahannya secara partial kepada Daerah.
TINDAKAN BULLY DI SEKOLAH
A.
Identifikasi
Masalah
Bullying
berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya
“ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih
lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi
korbannya (korban disebut bully boy atau bully girl) berupa stress (yang muncul
dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan,
sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya).
Definisi
Bullying menurut PeKA (Peduli Karakter Anak) adalah bullying adalah penggunaan
agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun
mental. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga
seksual.
Perbuatan bully (bullying) adalah tindakan tidak
menyenangkan seperti mengintimidasi atau memaksa seorang individu atau suatu
kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka,
dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional melalui
pelecehan dan penyerangan. Bullying merupakan segala tindakan yang berdampak
pada korban berupa rasa terintimidasi, takut, dan tertekan karena dilakukan
oleh pelaku menggunakan kekuasaan secara berulang kali. Kebanyakan peristiwa
ini dapat dijumpai pada masa sekolah. Orang tua sering tidak menyadari, anaknya
menjadi korban bullying di sekolah. Bullying di sekolah, bisa
dilakukan oleh individu ke individu, kelompok ke individu atau kelompok ke
kelompok. Bahkan dapat saja terjadi dari guru ke siswa. Misalnya, dengan
memberikan hukuman atau mengatai.
Padahal peraturan tentang Perlindungan Anak sudah
diatur dalam Pasal 54 UU No. 23 Tahun 2002 isinya : “Anak di dalam dan dilingkungan
sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru,
pengelola sekolah atau teman - temannya di dalam sekolah yang
bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya”.
Bullying merupakan tindak kekerasan baik fisik
maupun psikis yang merugikan. Penindasan memiliki efek jangka panjang pada
korban dan si penindas itu sendiri. Untuk korban, perlakuan itu merampas
rasa percaya diri mereka. Untuk pelaku bullying, efeknya adalah
menjadi kebiasaan dan kenikmatan untuk meningkatkan ego mereka.
Ketakutan dan trauma emosional yang diderita si
korban dapat memicu kecenderungan untuk putus sekolah. Beberapa anak-anak
yang terbiasa melakukan bullying di sekolah akhirnya dapat menjadi orang dewasa
yang kejam atau penjahat.
Bullying secara umum bisa dilakukan secara verbal
(mengejek, menjuluki, menghina, mencela, memfitnah, memaki, atau mengancam,
fisik (menendang, mencubit, menghukum dengan lari keliling lapangan, dll), dan
mental (menjauhi, meneror, mengintimidasi, diskriminasi, mengabaikan,
memelototi, dll).
Bentuk yang paling umum dari bentuk
penindasan/ bullying di sekolah adalah pelecehan verbal, yang bisa
datang dalam bentuk ejekan, menggoda atau meledek dalam penyebutan
nama. Jika tidak diperhatikan, bentuk penyalahgunaan ini dapat meningkat
menjadi teror fisik seperti menendang, meronta-ronta dan bahkan pemerkosaan.
Berikut
ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategory bullying; pelaku baik
individual maupun group secara sengaja menyakiti
atau mengancam korban dengan cara:
Ø menyisihkan seseorang dari pergaulan
Ø menyebarkan gosip, mebuat julukan
yang bersifat ejekan
Ø mengerjai seseorang untuk
mempermalukannya
Ø mengintimidasi atau mengancam korban
Ø melukai secara fisik
Ø melakukan pemalakan/ pengompasan
Bullying
tidaklah sama dengan occasional conflict atau pertengkaran biasa yang umum
terjadi pada anak. Konflik pada anak adalah normal dan membuat anak belajar
cara bernegosiasi dan bersepakat satu sama lain. Bullying merujuk pada tindakan
yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara berulang. Sang korban biasanya
anak yang lebih lemah dibandingkan sang pelaku.
Menurut
Dan Olweus, Author of Bullying at School Bullying
Bisa dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Direct bullying : intimidasi secara
fisik, verbal.
2. Indirect Bullying: isolasi secara
sosial.
Bullying itu sangat menyakitkan bagi
si korban. Tidak seorangpun pantas menjadi korban bullying. Setiap orang
memiliki hak untuk diperlakukan dan dihargai secara pantas dan wajar. Bullying
memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan karakter anak, baik bagi si
korban maupun pelaku.
Berikut ini contoh dampak bullying bagi sang korban :
Ø Depresi
Ø Rendahnya kepercayaan diri / minder
Ø Pemalu dan penyendiri
Ø Merosotnya prestasi akademik
Ø Merasa terisolasi dalam pergaulan
Ø Terpikir atau bahkan mencoba untuk
bunuh diri
Bullying
juga kerap terjadi oleh guru dan Mungkin saja tidak terjadi bunuh diri apabila
siswa yg menunggak SPP tidak merasa dipermalukan dan disisihkan di hadapan
teman sekolahnya. Baik itu karena berulangkali harus menghadapi pemanggilan
kepala sekolah maupun perlakuan yang berbeda dari pihak sekolah terhadapnya.
Bisa jadi tidak akan terjadi lagi “mati konyol” akibat proses penerimaan siswa
baru, apabila kita tidak menganggap praktek perploncoan sebagai hal yang biasa.
B.
Sebab-sebab
Adanya Tindakan Bully di Sekolah
Faktor penyebab
terjadinya bully di sekolah
a.Faktor psikologis (hiperaktivitas,
konsentrasi terhadap masalah, agresivitas, inisiasi awal perilaku
kekerasaan,bentuk perilaku antisosial lain)
b.Faktor keluarga (kriminalitas parental,
penganiayaan terhadap anak, praktek manajemen keluarga yang kurang baik,
keterlibatan parental yang kurang, perpisahan anak dan orangtua)
c.Faktor sekolah (kegagalan akademik,
komitmen yang rendah terhadap sekolah, pembolosan, drop out)
d.Faktor teman sebaya (kelompok sebaya
yang terlibat kenakalan remaja, gangster)
e.Faktor masyarakat dan lingkungan
tetangga (kemiskinan, lingkungan yang sarat kriminalitas)
f.Kekerasan di media (tayangan televisi
yang menampilkan adegan kekerasan, film action dengan perkelahian, acara berita
kriminal)
Bullying
terjadi bukan karena kemarahan, atau karena adanya konflik yang harus
diselesaikan. Bullying lebih pada perasaan superior, sehingga seseorang merasa
memiliki hak untuk menyakiti, menghina, atau mengendalikan orang lain yang
dianggap lemah, rendah, tidak berharga, dan tidak layak untuk mendapatkan rasa
hormat. Bullying merupakan perilaku intoleransi terhadap perbedaan dan
kebebasan.
Beberapa bully
(pelaku bullying) melakukannya karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan
adalah salah. Dan berhenti ketika mengetahui bahwa tindakannya merugikan orang
lain. Beberapa yang lain melakukannya dengan segaja karena terinspirasi dan
meniru apa yang mereka lihat di rumah, jalanan, atau tayangan TV/film. Kelompok
yang kedua inilah yang berbahaya, karena mereka merasa dengan perilaku agresif
(bullying) mereka akan
mendapatkan apa yang mereka inginkan, materi, status sosial, atau kekuasaan.
Ini biasa terjadi pada anak-anak atau remaja usia sekolah.
Bentuk
Bully terbagi dua, tindakan langsung seperti menyakiti, mengancam, atau
menjelekkan anak lain. Sementara bentuk tidak langsung adalah menghasut,
mendiamkan, atau mengucilkan anak lain. Apapun bentuk Bully yang dilakukan
seorang anak pada anak lain, tujuannya adalah sama, yaitu untuk “menekan”
korbannya, dan mendapat kepuasan dari perlakuan tersebut. Pelaku puas melihat
ketakutan, kegelisahan, dan bahkan sorot mata permusuhan dari korbannya.
Karakteristik
korban Bully adalah mereka yang tidak mampu melawan atau mempertahankan dirinya
dari tindakan Bully. Bully biasanya muncul di usia sekolah. Pelaku Bully
memiliki karakteristik tertentu. Umumnya mereka adalah anak-anak yang berani,
tidak mudah takut, dan memiliki motif dasar tertentu. Motif utama yang biasanya
ditenggarai terdapat pada pelaku Bully adalah adanya agresifitas. Padahal, ada
motif lain yang juga bisa dimiliki pelaku Bully, yaitu rasa rendah diri dan
kecemasan. Bully menjadi bentuk pertahanan diri (defence mechanism) yang
digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah diri dan kecemasannya tersebut.
“Keberhasilan” pelaku melakukan tindakan bully bukan tak mungkin berlanjut ke
bentuk kekerasan lainnya, bahkan yang lebih dramatis.
Ada yang
menarik dari karakteristik pelaku dan korban Bully. Korban Bully mungkin memiliki
karakteristik yang bukan pemberani, memiliki rasa cemas, rasa takut, rendah
diri, yang kesemuanya itu (masing-masing atau sekaligus) membuat si anak
menjadi korban Bully. Akibat mendapat perlakuan ini, korban pun mungkin sekali
menyimpan dendam atas perlakuan yang ia alami.
Sejumlah
tips yang dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber mengenai Ciri-ciri yang harus diperhatikan di
antaranya:
1. Enggan untuk pergi sekolah
2. Sering sakit secara tiba-tiba
3. Mengalami penurunan nilai
4. Barang yang dimiliki hilang atau rusak
5. Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk
terlelap
6. Rasa amarah dan benci semakin mudah
meluap dan meningkat
7. Sulit untuk berteman dengan teman
baru
8. Memiliki tanda fisik, seperti memar
atau luka
C.
Solusi
Tindakan Bully di Sekolah
Pencegahan Bullying
Secara Preventif :
1. Sosialisasi
antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap civitas akademika
di sekolah.
2.Penerapan
aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.
3.Membuat
aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan
semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.
4.Penegakan
aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan
sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian
sanksi.
5.Membangun
komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika.
6.Meminta
Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional yang sesuai dengan
tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar tidak terjadi learning
difficulties.
7.Pendidikan
parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar.
8.Mendesak
Depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi pendidikan guru yang
mengakomodasi antibullying.
9.Muatan
media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat bullying dan mendesak
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi siaran yang memasukkan unsur
bullying.
10.Perlunya
kemudahan akses orang tua atau publik, lembaga terkait, ke institusi
pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk pencegahan dan penyelesaian
bullying atau dibentuknya pos pengaduan bullying.
Solusi Ketika Telah
Terjadi Bullying:
1. Pendekatan
persuasive, personal, melalui teman (peer coaching).
2.Penegakan
aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan
sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian
sanksi, lebih ditekankan pada penegakan sanksi humanis dan pengabdian kepada
masyarakat (student service).
3.Dilakukan
komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku dan korban, serta orangtua.
4.Ekspose
media yang memberikan penekanan munculnya efek negatif terhadap perbuatan
bullying sehingga menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar tidak melakukan
perbuatan serupa.
SUMBER
Anonim.
____. Konflik Sampit. Diakses dari
[http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit
pada 14 september 2013]