Sebuah catatan sederhana selama kuliah di pendidikan Geografi UNS,.. Semoga bermanfaat,..
Sabtu, 16 November 2013
Kamis, 07 November 2013
Manajemen Waktu
materi ajar Asisten AI UNS semester genap
Waktu
adalah salah satu nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepada Manusia. Sudah
sepatutnya manusia memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin untuk
menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah di bumi ini. Karena pentingnya
manajemen waktu ini maka Allah swt telah bersumpah pada permulaan berbagai
surat dalam al-quran yang turun di mekkah dengan berbagai macam bagian dari
waktu. Misalnya bersumpah: demi waktu malam, demi waktu siang, demi waktu
fajar, demi waktu dhuha, dan demi masa. Semisal dalam surat Al-Lail ayat 1-2,
Allah berfirman : “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang
apabila terang benderang.”
Menurut
pengertian yang popular di kalangan para mufassirin dan juga dalam perasaan
kaum muslimin, apabila Allah bersumpah dengan sesuatu dari ciptaan-Nya, maka
hal itu mengandung maksud agar kaum muslimin memperhatikan kepada-Nya dan agar
hal tersebut mengingatkan mereka akan besarnya manfaat dan impressinya. Oleh
karena itu, barang siapa terluput atau terlena dari suatu amal perbuatan pada
salah satunya, maka hendaklah ia berusaha menggantikannya pada saat yang lain.
Sementara
itu sunnah nabawiah juga mengukuhkan nilai waktu, dan menetapkan adanya
tanggung jawab manusia terhadap waktu di hadapan ALLAH kelak di hari kiamat.
Terlebih, ada empat pertanyaan pokok yang akan dihadapkan kepada setiap
mukallaf di hari perhitungan kelak, dan ada dua pertanyaa dasar yang khusus
berkenaan dengan waktu. Tentang hal tersebut telah diriwayatkan oleh Mu’adz bin
Jabal ra, bahwa Nabi saw telah bersabda: “Tiada tergelincir kedua telapak kaki
seorang hamba di hari Kiamat, sehingga ditanya tentang empat hal, yaitu tentang
umurnya di mana ia habiskan, tentang masa mudanya di mana ia binasakan, tentang
hartanya dari mana ia peroleh dan ia belanjakan, dan tentang ilmunya bagaimana
ia mengamalkannya.”
Begitulah,
bahwa manusia bakal ditanya tentang umurnya secara umum dan tentang masa
mudanya secara khusus. Sesungguhnya masa mudamemang bagian daripada usia
manusia. Namun, masa itu mempunyai nilai istimewa dilihat dari segi usia, yaitu
kehidupan yang penuh pancaran cahaya, keteguhan yang masih dapat berkelanjutan,
dan merupakan suatu masa kuat di antara dua ancaman kelemahan, yaitu kelemahan
masa kanak-kanak dan kelemahan masa tua. Sebagaimana disinyalir dalam firman
Allah SWT surat Ar Ruum ayat 54 : “Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan
lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan berubah.”
Kewajiban-kewajiban
dan etika Islam telah menetapkan adanya makna yang agung, yaitu nilai waktu dan
upaya memperhatikan setiap tingkatan dan setiap bagiannya. Kewajiban ini
menyadarkan dan mengingatkan manusia agar menghayati pentingnya waktu, dan
irama gerak alam, peredaran cakrawala, perjalanan matahari, planet-planet lain
serta pergantian malam dan siang. Sebagaimana ditentukannya waktu-waktu untuk
shalat, zakat, puasa, dan haji. Hal ini merupakan memberikan pelajaran bagi
setiap muslim harus senantiasa sadar terhadap perputaran masa dan mengawasi
gerak pergantiannya, sehingga tidak menunda-nunda waktu terhadap ibadah-ibadah
yang telah ditentukan dan agenda-agenda harian yang telah direncanakan.
Waktu
mempunyai karakteristik khusus yang istimewa. Kita wajib mengerti secara
sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya sesuai dengan pancara cahayanya. Di
antara karakteristik waktu adalah sebagai berikut:
a. Cepat
habis.
Waktu itu berjalan
laksana awan dan lari bagaikan angin, baik waktu senang atau suka ria maupun
saat susah datau duka cita. Apabila yang sedang dihayati itu hari-hari gembira,
maka lewatnya masa itu terasa lebih cepat, sedangkan jika yang dihayati itu
waktu prihatin, amaka lewatnya masa-masa itu terasa lambat. Namun, pada
hakikatnya tidaklah demikian, karena perasaan tersebut hanyalah perasaan orang
yang sedang menghayati masa itu sendiri. Kendati umur manusia dalam kehidupan
dunia ini cukup panjang, namun pada hakikatnya umur manusia hanya sebentar,
selama kesudahan yang hidup itu tibalah saat kematian. Dan tatkala mati telah
merenggut, maka tahun-tahun dan masa yang dihayati manusia telah selesai,
hingga laksana kejapan mata yang lewat bagaikan kilat yang menyambar.
b. Waktu
yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti.
Inilah
ciri khas waktu dari berbagai karakteristik khusus waktu. Setiap hari yang
berlalu, setiap jam yang habis dan setiap kejapan mata yang telah lewat, tidak
mungkin dapat dikembalikan lagi dan tidak mungkin dapat diganti.
c. Modal
terbaik bagi manusia.
Oleh
karena waktu sangat cepat habis, sedangkan yang telah lewat tak akan kembali
dan tidak dapat diganti dengan sesuatu pun, maka waktu merupakan modal terbaik.
Modal yang paling indah dan paling berharga bagi manusia. Keindahan waktu itu
dapat diketahui melalui fakta bahwa waktu merupakan wadah bagi setiap amal
perbuatan dan segala produktivitas. Karena itulah, maka secara realistis waktu
itu merupakan modal yang sesungguhnya bagi manusia, baik secara individu
(perorangan) maupun kolektif atau kelompok masyarakat.
Kiat yang benar untuk menyikapi waktu
menurut Islam, ialah pandangan yang mencakup masa lalu, masa sekarang dan masa
depan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia wajib melihat, mengisi, dan
mempersiapkan ketiga masa tersebut.
a. Wajib
melihat masa lalu.
Melihat ke masa lalu, dimaksudkan untuk
mengambil pealjaran dengan segala peristiwa yang terjadi pada masa tersebut.
Menerima nasehat dengan kejadian yang dialami umat saat itu dan sunnatullah
terhadapa mreeka, sebab masa lalu merupakan wadah peristiwa dan khazanah
pelajaran.
b. Melihat
masa depan.
Melihat ke masa depan memang hal wajib,
sebab manusia itu sesuai dengan fitrahnya senantiasa terikat ke masa depan. Ia
tak akan dapat melupakannya atau menyembunyikannya di balik kedua telinganya.
Sebagaimana manusia itu diberi rezeki ingatan yang menghubungkannya dengan masa
lalu dan apa yang terjadi di dalamnya, maka iapun deberi rezeki upaya
menggambarkan masa depan dan apa yang akan diharapkan.
c. Memperhatikan
masa kini.
Apabila seorang mukmin berkewajiban melihat
ke masa lalu untuk mengambil pelajaran, mengambil manfaat, dan mawas diri. Di
samping itu, juga perlu melihat ke masa depan untuk mempersiapkan perbekalan.
Maka, ada kewajiban untuk memperhatikan masa kini, yaitu masa di mana secara
nyata kita sedang menjalani dan menghayatinya, agar kita dapat menggunakannya
sebelum lepas dan tersia-sia.
Selain
itu, memenej waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut.
1. Pengetahuan
kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
Setiap muslim, hendaknya memahami dan
mengetahui kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal
ini bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain.
Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah
orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan
waktu semasa hidupnya.
2. Memiliki
manajemen hidup yang baik
Setiap muslim haruslah pandai mengatur
segala urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas,
matang dalam pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan
pekerjaan. Ia harus berpikir, membuat program, mempersiapkan, mengatur dan
melaksanakannya.
3. Memiliki Wudhuhul Fikrah
Seorang muslim haruslah memiliki
keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir, seperti mampu berpikir benar
sebelum bertindak, berpengetahuan luas, mampu memahami substansi pemikiran dan
paham. Hal itu penting sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah.
4. Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki
pandangan jauh ke depan, bisa mengantisipasi berbagai persoalan yag akan
terjadi di tahun-tahun mendatang.
5. Melihat secara utuh setiap persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur
waktunya secara optimal, tidak melihat masalah secara parsial. Karena bisa
jadi, persoalan itu memiliki kaitan dengan yang lainnya.
6. Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas,
serta mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur
waktu agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas,
akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.
7. Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak
tergesa-gesa dan berdasar pada ketenangan jiwa yang stabil merupakan landasan
yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih baik.
Sementara, orang yang musta’jil
menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan hal-hal yang terpuji,
sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai
dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.
8. Berupaya seoptimal mungkin
Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas
amal shalih, maka secara optimal kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu
sesuai kemampuan yang ada pada diri kita.
9. Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian
tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan
pada keahlian tertentu.
Beberapa
contoh kebiasaan menggunakan waktu sebaik mungkin :
a. Menyibukkan
diri setiap waktu pada aktivitas yang memberikan manfaat terbesar di akhirat
Penafsiran Abdullah Gymnastiar mengenai
surat Al-Ashr : “Setiap waktu harus digunakan untuk meningkatkan iman,
meningkatkan amal shaleh, nasihat-menasihati dalam menaati kebenaran dan
nasihat-menasihati dalam menetapi kesabaran”
“Sebesar-besar keuntungan di dunia
adalah menyibukkan dirimu setiap waktu pada aktivitas yang akan memberikan
manfaat paling banyak di hari akhir. Menyia-nyiakan waktu dapat memutusmu dari
Allah dan hari akhir, sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan penghuninya.”
(Ibnu Qayyim al-Jauziyah).
Umur adalah mutiara indah yang tidak
ternilai maka hendaklah umur itu disimpan dalam lemari yang abadi di akhirat.
(Umar bin ‘Ubayd).
“Gunakah waktu luangmu sebelum engkau
sibuk., gunakan waktu sehatmu sebelum engkau sakit, gunakan waktu hidupmu
sebelum engkau mati. Dan hisab dirimu sebelum engkau dihisab.” (Umar ibnul
Khatab)
b. Menjaga
ketepatan waktu
“Ketepatan waktu dalam kehidupan dan kerja Islam
adalah sama pentingnya dengan menunaikan kewajiban agama dan moral. Setiap
Muslim perlu mengingat akan waktu, dan menggunakannya secara
bersungguh-sungguh. Apa pun aktifitas yang dijalankan, Muslim mesti bersedia menepati
waktu. Kehidupan ini bertujuan, dan manusia bertanggung jawab untuk setiap
waktu. Jadi selama ada waktu untuk aktifitas, Anda perlu berada di situ bukan
saja tepat pada waktu, tapi sebelum waktunya. Kegagalan untuk memulai tanggung
jawab tepat pada waktunya adalah kegagalan dalam keislaman Anda, dalam iman
Anda.” (Hisham Al-Talib)
“Seorang muslim
yang terpercaya selalu menjaga waktunya dan waktu saudaranya. Oleh karena itu,
ia harus teliti akan janji, tidak mendahului atau mengakhirkan waktu. Dia selalu
memperhatikan janji pertemuannya sehingga tidak menghambat yang lain. Berapa
banyak kemaslahatan yang terbuang habis, berapa banyak bahaya yang menimpa
dikarenakan tidak disiplin dalam janji. Berapa banyak pekerjaan yang sukses,
dan berapa banyak kerusakan dapat dicegah jika saja ada kedisiplinan dalam
janji.” (Muhammad Abdul Halim Mahmud).
Keteladanan Hasan al-Banna : Ustadz
Hasan Al Banna berjanji dengan sebagian anggota ikhwan, untuk bertemu di sebuah
kawasan taman. Seorang datang sebelum waktunya, lalu yang lain datang tepat
pada waktunya. Maka ia menjabat tangan pada ikhwan tersebut sambil tersenyum,
kecuali kepada yang datang terlebih dahulu. Ia menjabat tangannya dengan
cemberut sambil berkata, “Kamu sekalian betul, kecuali seorang saudaramu.” Untuk
diketahui, bahwa datang sebelum waktunya sama seperti datang terlambat setelah
waktunya, kedua-duanya tidak bisa diterima.
Keteladanan Hasan Hudaibi : Dalam
pertemuan pertama Al Ustadz Hasan Hudaibi dengan ikhwannya setelah
pengangkatannya sebagai pimpinan Ikhwanul Muslimin, ia datang dalam acara
beberapa menit sebelum dimulai. Ia berdiri diam di depan pintu sehingga jam
tepat menunjukkan waktu untuk memulai acara. Ia pun masuk, lalu menyuruh
menutup pintu dan melarang masuk seorangpun setelah itu.
c. Tidak
pernah menunda sampai esok pekerjaan yang dapat dikerjakan hari ini
Jika Anda menangguhkan suatu
pekerjaan, tugas Anda akan bertimbun. Anda tidak tahu apakah yang akan terjadi
pada esok hari. Adalah sesuatu yang melegakan jika Anda memulai kerja hari ini
tanpa ada pekerjaan kemarin yang masih tertinggal. Latihan yang baik adalah
melakukan tugas dengan serta merta jika tugas itu hanya 5 menit atau kurang.
Jika tugas itu lebih dari 5 menit, jadwalkan menurut prioritasnya. Peraturan
yang berharga ini jika dituruti dapat menjadikan Anda orang yang hebat. Coba
bayangkan Anda dapat melakukan dua belas tugas dalam satu jam. Jika ada sepuluh
orang seperti Anda dalam organisasi, efektivitas tugas Anda sungguh
menakjubkan. (Hisham Al-Talib)
d. Mengurangi
kebiasaan membuang waktu
“Satu desah nafas kita saat menjalani waktu demi
waktu, merupakan langkah menuju kubur. Alangkah ruginya kita disaat menjalani
sesuatu yang berharga kemudian kita sia-siakan. Orang yang bodoh adalah jika
diberikan modal maka modalnya dihamburkan dengan sia-sia. Begitu juga kita jika
sudah diberi modal waktu, kemudian waktunya kita hambur-hamburkan maka kita
termasuk orang yang bodoh. (KH Abdullah Gymnastiar).
Beberapa kebiasaan membuang waktu :
Obrolan
sia-sia
Acara
televisi dan radio
Keisengan dan
kesenangan tiada arti
Hobby tiada
arti
Lamunan
sia-sia
Hati yang
busuk
e. Efektif
dalam memanfaatkan waktu
“Keunggulan sangat dekat dengan orang yang paling
efektif dalam memanfaatkan waktunya. Setiap detik adalah peluang bagi
peningkatan kemampuan; kemampuan keilmuan, kemampuan diri, kemampuan kelapangan
dada, kemampuan ibadah.” (KH Abdullah Gymnastiar).
Menyikapi waktu : “Barang
siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka dia termasuk dalam
orang-orang yang merugi” (H.R. Dailami).
Segala aktivitas bisa digolongkan menurut penting
maupun gentingnya, serta dapat masuk ke dalam satu di antara empat kuadran
Matriks Manajemen Waktu.
|
GENTING
|
TIDAK
GENTING
|
PENTING
|
I
|
II
|
TIDAK
PENTING
|
III
|
IV
|
Suatu aktifitas
adalah penting jika kita menganggapnya berfaedah dan menunjang misi,
nilai-nilai dan sasaran-sasaran kehidupan kita yang berprioritas tinggi. Suatu
aktifitas adalah genting jika kita atau orang lain merasa ia menuntut diberi
perhatian segera.
Pemakaian
terbaik dari waktu kita berfokus pada kuadran-kuadran yang menekankan unsure
“penting” (kuadran I dan II). Di antara dua kuadran ini, fokus utama kita harus
pada Kuadran II. Manusia yang efektif itu :
Ø Menghabiskan
banyak waktu mereka di Kuadran II, mengembangkan peluang-peluang serta
memelihara sumberdaya yang ada.
Ø Mengantisipasi
aktifitas-aktifitas Kuadran I dan mengalihkannya ke Kuadran II.
Ø Mencegah
atau bersiap-siap menghadapi aktifitas Kuadran I dan karenanya mengurangi atau
menghilangkan kegentingannya.
Ø Menentukan
dan menghilangkan berbagai aktifitas yang tidak mendukung perwujudan misi kita.
f. Memenage
waktu agar dapat memenuhi hak kepada yang berhak
“Muslim adalah manusia sempurna yang memberikan
seluruh hak kepada yang berhak. Ia menunaikan kewajibannya secara total. Inilah
salah satu sisi dari ‘ubudiyah kepada Allah. Muslim adalah manusia yang tidak
meninggalkan satu pun kewajibannya. Manusia yang tidak ada yang menandingi
keutuhan kemanusiaannya.” (Sa’id Hawwa).
Maka penggunaan waktu bagi seorang Muslim akan ia
kelola sedemikian rupa guna memenuhi seluruh hak-hak tersebut. Secara lebih
rinci, Sa’id Hawwa menyebutkan bahwa kewajiban-kewajiban yang ada dalam diri
kita meliputi penunaian hak Allah, hak kedua orang tua, hak kaum kerabat, hak
tetangga, hak kerja, hak Muslim, hak nonmuslim, hak negara dan hak makhluk
lain.
g. Mengarahkan
kerja pada kehidupan pribadi agar lebih produktif
Ø Kiat-kiat
praktis untuk meningkatkan produktifitas pemanfaatan waktu
(versi Abdullah Gymnastiar) :
1. Biasakan
tertib dan teratur :
a. Tahu
dan taat aturan.
b. Tertib
mengambil dan menyimpan.
c. Selalu
rapih dan bersih.
d. Segalanya
mudah dikenal.
e. Lalu
lintas lancar
2. Selalu
terencana
a. Harus
ada target
b. Rencana
cadangan
c. Disiplin
dalam rencana
d. Program
harus adil
3. Biasa
dengan data dan informasi akurat
a. Selalu
jelas dan akurat
b. Bukan
tahu tapi paham
4. Sedia
perlengkapan dan peralatan memadai
a. Belilah
sesuai kebutuhan dan kemampuan
b. Awali
tahu aturan pakai
c. Pergunakan
oleh ahlinya
d. Ready
to combat
e. Siapkan
cadangan
f. Rawat
berkala
5. Biar
cepat dan ringkas asal selamat
a. Buatlah
standar waktu
b. Berlatih
agar gesit dan tangkas
6. Biasakan
check and Re-check
a. Buatlah
check-list
b. Re-check
Ø Kiat-kiat
praktis untuk meningkatkan produktifitas pemanfaatan waktu
(versi Hisham Al-Talib):
1. Rancang
aktivitas harian Anda pada setiap pagi dengan mencatat hal-hal yang akan
dikerjakan, dan tandai dengan coretan kalau sudah dikerjakan
2. Jangan
mengunjungi teman tanpa menelponnya terlebih dahulu
3. Senantiasa
membawa pensil dan kertas atau nota kecil dalam kantong Anda sehingga Anda
mampu mencatat rencana dan ide pada waktu yang terluang
4. Rancang
waktu istirahat dan coba menyesuaikannya dengan waktu shalat
5. Manfaatkan
waktu terluang dengan membaca, menghafal, atau melakukan sesuatu yang
konstruktif (membangun)
6. Jika
Anda mempunyai janji, pastikan kedua pihak mengerti waktunya yang jelas
7. Aturlah
waktu perjalanan Anda sesuai dengan jarak yang akan ditempuh, jatahkan untuk
biaya yang tidak terduga agar Anda tiba ke tempat tujuan pada waktu yang
direncanakan
8. Siapkan
semua benda yang diperlukan sebelum melakukan suatu pekerjaan
9. Jauhi
orang yang berpikiran dangkal dan tamak untuk mencuri waktu Anda
10. Jangan
melakukan perjalanan sendiri, jika Anda dapat menyelesaikannya dengan
mengirimkan surat atau telepon
11. Jika
Anda membawa pesan dari seseorang atau berbelanja, tuliskan semua barang, dan
rencanakanlah perjalanan Anda dengan baik supaya tidak menempuh jalan yang
berjarak dua kali lipat, tetapi tempuhlah jarak yang tersingkat
12. Cobalah
selalu berusaha lebih keras. Kita bisa meningkatkan hasil antara 10 hingga 15 %
dengan melakukan usaha sedikit lebih. Jika Anda berencana untuk membaca
sejumlah halaman tertenu atau bekerja hingga jam tertentu, Anda bisa memaksa
diri melakukan sesuatu lebih sedikit dari itu. Kebiasaan ini dapat meningkatkan
produksi dan membantu keberhasilan. Karena tugas selalu lebih banyak dari waktu
yang tersedia, kebiasaan ini bisa membuat kita lebih produktif dan
menguntungkan.