Kamis, 07 November 2013

Manajemen Waktu


materi ajar Asisten AI UNS semester genap 

Waktu adalah salah satu nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepada Manusia. Sudah sepatutnya manusia memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah di bumi ini. Karena pentingnya manajemen waktu ini maka Allah swt telah bersumpah pada permulaan berbagai surat dalam al-quran yang turun di mekkah dengan berbagai macam bagian dari waktu. Misalnya bersumpah: demi waktu malam, demi waktu siang, demi waktu fajar, demi waktu dhuha, dan demi masa. Semisal dalam surat Al-Lail ayat 1-2, Allah berfirman : “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang.”

Menurut pengertian yang popular di kalangan para mufassirin dan juga dalam perasaan kaum muslimin, apabila Allah bersumpah dengan sesuatu dari ciptaan-Nya, maka hal itu mengandung maksud agar kaum muslimin memperhatikan kepada-Nya dan agar hal tersebut mengingatkan mereka akan besarnya manfaat dan impressinya. Oleh karena itu, barang siapa terluput atau terlena dari suatu amal perbuatan pada salah satunya, maka hendaklah ia berusaha menggantikannya pada saat yang lain.

Sementara itu sunnah nabawiah juga mengukuhkan nilai waktu, dan menetapkan adanya tanggung jawab manusia terhadap waktu di hadapan ALLAH kelak di hari kiamat. Terlebih, ada empat pertanyaan pokok yang akan dihadapkan kepada setiap mukallaf di hari perhitungan kelak, dan ada dua pertanyaa dasar yang khusus berkenaan dengan waktu. Tentang hal tersebut telah diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal ra, bahwa Nabi saw telah bersabda: “Tiada tergelincir kedua telapak kaki seorang hamba di hari Kiamat, sehingga ditanya tentang empat hal, yaitu tentang umurnya di mana ia habiskan, tentang masa mudanya di mana ia binasakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ia belanjakan, dan tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya.”

Begitulah, bahwa manusia bakal ditanya tentang umurnya secara umum dan tentang masa mudanya secara khusus. Sesungguhnya masa mudamemang bagian daripada usia manusia. Namun, masa itu mempunyai nilai istimewa dilihat dari segi usia, yaitu kehidupan yang penuh pancaran cahaya, keteguhan yang masih dapat berkelanjutan, dan merupakan suatu masa kuat di antara dua ancaman kelemahan, yaitu kelemahan masa kanak-kanak dan kelemahan masa tua. Sebagaimana disinyalir dalam firman Allah SWT surat Ar Ruum ayat 54 : “Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan berubah.”

Kewajiban-kewajiban dan etika Islam telah menetapkan adanya makna yang agung, yaitu nilai waktu dan upaya memperhatikan setiap tingkatan dan setiap bagiannya. Kewajiban ini menyadarkan dan mengingatkan manusia agar menghayati pentingnya waktu, dan irama gerak alam, peredaran cakrawala, perjalanan matahari, planet-planet lain serta pergantian malam dan siang. Sebagaimana ditentukannya waktu-waktu untuk shalat, zakat, puasa, dan haji. Hal ini merupakan memberikan pelajaran bagi setiap muslim harus senantiasa sadar terhadap perputaran masa dan mengawasi gerak pergantiannya, sehingga tidak menunda-nunda waktu terhadap ibadah-ibadah yang telah ditentukan dan agenda-agenda harian yang telah direncanakan.

Waktu mempunyai karakteristik khusus yang istimewa. Kita wajib mengerti secara sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya sesuai dengan pancara cahayanya. Di antara karakteristik waktu adalah sebagai berikut:

a.       Cepat habis.
Waktu itu berjalan laksana awan dan lari bagaikan angin, baik waktu senang atau suka ria maupun saat susah datau duka cita. Apabila yang sedang dihayati itu hari-hari gembira, maka lewatnya masa itu terasa lebih cepat, sedangkan jika yang dihayati itu waktu prihatin, amaka lewatnya masa-masa itu terasa lambat. Namun, pada hakikatnya tidaklah demikian, karena perasaan tersebut hanyalah perasaan orang yang sedang menghayati masa itu sendiri. Kendati umur manusia dalam kehidupan dunia ini cukup panjang, namun pada hakikatnya umur manusia hanya sebentar, selama kesudahan yang hidup itu tibalah saat kematian. Dan tatkala mati telah merenggut, maka tahun-tahun dan masa yang dihayati manusia telah selesai, hingga laksana kejapan mata yang lewat bagaikan kilat yang menyambar.
b.      Waktu yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti.
Inilah ciri khas waktu dari berbagai karakteristik khusus waktu. Setiap hari yang berlalu, setiap jam yang habis dan setiap kejapan mata yang telah lewat, tidak mungkin dapat dikembalikan lagi dan tidak mungkin dapat diganti.
c.       Modal terbaik bagi manusia.
Oleh karena waktu sangat cepat habis, sedangkan yang telah lewat tak akan kembali dan tidak dapat diganti dengan sesuatu pun, maka waktu merupakan modal terbaik. Modal yang paling indah dan paling berharga bagi manusia. Keindahan waktu itu dapat diketahui melalui fakta bahwa waktu merupakan wadah bagi setiap amal perbuatan dan segala produktivitas. Karena itulah, maka secara realistis waktu itu merupakan modal yang sesungguhnya bagi manusia, baik secara individu (perorangan) maupun kolektif atau kelompok masyarakat.

Kiat yang benar untuk menyikapi waktu menurut Islam, ialah pandangan yang mencakup masa lalu, masa sekarang dan masa depan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia wajib melihat, mengisi, dan mempersiapkan ketiga masa tersebut.
a.       Wajib melihat masa lalu.
Melihat ke masa lalu, dimaksudkan untuk mengambil pealjaran dengan segala peristiwa yang terjadi pada masa tersebut. Menerima nasehat dengan kejadian yang dialami umat saat itu dan sunnatullah terhadapa mreeka, sebab masa lalu merupakan wadah peristiwa dan khazanah pelajaran.
b.      Melihat masa depan.
Melihat ke masa depan memang hal wajib, sebab manusia itu sesuai dengan fitrahnya senantiasa terikat ke masa depan. Ia tak akan dapat melupakannya atau menyembunyikannya di balik kedua telinganya. Sebagaimana manusia itu diberi rezeki ingatan yang menghubungkannya dengan masa lalu dan apa yang terjadi di dalamnya, maka iapun deberi rezeki upaya menggambarkan masa depan dan apa yang akan diharapkan.
c.       Memperhatikan masa kini.
Apabila seorang mukmin berkewajiban melihat ke masa lalu untuk mengambil pelajaran, mengambil manfaat, dan mawas diri. Di samping itu, juga perlu melihat ke masa depan untuk mempersiapkan perbekalan. Maka, ada kewajiban untuk memperhatikan masa kini, yaitu masa di mana secara nyata kita sedang menjalani dan menghayatinya, agar kita dapat menggunakannya sebelum lepas dan tersia-sia.

Selain itu, memenej waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut.
1.      Pengetahuan kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
Setiap muslim, hendaknya memahami dan mengetahui kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal ini bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain. Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan waktu semasa hidupnya.
2.      Memiliki manajemen hidup yang baik
Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus berpikir, membuat program, mempersiapkan, mengatur dan melaksanakannya.
3.       Memiliki Wudhuhul Fikrah
Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir, seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak, berpengetahuan luas, mampu memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu penting sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah.
4.       Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki pandangan jauh ke depan, bisa mengantisipasi berbagai persoalan yag akan terjadi di tahun-tahun mendatang.
5.       Melihat secara utuh setiap persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur waktunya secara optimal, tidak melihat masalah secara parsial. Karena bisa jadi, persoalan itu memiliki kaitan dengan yang lainnya.
6.       Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.
7.       Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada ketenangan jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih baik.
Sementara, orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.
8.       Berupaya seoptimal mungkin
Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas amal shalih, maka secara optimal kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu sesuai kemampuan yang ada pada diri kita.
9.       Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan pada keahlian tertentu.

Beberapa contoh kebiasaan menggunakan waktu sebaik mungkin :
a.       Menyibukkan diri setiap waktu pada aktivitas yang memberikan manfaat terbesar di akhirat
Penafsiran Abdullah Gymnastiar mengenai surat Al-Ashr : “Setiap waktu harus digunakan untuk meningkatkan iman, meningkatkan amal shaleh, nasihat-menasihati dalam menaati kebenaran dan nasihat-menasihati dalam menetapi kesabaran”
“Sebesar-besar keuntungan di dunia adalah menyibukkan dirimu setiap waktu pada aktivitas yang akan memberikan manfaat paling banyak di hari akhir. Menyia-nyiakan waktu dapat memutusmu dari Allah dan hari akhir, sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan penghuninya.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah).
Umur adalah mutiara indah yang tidak ternilai maka hendaklah umur itu disimpan dalam lemari yang abadi di akhirat. (Umar bin ‘Ubayd).
“Gunakah waktu luangmu sebelum engkau sibuk., gunakan waktu sehatmu sebelum engkau sakit, gunakan waktu hidupmu sebelum engkau mati. Dan hisab dirimu sebelum engkau dihisab.” (Umar ibnul Khatab)
b.      Menjaga ketepatan waktu
“Ketepatan waktu dalam kehidupan dan kerja Islam adalah sama pentingnya dengan menunaikan kewajiban agama dan moral. Setiap Muslim perlu mengingat akan waktu, dan menggunakannya secara bersungguh-sungguh. Apa pun aktifitas yang dijalankan, Muslim mesti bersedia menepati waktu. Kehidupan ini bertujuan, dan manusia bertanggung jawab untuk setiap waktu. Jadi selama ada waktu untuk aktifitas, Anda perlu berada di situ bukan saja tepat pada waktu, tapi sebelum waktunya. Kegagalan untuk memulai tanggung jawab tepat pada waktunya adalah kegagalan dalam keislaman Anda, dalam iman Anda.” (Hisham Al-Talib)
“Seorang muslim yang terpercaya selalu menjaga waktunya dan waktu saudaranya. Oleh karena itu, ia harus teliti akan janji, tidak mendahului atau mengakhirkan waktu. Dia selalu memperhatikan janji pertemuannya sehingga tidak menghambat yang lain. Berapa banyak kemaslahatan yang terbuang habis, berapa banyak bahaya yang menimpa dikarenakan tidak disiplin dalam janji. Berapa banyak pekerjaan yang sukses, dan berapa banyak kerusakan dapat dicegah jika saja ada kedisiplinan dalam janji.” (Muhammad Abdul Halim Mahmud).
Keteladanan Hasan al-Banna : Ustadz Hasan Al Banna berjanji dengan sebagian anggota ikhwan, untuk bertemu di sebuah kawasan taman. Seorang datang sebelum waktunya, lalu yang lain datang tepat pada waktunya. Maka ia menjabat tangan pada ikhwan tersebut sambil tersenyum, kecuali kepada yang datang terlebih dahulu. Ia menjabat tangannya dengan cemberut sambil berkata, “Kamu sekalian betul, kecuali seorang saudaramu.” Untuk diketahui, bahwa datang sebelum waktunya sama seperti datang terlambat setelah waktunya, kedua-duanya tidak bisa diterima.
Keteladanan Hasan Hudaibi : Dalam pertemuan pertama Al Ustadz Hasan Hudaibi dengan ikhwannya setelah pengangkatannya sebagai pimpinan Ikhwanul Muslimin, ia datang dalam acara beberapa menit sebelum dimulai. Ia berdiri diam di depan pintu sehingga jam tepat menunjukkan waktu untuk memulai acara. Ia pun masuk, lalu menyuruh menutup pintu dan melarang masuk seorangpun setelah itu.
c.       Tidak pernah menunda sampai esok pekerjaan yang dapat dikerjakan hari ini
Jika Anda menangguhkan suatu pekerjaan, tugas Anda akan bertimbun. Anda tidak tahu apakah yang akan terjadi pada esok hari. Adalah sesuatu yang melegakan jika Anda memulai kerja hari ini tanpa ada pekerjaan kemarin yang masih tertinggal. Latihan yang baik adalah melakukan tugas dengan serta merta jika tugas itu hanya 5 menit atau kurang. Jika tugas itu lebih dari 5 menit, jadwalkan menurut prioritasnya. Peraturan yang berharga ini jika dituruti dapat menjadikan Anda orang yang hebat. Coba bayangkan Anda dapat melakukan dua belas tugas dalam satu jam. Jika ada sepuluh orang seperti Anda dalam organisasi, efektivitas tugas Anda sungguh menakjubkan. (Hisham Al-Talib)
d.      Mengurangi kebiasaan membuang waktu
“Satu desah nafas kita saat menjalani waktu demi waktu, merupakan langkah menuju kubur. Alangkah ruginya kita disaat menjalani sesuatu yang berharga kemudian kita sia-siakan. Orang yang bodoh adalah jika diberikan modal maka modalnya dihamburkan dengan sia-sia. Begitu juga kita jika sudah diberi modal waktu, kemudian waktunya kita hambur-hamburkan maka kita termasuk orang yang bodoh. (KH Abdullah Gymnastiar).
Beberapa kebiasaan membuang waktu :  Obrolan sia-sia  Acara televisi dan radio  Keisengan dan kesenangan tiada arti  Hobby tiada arti  Lamunan sia-sia  Hati yang busuk
e.       Efektif dalam memanfaatkan waktu
“Keunggulan sangat dekat dengan orang yang paling efektif dalam memanfaatkan waktunya. Setiap detik adalah peluang bagi peningkatan kemampuan; kemampuan keilmuan, kemampuan diri, kemampuan kelapangan dada, kemampuan ibadah.” (KH Abdullah Gymnastiar).
Menyikapi waktu : “Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka dia termasuk dalam orang-orang yang merugi” (H.R. Dailami).
Segala aktivitas bisa digolongkan menurut penting maupun gentingnya, serta dapat masuk ke dalam satu di antara empat kuadran Matriks Manajemen Waktu.

GENTING
TIDAK GENTING
PENTING

I

II
TIDAK PENTING


III


IV










Suatu aktifitas adalah penting jika kita menganggapnya berfaedah dan menunjang misi, nilai-nilai dan sasaran-sasaran kehidupan kita yang berprioritas tinggi. Suatu aktifitas adalah genting jika kita atau orang lain merasa ia menuntut diberi perhatian segera.
Pemakaian terbaik dari waktu kita berfokus pada kuadran-kuadran yang menekankan unsure “penting” (kuadran I dan II). Di antara dua kuadran ini, fokus utama kita harus pada Kuadran II. Manusia yang efektif itu  :
Ă˜  Menghabiskan banyak waktu mereka di Kuadran II, mengembangkan peluang-peluang serta memelihara sumberdaya yang ada.
Ă˜  Mengantisipasi aktifitas-aktifitas Kuadran I dan mengalihkannya ke Kuadran II.
Ă˜  Mencegah atau bersiap-siap menghadapi aktifitas Kuadran I dan karenanya mengurangi atau menghilangkan kegentingannya.
Ă˜  Menentukan dan menghilangkan berbagai aktifitas yang tidak mendukung perwujudan misi kita.
f.       Memenage waktu agar dapat memenuhi hak kepada yang berhak
“Muslim adalah manusia sempurna yang memberikan seluruh hak kepada yang berhak. Ia menunaikan kewajibannya secara total. Inilah salah satu sisi dari ‘ubudiyah kepada Allah. Muslim adalah manusia yang tidak meninggalkan satu pun kewajibannya. Manusia yang tidak ada yang menandingi keutuhan kemanusiaannya.” (Sa’id Hawwa).
Maka penggunaan waktu bagi seorang Muslim akan ia kelola sedemikian rupa guna memenuhi seluruh hak-hak tersebut. Secara lebih rinci, Sa’id Hawwa menyebutkan bahwa kewajiban-kewajiban yang ada dalam diri kita meliputi penunaian hak Allah, hak kedua orang tua, hak kaum kerabat, hak tetangga, hak kerja, hak Muslim, hak nonmuslim, hak negara dan hak makhluk lain.

g.      Mengarahkan kerja pada kehidupan pribadi agar lebih produktif
Ă˜  Kiat-kiat praktis untuk meningkatkan produktifitas pemanfaatan waktu (versi Abdullah Gymnastiar) :
1.      Biasakan tertib dan teratur :
a.       Tahu dan taat aturan.
b.      Tertib mengambil dan menyimpan.
c.       Selalu rapih dan bersih.
d.      Segalanya mudah dikenal.
e.       Lalu lintas lancar
2.      Selalu terencana
a.       Harus ada target
b.      Rencana cadangan
c.       Disiplin dalam rencana
d.      Program harus adil
3.      Biasa dengan data dan informasi akurat
a.       Selalu jelas dan akurat
b.      Bukan tahu tapi paham
4.      Sedia perlengkapan dan peralatan memadai
a.       Belilah sesuai kebutuhan dan kemampuan
b.      Awali tahu aturan pakai
c.       Pergunakan oleh ahlinya
d.      Ready to combat
e.       Siapkan cadangan
f.       Rawat berkala
5.      Biar cepat dan ringkas asal selamat
a.       Buatlah standar waktu
b.      Berlatih agar gesit dan tangkas
6.      Biasakan check and Re-check
a.       Buatlah check-list
b.      Re-check
Ă˜  Kiat-kiat praktis untuk meningkatkan produktifitas pemanfaatan waktu (versi Hisham Al-Talib):
1.      Rancang aktivitas harian Anda pada setiap pagi dengan mencatat hal-hal yang akan dikerjakan, dan tandai dengan coretan kalau sudah dikerjakan
2.      Jangan mengunjungi teman tanpa menelponnya terlebih dahulu
3.      Senantiasa membawa pensil dan kertas atau nota kecil dalam kantong Anda sehingga Anda mampu mencatat rencana dan ide pada waktu yang terluang
4.      Rancang waktu istirahat dan coba menyesuaikannya dengan waktu shalat
5.      Manfaatkan waktu terluang dengan membaca, menghafal, atau melakukan sesuatu yang konstruktif (membangun)
6.      Jika Anda mempunyai janji, pastikan kedua pihak mengerti waktunya yang jelas
7.      Aturlah waktu perjalanan Anda sesuai dengan jarak yang akan ditempuh, jatahkan untuk biaya yang tidak terduga agar Anda tiba ke tempat tujuan pada waktu yang direncanakan
8.      Siapkan semua benda yang diperlukan sebelum melakukan suatu pekerjaan
9.      Jauhi orang yang berpikiran dangkal dan tamak untuk mencuri waktu Anda
10.  Jangan melakukan perjalanan sendiri, jika Anda dapat menyelesaikannya dengan mengirimkan surat atau telepon
11.  Jika Anda membawa pesan dari seseorang atau berbelanja, tuliskan semua barang, dan rencanakanlah perjalanan Anda dengan baik supaya tidak menempuh jalan yang berjarak dua kali lipat, tetapi tempuhlah jarak yang tersingkat
12.  Cobalah selalu berusaha lebih keras. Kita bisa meningkatkan hasil antara 10 hingga 15 % dengan melakukan usaha sedikit lebih. Jika Anda berencana untuk membaca sejumlah halaman tertenu atau bekerja hingga jam tertentu, Anda bisa memaksa diri melakukan sesuatu lebih sedikit dari itu. Kebiasaan ini dapat meningkatkan produksi dan membantu keberhasilan. Karena tugas selalu lebih banyak dari waktu yang tersedia, kebiasaan ini bisa membuat kita lebih produktif dan menguntungkan.

Kita tidak harus menghindari beristirahat atau rekreasi. Yang kita hindari adalah membuang waktu. Rekreasi itu sendiri berarti menciptakan kembali. Salah satu tragedi terbesar dalam kehidupan modern ialah kehidupan kita yang tergesa-gesa, kita sering membiarkan diri kita melesat terlalu jauh dari rohani sehingga diragukan apakah keduanya dapat bertemu kembali di dunia. Bayangkan bagaimana indahnya rohani kita berjalan seiring dengan jasmani. Ambillah waktu sejenak untuk shalat, bertafakur, berfikir dan menguatkan keimanan.